Senin, 07 September 2009

Ramadhan 17 -- setia sampai mati

***
Tetangga sebelah rumah orang tua saya meninggal tengah malam tadi.
InnaliLlahi wa inna ilaihi raaji'uun.

Almarhum adalah ayah dari sahabat saya semasa kecil dulu, dan dengan keluarganya saya sudah seperti saudara sendiri.
Jadi ya memang sedih juga mendengar kabar ini. Namun mengingat 'penderitaan' beliau melawan penyakitnya, sepertinya semua juga yakin bahwa dipanggilnya almarhum oleh Allah SWT adalah yang terbaik.

Sakitnya sudah lama, sekitar lima tahun lalu.
Kelumpuhan otot motorik yang amat perlahan tapi pasti, menggerogoti tubuhnya.
Heu.. nama penyakitnya aneh lah. Mau saya googling juga keburu lupa namanya. Kabarnya tergolong penyakit langka, dan tidak menular. Penyebabnya pun tidak diketahui dengan pasti.

Berawal dari lengan yang tidak bisa diangkat. Hanya pergelangan tangannya saja yang bisa bergerak, dan masih bisa jalan-jalan.
Lama-lama beliau hanya bisa duduk. Ke mana-mana mesti pake kursi roda.

Selanjutnya merambat ke arah leher, mulut.. dst-dst.. sampai beberapa hari lalu saya tengok beliau sudah tidak berdaya di tempat tidur, dengan makanan dimasukkan lewat hidung melalui selang sonde.

Seminggu yang lalu kalau tidak salah, saya terakhir menengok almarhum.
Berkesan karena nengoknya barengan dengan mantan guru ngaji saya waktu kecil, Pak Dedi, yang sejak 'pensiun' sebagai merebot di masjid terdekat, beliau diterima sebagai guru di Tasikmalaya.

Kalo ketemu guru ngaji teh ya.. sok sur ser.. apalagi sama Pak Dedi. Kenangannya banyaaak pisan. Jaman saya SD gitu.. yang ngasih tau masalah fiqh dasar, tajwid dasar, sejarah Islam, cerita nabi dan sahabat, ya beliau itu. Bertahun-tahun pula.

Kami beda usia sekitar.. mmm.. berapa ya.. 10 tahunan mungkin. Karena kalau tidak salah saya kelas 3SD, beliau kuliahan. Saya panggil bapak sama beliau, beliau panggil saya 'ade'.
Saya dan sahabat saya putri almarhum itulah yang paling dekat dengan Pak Dedi ini.

Waktu kami menengok, istri almarhum sedikit 'mengeluh' sambil berkaca-kaca di depan saya dan Pak Dedi.
"Kenapa harus saya ya Pak Dedi, yang dapat cobaan ini.. Bapana kieu teh abdi janten teu tiasa kamana-mana. Sok asa sorangan. Hoyong pangaosan oge teu tiasa"

Maklumlah ibu ini ketiga anaknya tinggal di Jakarta. Di sini beliau hanya tinggal dengan suami dan pembantunya. Para tetangga saja yang bisa membuat hari-harinya lebih berwarna selama lima tahun terakhir ini. Termasuk saya.. hehe...
Saya sih cuma menyuplai obat-obatan yang diperlukan oleh almarhum semasa hidupnya. Dan terakhir kemarin akhirnya saya hanya bisa mengirim kue mari untuk dijadikan bubur.

"Insyaa Allah Bu, barangkali nanti ibu dipilih Allah untuk ditempatkan di syurga yang tertinggi", jawab Pak Dedi sambil tersenyum menanggapi keluhan si Ibu.
Selain bicara tentang syurga, apalagi coba yang bisa membuat Ibu ini tersenyum?
Kalau saya yang bilang tentang syurga, pasti garing. Kalo Pak Dedi yang bilang, rasanya nyess gitu ke hati. Pak Dediiii.. ... (lhoooooo???)

Seringkali saya memuji betapa sabarnya ibu dari sahabat saya ini mendampingi suaminya saat kelumpuhan demi kelumpuhan menjelang.

Ah ya, syurga bagi para istri yang setia pada suaminya, mendampinginya hingga ajal menghampiri, demi meraih ridha Allah dan ridha suami.

Saya? Akankah saya sesabar itu?

Barangkali kalau suamiku masih ganteng dan tiap bulan gajian kayak sekarang mah asik-asik aja ya mendampinginya
Sementara Ibu ini harus mendampingi suami yang asalnya gagah, kemarin hanya tampak tulang berlapis kulit saja. Yang asalnya berambut lebat, kemarin tak sehelaipun rambut menempel di kepalanya. Tiap detik harus dilayani pula segala keperluannya.

Kalau bukan karena ikhlas, apalagi ya yang jadi modal istri agar kuat mendampingi suami hingga akhir hayatnya?

Cinta? .. ah enggak.. lebih tepatnya sayang kali ya kalo udah nikah bertahun-tahun kayak aku begini.
Tapi da sayang juga butuh keikhlasan...
Seringkali cinta ingin berbalas, dan sayang pun ingin disayang balik.

Kalau gak ikhlas?

ya...... B E T E

***

Akhirul posting, ..semoga Allah kelak mempertemukan kembali mereka berdua di jannahnya..dalam keadaan bahagia yang tak kan terbayangkan...

dan saya pun ingin menjadi seorang istri yang ikhlas..

..semoga


Allahumma Aamiiin


1 komentar:

rena puspa mengatakan...

whuaaaaaaaa...gw nangis baca nya.....jd teringat ama daku yg sering ngomel ama suamiku pdhl suamiku msh ganteng n msh ngasih duit belanja.....hiks...hiks...