Sabtu, 19 September 2009

Ramadhan 29 -- tamat

***
Busy day..
Menyiapkan lebaran rasanya tak ada habisnya. Dimulai dari mengisi ketupat sampai nyetrika baju buat besok pagi. 30 cangkang ketupat di rumah mertua dan 50 cangkang ketupat di rumah orang tua, kini telah terisi dan tengah tergantung pasrah untuk disembelih besok dan barangkali untuk dua hari ke depan

Rasa syukur pun ternyata tak ada habisnya hari ini. Betapa tidak, saya masih diizinkan olehNya berkumpul dengan orang-orang yang saya cintai. Kedua orang tua, bapak-ibu mertua, suami, anak-anak, kakak-kakak, para ipar dan keponakan yang insyaa Allah besok berkumpul semuanya.
Betapa kurang ajarnya saya jika saya tidak menyempatkan diri untuk sujud syukur atas semua ini.

Ramadhan pun usai, dengan berjuta tekad untuk bisa menerapkan kebiasaan baik yang telah dilatihkan sebulan ini, di bulan-bulan berikutnya. Bangun sebelum shubuh, sholat malam, tilawah Qur'an, shaum, menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat berupa kelebayan, dan tentu saja introspeksi diri serta berbagi hikmah dengan menulis.

Istiqomah....

... adalah hal yang paling sulit dilakukan, sehingga Allah pun mencintai orang-orang yang istiqomah ini. Bersabar taat pada Allah, walau dengan amalan yang kecil tapi terus menerus.

Ada lho satu hari di bulan Ramadhan ini, saat saya merasa benar-benar takut siksa api neraka (waduh.. punten da saya mah makhluk tingkat rendah tea, nyadarnya cuma sehari, segitu juga mending ada nyadarnya )

Neraka!! Setitik iman di hati ini -dengan dosa yang menggunung- setahu saya, amat memungkinkan kalau saya dicuci sementara waktu di neraka, baru boleh masuk surga. Itu pun bila saya beruntung mendapatkan setitik rahmat dan kasih sayangNYA.

Tak ada yang tahu, berapa lamakah 'sementara waktu' pembersihan diri di neraka itu..
Sedangkan saya, diberi sakit dismenore saja sudah kalang kabut.. apalagi disiksa di akhirat???

Saat berpikir seperti itu memang saya merasa amat sangat bodoh, merasa amat tidak sabar untuk bisa taat pada Nya. Mengorbankan sesuatu yang amat indah tak terhingga, hanya untuk kesenangan duniawi yang cuma seujung kuku.
Rasanya ingin menyumpahi diri dengan kata-kata yang lebih kasar dari bodoh dan goblok.

Pernah seorang teman apoteker saya yang kecewa dengan kinerja asistennya di apotek.

Si pegawai ini kalau nerima gaji kok ya gak pernah kelihatan bersyukur. Dari obrolannya selalu saja dia tampak merasa kurang, kurang, dan kurang. Udah gitu teh, bukannya dia menggiatkan kinerjanya, malah ngelayanin apotek semakin asal-asalan, dan banyak ngelamunnya. Padahal kalau saya nilai, gaji si asisten ini cukup. Lumayan besar malah.

Teman saya kesel banget sama asistennya ini. Yang tadinya mo naikin gaji, ngeliat dia gak bersyukur dan gak sabar kayak gitu .. gak jadi deh ngasih tambahan gajinya. Bawaannya malah pengen mecat aja.

Heu.. mendengar cerita itu saya jadi merasa tersindir. Saya yang tidak bersyukur atas limpahan kasih sayangNya, dan bukannya tambah rajin ibadah, malah makin asal-asalan dan banyak 'ngelamun'nya... bagaimana dengan Allah terhadap saya?
Kali Allah juga yang tadinya akan memberi rezeki yang lebih, ya ditahan dulu aja.
Bawaannya pengen mecat saya juga kali?

Allah, ke mana saya pergi jika dipecat oleh Mu???

Maafkan hamba jika berkata seperti ini, Allah...
Amarah-Mu tak kan terbayangkan, dan limpahan kasih sayang Mu pun tak ada batasnya.
Hanya saja makhluk bodoh seperti hamba ini cuma bisa mengerti dan percaya bila melihat sesuatu dengan kasat mata.
Setitik keimanan ini belum juga bisa memahami segala yang Kaumaksud dalam firmanMu.

Belum ngeh juga sama yang namanya pahala dan dosa, karena kedua benda itu tidak tampak masuk dan tidak juga tampak keluar dari dompet saya.
Belum ngeh sama yang namanya surga dan neraka, karena setiap hari yang saya lihat dan rasakan adalah dunia.

Di penghujung Ramadhan ini saya tak pernah merasa bisa meraih bahagia dariMu bila mengandalkan segala amal ini.
Amal apa coba? nothing, dodol!!

Hanya saya berharap setitik saja kasih sayangMu, bisa membawa saya bahagia. Semoga ada satu saja amalan saya yang bisa meneteskan kasih sayangMu itu.

Berkumpul dengan keluarga, berkumpul dengan orang yang dicintai, betapa bahagianya.
Tak terbayangkan bila saya bisa berkumpul seperti ini juga di syurgaMu kelak.



Di akhir serial ramadhan ini, saya ucapkan TaqabalaLLahu minna wa minkum, -sebuah do'a yang mesti diamini dengan khusyuk-, tidak sekedar untuk send to all, dan tidak untuk diamini dengan hanya menekan tombol2 hp/keyboard.
semoga amal ibadah kita semua diterima oleh Nya.
Aamiin ya rabbal 'aalamiin.

Semoga kita semua disampaikan ke Ramadhan tahun depan dan semoga nanti saya bisa menulis lagi serial ramadhan yang lebih sarat dengan hikmah di sini, di blog ini, di.. 'hanya berbagi'.



mangga.. mangga.. dileueut heula caina...ulah tararegang kitu ah..pan lebaran urang teh

AlhamduliLlaah...

***

Tidak ada komentar: