Jumat, 19 Desember 2008

arsip ier 10 Juni 2006 - (sebelum ini jadi kasus besar)

=====
/Catatan Sabtu 10 Juni 2006/
Dapat telepon dari ***,dan sms dari *** kemarin malam, masih
berharap kalau yang mendapat cobaan berat ini bukan Kang Iman yang saya
kenal. Diminta menulis di milis pun saya nggak mau. Terlalu menyedihkan
bila yang ditinggal wafat oleh ketiga anaknya sekaligus adalah orang
yang saya kenal.
Tapi sms pagi tadi dari *** membuat saya terhenyak. Betul, Iman
Abdullah, seseorang yang cukup saya kenal dengan baik. Sms itupun
akhirnya harus saya baca ulang karena mata ini mendadak berair dan buram.

====

Berita ini adalah tamparan keras bagi saya yang seringkali melalaikan
amanahNya. Mungkin ini adalah sedikit sinyal dari-Nya, secercah jawaban
atas do'a-do'a saya selama ini yang memohon kesabaran dalam menghadapi
rewel dan manjanya anak-anak.
Seringkali saya tidak sabar, memakai cara instant agar anak menuruti
yang saya inginkan, entah dengan cara memarahi atau menghukum - dengan
cara dan bentuk yang saya sadari kekeliruannya.

Sementara pagi tadi saya cukup takjub melihat geliat anak-anak saya
bangun dan membuka matanya. Kemudian saya bisa memandikannya,
memakaikannya minyak telon, bedak, dan baju. Meminyaki dan menyisiri
rambut mereka, dan menciuminya kapan saja saya mau.
Alhamdulillah ya Allah, hamba masih diberi kesempatan ini.

Dan apa yang tejadi?
Ketika rasa syukur ini hadir dalam hati, maka tak terbetik sedikitpun
rasa tidak sabar yang biasanya muncul saat anak-anak saya mulai berulah
macam-macam untuk mencari perhatian.
Teori itu bisa jadi saya pahami saat membaca buku tentang mendidik anak,
atau beberapa kejadian yang telah berlalu yang membuat saya bisa
mengambil hikmah tentang syukur. Tapi mungkin karena kerasnya hati
inilah maka berkali-kali Allah harus mengingatkan saya lagi.

Semoga saya, dan yang lainnya bisa mengambil hikmah sebanyak-banyaknya
dari kejadian ini, dan semoga pemahaman kita bisa menjadi pola pikir dan
pola sikap istiqomah yang Allah ridho. Aamiin.

====

Dan mohon maaf, saya agak menyayangkan sikap keluarga Kang Iman yang
tidak mengizinkan jenazah putranya untuk diotopsi. Hal ini membuat saya
dan mungkin ribuan ibu-ibu lainnya menjadi bertanya-tanya, apa penyebab
kematian beruntun ketiga bocah ini. DB? Flu burung? Keracunan? Keracunan
apa? Demam, kemudian sudah minum obat.... apakah karena obat? Sebagai
farmasis saya cukup tersentil dengan adanya kata 'obat' dalam berita di
koran....
Berharap kejadian ini tidak terulang lagi menimpa bocah-bocah lainnya.

Malah tadi sore ketemu akhwat yang bekerja di Al Islam, menyatakan
adanya ciri lain pada tubuh ketiga bocah ini yang tidak terungkap di
media massa.

-ier-

Abu KR wrote:

> Innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun...
> Turut berduka yg mendalam atas cobaan berat yg menimpa Kang Iman
> Abdullah dan Keluarga.
> Semoga Allah Swt memberikan kesabaran dan ketabahan untuk Kang Iman
> dan Keluarga.
> Sedih sekali membaca berita dan melihat foto Kang Iman memimpin shalat
> jenazah putra2 beliau di PR hari ini.
> http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/10/0104.htm
>
>
> (Kang Iman GF-Ashkaf dan Mantan Ketua Mahasiswa Islam Fisika-ITB)

Tidak ada komentar: