Kamis, 18 Desember 2008

arsip ier 13 Januari 2004 - dilema

Pertanyaan Wawan -adik ipar saya- barusan, seakan menggelitik pikiran untuk kembali merenung tentang karir.

"Ir...kamu ga' berminat jadi dosen? Kan Farmasi mau jadi fakultas?!"

Ibu bapak mertua saya yang ikut denger pertanyaan itu diam... seakan ingin tau apa jawaban saya.
"Hm... nggak deh... nggak dulu", jawab saya setengah bergumam.
Jadi dosen kedengerannya ideal untuk seorang perempuan bersuami dan beranak. Tapi bagi saya, meninggalkan anak barang satu jam berarti menambah pekerjaan untuk orang tua saya yang sudah waktunya justru harus saya layani.
Meninggalkan anak dengan pembantu? Untuk anak batita, menurut saya, tidak baik meninggalkannya dengan pembantu.
Di tempat penitipan anak pun belum tega, dan duitnya ternyata mahal juga.

Ukur2 kemampuan juga rasanya saya nggak layak untuk jadi dosen ITB.
Sementara ini saya masih nunggu barangkali ada apotek yang mau dikelola, atau pekerjaan lain yang berhubungan dengan profesi saya yang tidak terikat waktu.
Tapi kalau dipikir2 tetap aja sulit bagi saya seringan apa pun pekerjaannya. Seperti saya bilang, meninggalkan anak adalah satu hal terberat. Tentu saja paling bagus bisa kayak Ayang yang punya apotek sendiri. Bawa anak ke mana2, ga bisa sering2. Ga bagus buat kestabilan mental dan fisiknya yang perlu perhatian dan perawatan ekstra. Lagian di perut saya udah ada lagi calon bayi. Lagian lagi.... saya punya cita2 banyak anak !!

Saya tidak bermaksud mengeluh atau kecewa terhadap keadaan. Bahkan saya bersyukur. Saya hanya ingin memantapkan hati bahwa inilah memang jalan pilihan saya yang mudah2an ada dalam ridha-Nya, karena saya (berusaha untuk) memahami betul apa yang jadi tugas saya sebagai istri, ibu, sekaligus anak.
Suami saya sangat mewanti-wantikan amanah itu. Tidak peduli saya sudah bergelar Apt dan menghabiskan jutaan rupiah untuk sekolah. Saya tetap perempuan yang punya amanah mulia dari Allah SWT.

Tentu saja dengan sebuah do'a, semoga saya bisa mengamalkan segala ilmu yang saya peroleh untuk kemaslahatan umat bagaimanapun caranya. Saya insyaa Allah akan terus berusaha, dan semoga Allah menunjukkan jalan yang terbaik. Bisa jadi lewat teman-teman yang baca tulisan saya ini... Ada lowongan bagus? he..he..
Tapi saya belum tertarik sama MLM yach!

Mudah2an teman2 yang akan jadi ibu atau calon ibu, bisa mengambil hikmahnya.

-Ier-

Tidak ada komentar: