Minggu, 29 Agustus 2010

penipu kelas dodol

***
Rasanya emang pernah denger modus penipuan begini. Tapi bener-bener gendok ternyata kalo kita sendiri yang kena. AlhamduliLlah gak sampe kena tipunya.

Tadi .. malam jam 8-an, seperti biasa saja kami - saya, suami, arif, dan sofi ada di rumah. Dan seperti biasa juga ada yang nelpon suami. Palingan dari temennya - gitu kupikir. Suami saya pun tampak serius ngobrol.

Dan di saat yang bersamaan nada dering GSM saya pun ikut-ikutan bunyi. Saya lihat di layar: "Tante Nia", adik ipar saya yang tinggal bareng ibunya (ibu mertua saya) di Dago. Baru saja tadi siang kami pulang dari sana.

"Assalamu'alaikum", sapa saya.

"Wa'alaikumsalam. Ir, Mas Ka ada?" tanyanya terdengar buru-buru.

"Ada, tapi lagi nerima telepon", jawab saya

"Ada? Oh.. mau bicara sama Mas Ka, bilangin penting", katanya lagi.

"Ya..bentar ya", dan saya serahkan hp saya ke suami yang masih 'asyik' ngobrol, sambil saya bilang,"Dari Nia.. penting katanya".

Saya kembali ke dapur sambil sedikit bertanya-tanya dalam hati, kok adik iparku nada suaranya aneh gitu. Bilang penting pula. Gak bilang apa-apa juga sama saya. Ada apa ya...

Terdengar suamiku bicara sama adiknya itu, diakhiri dengan "Iya.. gapapa kok.. nipu itu"

"Apaan sih?", tanya saya setelah suami mematikan hp.

"Ada yang nyoba nipu... Tadi yang nelpon saya bilang dari kepolisian,nyuruh matiin hp 30 menit, soalnya nomor ini terdeteksi tersangkut kasus narkoba (kurang lebih seperti itulah), terus tadi dia nelpon Nia juga, bilang kalo saya kritis di rumah sakit, kecelakaan, dan dia minta transfer uang", papar suamiku.

"Haaa? Dia nyebut nama Wiska, gitu??" tanya saya dengan sedikit terkagum-kagum. Kok bisa orang itu mendeteksi nomor hp suamiku sekaligus adiknya.

"Iya, dia bilang Pak Wiska", jawab suamiku nyengir.

Tak lama kemudian hp suamiku berdering lagi. Dari nomor lain tak dikenal (bukan nomor yang tadi), dan diangkat.. tapi dimatikan oleh si penelpon. Rupanya cuma ngecek apa suamiku sudah mematikan hp apa belum. Kemudian sekali lagi .. mungkin dia ngecek lagi.

Telpon berikutnya dari ibu, yang memastikan suamiku baik-baik saja.
Tak puas mendengar suara putra tercintanya, ibu nelpon saya juga, memastikan kalau semua memang tipuan. Suaranya terdengar lemes bangeeeettttt..... huhu...

Setengah jam kemudian, Nia ngesms lagi ke hp suamiku: "Mama msh agak2 kaget, lemes katanya. Ibu mana yg engga kl dikabarin anaknya kecelakaan dan kritis di rs? Besok pagi tlg mama ditelp ya. Thanks"

Kurang ajar memang penipuan kayak gini. Bener-bener bikin kaget, panik, heboh, dan ngejatohin mental orang. Kalaupun gak sampe ketipu, efek psikologisnya bisa agak panjang.

Semoga hati ibu segera ditenangkan. Semoga tak pernah benar-benar ada kejadian kecelakaan itu. Semoga si penipu dibalas perbuatannya dengan balasan yang setimpal dunia akhirat. Dan semoga gak ada lagi yang jadi korban penipuan dodol macam begini.

Bersyukur juga si penipu gak nelpon saya untuk mengabari suami kecelakaan.
Kalau dia nelepon saya, saya gimana ya??? Pingsan kali....

Hmmm...


Eh.. Enggak deng... ya pasti gue ngakak laaa... wong suami ada di sebelah... xixi.

Paling gue jawab gini:
"Suami saya yang mana ya Pak? Kalo suami pertama saya sih ada di rumah nih, lagi bobo-boboan...huihihi..."

***

Sabtu, 28 Agustus 2010

rutinitas

***
Saat semua amal terasa menjadi sebuah rutinitas, seringkali hilang pula maknanya, dan entah kemana pula niat dan basmalahnya.

Ada waktunya memang untuk merelakan diri berhenti sejenak. Bukan untuk berhenti beramal. Tapi untuk memindahkan ruh ke sisi lain, membiarkan jasad dengan rutinitasnya dan mengajak ruh untuk mencari maknanya.

Bila bisa berhenti ya berhentilah... agar ketika ruh kembali ke jasadnya, saat itu pula mereka saling merindu.

Jasad yang rindu bekerja bersama ruh.
Dan ruh yang perlukan jasad untuk melakukan apa maunya.

Lakukanlah segalanya dengan sadar, yaitu saat jasad bekerja dengan ruhnya yang terjaga. Ruh yang tau bahwa di kanan kiri ada malaikat yang menulis sesuatu tentang dirinya.

***

Kamis, 26 Agustus 2010

kesempatan kedua

***
Barangkali nonton dan masih ingat, itu judul talkshow "Just Alvin" beberapa hari yang lalu yang mewawancarai A Agym.
Terpaksa saya download acara itu dari internet berhubung TV di rumah rusak antenanya, dan akhirnya baru nonton tadi malem.

Heuheu... wawancara itu bikin gue nangis uy. Mana mungkin seorang A Agym yang saya kenal sejak 1994 itu, yang selalu memberi warna dalam hidup saya, yang sering mengingatkan saya tentang keikhlasan... mengakui kalau dirinya seringkali tidak ikhlas? Riya? Mengemas segala sesuatunya agar mendapat pujian orang? Masa sih?

Dulu nyampe kok apa kata-kata beliau ke hati saya, sampai (dulu) saya bolak-balik ke DT tiap jam 2 hari ahad, cuma buat menenangkan hati... dan dapat, alhamduliLlah.. (walau memang harus dicharge terus menerus).

Sekarang saya melihat beliau sama saja dengan dulu, cuma bedanya yang saya lihat di wawancara itu beliau lebih banyak menunduk, menangis, dan bertampang feel guilty gitu lah... Tapi tampaknya memang jauh lebih tenang, damai, dan senyumnya lebih menawan... heuheu...

Ya Allah.. apapun kesalahan beliau, saya mohonkan ampun untuknya... Insyaa Allah dia sudah banyak menjadi jalan hidayah, dari dulu hingga saat ini terutama buat hati saya pribadi...

***

Ada 'joke' yang dilontarkan Aa.

Beliau tanya Alvin: "Coba kalau difoto ya.. pilih mana.. foto lebih bagus dari aslinya, atau aslinya lebih bagus dari foto?"

Alvin jawab: "Saya pilih aslinya lebih bagus dari foto, A.."

Aa jawab sambil tersenyum: "Itu mah sama aja pengen kepuji. Bagusnya mah ya jangan dipikirin"

Hahahaha....

Kapasitas beliau memang sudah begitu pekanya terhadap segala lintasan hati.
Lhaa.... gueeeeee????? Apa kabar gueee????

Sudahlah... rasanya saya ingin melesak masuk terbenam ke dalam bumi saja...
M A L U !!!

***

Selasa, 24 Agustus 2010

kemudahan untuk taat

***
"Kamu mah enak Ir... punya suami baik.. coba gue..eeuuurghhh... Suami elu buat gue dah sini!," ujar seorang perempuan yang telah saya kenal baik, di ujung telepon.
"Husy!", jawab saya sambil nyengir. Sompral amat dia.
Bercanda. Tentu saja dia bercanda dibalik kesedihannya menghadapi suaminya yang bla bla bla. Mau saya bilang sing sabar sing sabar juga da kalau saya jadi dia, keknya sih emang minta cerai sajalah.. Tapi ya masa saya bilang gitu.

Kalau sudah begini ya mendingan saya jadi pendengar saja. 'Percuma' ngomong sabar juga. Ya setidaknya ada tempat dia numpahin perasaan... bikin ember hati dia yang penuh hampir meluap ada tempat lain untuk ditumpahi. Toh kalo udah sampe ke ember hati saya, curahan tadi saya buang juga. Menyisakan endapan hikmah saja barangkali.

Taat pada suami dalam rangka taat kita pada Allah memang ternyata tak mudah.
Pantas saja bila Allah mengiming-imingi surga kepada seorang perempuan yang shalat lima waktu, shaum di bulan ramadhan, dan taat pada suaminya. Tak tanggung-tanggung, bisa masuk surga dari pintu mana saja yang kita suka. Begitu diungkapkan dalam sebuah hadits shahih.

Memperoleh suami yang shalih, ganteng, kaya... (gak usah ngebayangin suami saya, sodara-sodara.. belum tentu dia masuk kriteria.. hahaha), .... adalah sebuah kemudahan yang diberikan Allah bagi seorang istri. Bagaimana tidak mudah... mentaati seorang suami yang memang segala kemauan dan perintahnya masuk akal dan bahkan seringkali untuk kebaikan kita juga sebagai istri?
Bagaimana tidak mudah.. melayani seorang yang ganteng?
Bagaimana tidak mudah.. menyerahkan waktu dan tenaga kita untuk seorang kaya raya?

Itu baru satu contoh kemudahan yang diberikan Allah pada seorang perempuan untuk masuk syurga.

---

"Teteh.. mamah kabur," ketik seseorang di window chat YM.

"Ha? Kabur ke mana?".. bodohnya saya bertanya hal yang gak perlu seperti itu. Kabur ya pasti gak tau ke mana lah... dan esensinya kan kenapa, bukan kemana.
Ya anggap sajalah saya salah ketik.

"Mamah marah ke bapak"...

Beuh... usia pernikahan udah lewat duapuluhan tahun kok ya masih kayak anak keong racun gitu pake acara kabur-kaburan.

Pikiran saya jadi melayang sama mamah bapakku yang adem ayem di rumah mereka saat ini. Sesekali mamah menasihati saya bagaimana melayani suami dengan baik.
Indah bukan?
Mudah bagi saya untuk taat dan berbakti pada orang tua macam mamah dan bapak, yang kemauan dan perintahnya selalu masuk akal dan selalu untuk kebaikan saya juga.

Lekat dalam ingatan waktu saya menghadap mereka, menyatakan bahwa ada seseorang yang berkeinginan untuk melamar saya.
Pernyataan bapak hanya satu, spontan pula: "mun eneng bogoh mah sok wae, bapa mah kumaha eneng"

Haaaa?? Bener nih Pa?? Gak akan dilihat dulu barangnya??? Sepercaya itukah bapak sama saya?? Heuheuuuu... tengkyuuu Paaaaa....
*teriak saya dalam hati tentu saja*

Bapak seperti yang gak mau tau siapa calon menantunya itu, kerja di mana, anaknya siapa. Kunci dia cuma satu, saya cinta lelaki itu.

Ketika saya bilang sang lelaki idamanku mau datang, barulah bapak sedikit bertanya background dari sang calon. Nama, usia, dan pekerjaan. Setelah itu bapak nanya-nanya sendiri sama calon suami saya. Dan di akhir obrolan malah langsung tanya kira-kira kapan mau khitbah saya secara resmi.
Ampun. Bapak gue gitu loh. To the point abis.

Logis saja sebetulnya pikiran beliau. Kalau sampai ada orang tua melarang anaknya menikahi seseorang yang dicintainya, berarti orang tua itu membuka kesempatan bagi anaknya untuk selingkuh di kemudian hari.
Hahahah... si bapa aya-aya wae... Tapi bener juga sih. Dan, kalau ujung-ujungnya anaknya tetep selingkuh mah, bapak gak punya beban untuk merasa 'bersalah'.
Tentu saja itu setelah menepis kemungkinan bila sang anak memilih seseorang yang berbeda iman dan keyakinan.

Nah.. itulah kemudahan kedua bagi seseorang untuk taat perintah Nya. Memiliki orang tua yang shalih.

***

Kemudahan selanjutnya ...

Satu hal yang saya syukuri berada di lingkungan farmasi, adalah karena teman-teman saya banyak perempuan. Hehe...
Itu kemudahan buat saya untuk taat dalam hal berhijab.
Ya gimana mau macem-macem sama lawan jenis pas kuliah? Da di farmasi mah lawan jenisna oge euweuhan... hahaha....

Baru ditag di notenya temen, yang mengupload salah satu tulisan di bukom fardes.
Farmasi pedesaan, saat saya dan teman-teman berbagai angkatan tinggal satu minggu di sebuah desa terpencil.
Notenya singkat, karena baru mengangkat satu tulisan saja, tapi bener-bener menguak kenangan saya selama satu minggu dulu itu.
Hmmm..., tinggal satu rumah dengan para lelaki bukan mahram selama seminggu, tanpa listrik plus banyak ular... Tapi ya kok yang saya inget tetep aja kenangan bareng temen-temen perempuannya ya? Dan tentu saja ularnya..
Hihi..syukurlah. Bener-bener unforgetable moment.

Naaaah... jadinya gak kebayang tuh bila saya harus menceburkan diri masuk teknik mesin misalnya. Aaargghhh... mesti jadi "akhwat jaim" tiap hari dong? Atau malah jadi perempuan brutal? Atau sok cantik? Huekkk...

***

Jadi orang kaya? Slurp.. itu suatu kemudahan untuk taat yang saya dambakan.
Kebayang ya, kalo jadi orang kaya. Shodaqoh sana shodaqoh sini. Punya teman yang berhutang sama kita dengan leluasanya kita bebaskan saja. Terusss.. punya rumah gedeee yang bisa dijadiin tempat aktivitas teman-teman aktivis untuk pengajian atau apapun ....(asal jangan jadi sarang teroris saja.. hehe). Punya mobil baguuus yang irit dan gak mogokan untuk bisa antar jemput apaaa aja... *naon sih*... ya intinya untuk beramal.

Amiiin.. amiiin... amiiin...
Doakan saya biar jadi orang kaya yang dermawati...amiiiin....

***

Yang kelima, waktu luang..
Wew.. itu sebenernya jebakan, antara kemudahan untuk taat atau justru untuk maksiat.
Banyak orang yang terlalu sibuk untuk menghadiri majelis kajian ilmu. Banyak orang yang meninggalkan shalat sunnah karena sibuk. Banyak juga orang yang lupa silaturahim dengan saudara-saudaranya karena sibuk.
Nah.. buat yang diberi waktu luang, alangkah indahnya bila bisa mengisinya dengan amalan-amalan sunnah. Menyibukkan diri dengan hal-hal bermanfaat, dengan tidak lupa meluruskan niat.

***

Keenam, diberi-Nya pula saya saat ini, tubuh yang segar dan sehat. Keluarga yang sehat. Tidak ada satupun saat ini keluarga dekat saya yang sakit. AlhamduliLlaah.. bahkan Arif dan Sofi pun tamat shaumnya tanpa keluhan sedikit pun.
Sakit adalah hal yang paling menggoda iman buat saya. Di luar ramadhan, sakit kepala sedikit saja membuat saya urung shaum sunnah. Pilek sedikit saja, maunya tiduran dan bermalas-malasan. Pusing sedikit saja membuat saya ketus sama suami.
Gimana kalo sakit parah ya??? Na'udzubiLlaahimindzaliiik....

Makanya dikasih sehat adalah kemudahan luar biasa bagi saya untuk bisa beramal shalih dengan ikhlas seikhlas-ikhlasnya, insyaa Allah.

***

Barangkali tulisan ini hanya untuk mengingatkan diri tentang syukur.
Bersyukur bukan hanya berterimakasih dan memuji-Nya. Tapi juga bagaimana memanfaatkan kemudahan-kemudahan yang telah kita peroleh itu agar digunakan untuk taat pada-Nya.

Semoga, selalu, selamanya.

Izinkan hamba ya Allah,
mudahkan hamba untuk memasuki syurga-Mu yang indahnya tak terbayangkan itu...

Aamiiin..

***

Jadi inget blognya Bunda Zidan dan Syifa... posting terakhirnya sebelum meninggal...
huaaa.....


***

Panjangkan umur hamba dalam kebaikan Ya Allah...

(do'a minta dimudahkan masuk syurga memang bikin merinding ah....)

****

Minggu, 22 Agustus 2010

indahnya

***
Apa bedanya ya Ramadhan kali ini? Rasanya lebih nyaman ketimbang Ramadhan tahun lalu, alhamduliLlah.
Mungkin, karena:
1. Arif dan Sofi puasanya pollll.. ngebantu saya untuk gak males-malesan saat sahur. Bertekad gak kesiangan satu hari pun. Bahaya deh kalo saya kesiangan, bisa membuyarkan semangat mereka shaum satu hari penuh. Kasihan kalau shaum gak pake sahur.

2. Gak jaga apotek... horeee!! Beneran deh, tahun-tahun kemarin yang namanya jaga apotek membuat jadwal Ramadhan saya kacau beliau. Selain fisik yang harus bener-bener kerja keras, pikiran pun bercabang dua tiga empat.. bahkan sepuluh... huft!

3. Udah bebas dari ketagihan facebook..xixi... Ah masa sih?
Mmmm... untuk orang yang jarang fb-an barangkali model gak ketagihannya saya adalah OD fb nya bagi mereka. Lha wong tiap jam ditengokin kok.
Tapi setidaknya udah gak 'kepikiran' gitu lho... Gak terlalu dimasukin ke hati. Halah.
Dan bedanya sekarang mah bisa nengokin fb dari hp, gak kayak tahun lalu yang harus buka laptop.
Yu nou .. kalo udah manteng laptop, susah sign outnya.

4. Suami yang semakin baik... weks... :P

5. 'Menemukan' banyak hal selama setahun ini yang mendatangkan pelajaran dan hikmah yang luar biasa. Perjalanan batin, perjalanan ruhiyah, yang tentunya setiap orang berbeda rute-nya. Sampai pada titik di mana saya benar-benar merindukan momen ramadhan, yang akhirnya datang juga :)

Hari ini Ramadhan hari ke-12, dan telah banyak hal terselamatkan dari hati saya karena bulan mulia ini. Sampai sering berteriak dalam hati "Thank God it's Ramadhan!"
Indah saat saya menemukan diri ini bisa mengendalikan sesuatu yang paling sulit dan liar yaitu hati, pikiran, dan lisan saya sendiri.

Dan tentu saja yang paling bikin males saat Ramadhan adalah kalau harus mikirin lebaran, dan setelah lebaran, dan hari hari selanjutnya...hiks.
Males beneran!

Ah, semoga saja saya bisa selalu meramadhankan hati ini di setiap detiknya hingga saya jelang Ramadhan lagi tahun depan. Insyaa Allah.

***

Sabtu, 21 Agustus 2010

masjid at-taqwa

***
Ada keharuan tersendiri setiap saya sholat di Masjid At-Taqwa, Binamarga, Bandung. Tak lain itu masjid yang paling dekat dengan rumah orang tua saya.
Setiap saya berdiri dan sujud di sana, rasanya saya selalu kembali ke masa lalu, lebih dari dua puluh lima tahun yang lalu saat saya mulai menyadari bahwa masjid ini ada.
Waktu saya ikut-ikut mamah pengajian karena gak mau ditinggal, lantas tertidur di pangkuan mamah. Selanjutnya saya sendiri ikut pengajian anak-anak dengan berbagai karakter guru ngaji hingga tamat SD.

Ada empat guru ngaji saya, yang sekaligus jadi merebot masjid AtTaqwa. Setau saya mereka adalah orang perantauan yang kuliah di UIN SGD. Tiap lulus, pergi, dan digantikan oleh yang lain. Pertama Pak Mumuh, kedua Pak Rizal, ketiga Pak Dedi, dan yang keempat Pak Andar. Status mereka saat jadi guru ngaji saya, tentunya bujangan.. hehe.. tapi ya gak ngaruh laaa.. gue anak SD belom punya 'perasaan' macem-macem. Yang ada cuma perasaan dekat sekaligus hormat luar biasa.

Pernah juga gerombolan saya dkk dikejar-kejar dan dimarahi sama bapak ketua DKM, gara-gara suka gambar-gambar dan nulis-nulis menuhin papan tulis masjid yang berakibat habisnya berbatang-batang kapur.
Kami memang sering menjadikan masjid tempat main, dan tentu saja papan tulis dan kapurnya seringkali jadi sasaran.

Yang diseremin cuma satu.. kamar di sebelah kiri tempat imam. Di sana tersimpan keranda dan berbagai perlengkapan pengurusan jenazah (kain kafan, kamper, papan, anyaman samak, dll). Gak kuat berlama-lama dekat pintu kamarnya.
Kalau kamar sebelah kanan sih aman. Di sana tersimpan mushaf Qur'an dan sound system.

Saat tarawih memang jadi kenangan indah tersendiri bagi saya (sekali lagi, dan kawan-kawan). Berebut tempat paling tengah di tengah-tengah gank biar gak ketinggalan gosip saat ceramah.. hihi. Tapi kebiasaan buruk ini tak lama saat turun perintah dari guru agama SD kami bahwa setiap ceramah tarawih harus ditulis dan harus minta tandatangan penceramah.

Saat minta tandatangan dan cap masjid, anak-anak yang mendapat perintah sama, sering bejubel dan mengecoh pemberi cap masjid agar mencap buku kami lebih dari satu halaman... Cadangan buat besok-besok, kali aja ntar isi ceramahnya nulis sendiri di rumah, nyalin dari kolom taushiyah di koran. Tandatangan mah sreettt srettt sreett.. bikin we olangan.

Oiyaaa.. waktu Ustadz Aang Kusmayatna alias Kang Ibing (alm) ceramah taraweh di masjid, dapet juga tuh tandatangannya... Meni banggaaaaa buanget waktu itu :)

Saking cintanya sama masjid ini, pernah ada suatu masa saat saya dkk bolak balik ke mesjid untuk ikut sholat wajib berjamaah. Bahkan sholat jum'at pun kami lakoni. Hayyaaah... semangat kali pun !!
Pihak DKM sampai sengaja menyediakan tempat sepetak bagi kami untuk ikut sholat Jum'at.
Tapi lama-lama dipikir kok ya malu juga ya dilihatin sama bapak-bapak dan om-om, plus teman-teman laki-laki kami. Akhirnya kami tak meneruskan 'kebiasaan' sholat jum'at itu, dan sholat wajib pun akhirnya di rumah saja.

Ceramah tarawih di podium? di depan itu? Hoho.. tentu saja pernah saya lakoni juga. Dulu sempat ada masanya akhwat boleh ceramah di atas podium. Tapi itu pun tak lama. Kebijakan dari DKM untuk tidak 'membiasakan' akhwat tampil di depan khalayak ramai. Cukup di depan akhwat sajalah.

Sesi selanjutnya saya sempat jadi guru ngaji kecil-kecilan di masjid ini sampai SMA. Dan semasa kuliahan gak banyak interaksi saya di sini, hingga akhirnya momen penting berupa pengajian pra nikah saya yang dapat bonus do'a dari puluhan ibu-ibu dan bapak-bapak tergelar juga.

Beberapa tahun kemudian, Arif dan Sofi sekolah di Raudhatul Athfal At-Taqwa, rintisan dari Taman Pendidikan Al Qur'an yang dulu saya sempat jadi gurunya juga di TPA itu jaman SMP. Ngajar iqro tiap sore ke beberapa anak dari kampung sebelah, dan totalnya cuman dibayar sepuluh rebu sebulan.. xixi.. tapi enjoy aja. Suka bangettttt :)

Saya amati dari tahun ke tahun jama'ah masjid ini tampak selalu mau 'belajar'. Termasuk mamah dan bapak.
Berbagai ritual yang dipahami bid'ah, perlahan menghilang dari lingkungan masjid ini. Digantikan dengan hal-hal yang sesuai dengan sunnah RasuluLlah SAW. Contoh besarnya: tahlilan, dan contoh kecilnya: niat shaum dan berbagai do'a khususon Ramadhan yang dilafalkan beramai-ramai ba'da tarawih.

Forum-forum pengajian sudah diisi oleh ustadz muda yang pemahaman Islamnya 'ngadalil', gak sekedar ikut-ikutan nenek moyang.
Jadinya meskipun saya tahun-tahun berikutnya aktif di Salman, yang notabene jauh dari hal-hal yang bersifat tradisional, tetep aja bisa nyambung dengan mesjid ini dan dalam banyak hal sepaham pula dengan mamah bapak.

AlhamduliLlah orang tua saya menghabiskan masa tuanya di lingkungan ini. Lingkungan yang banyak menuntun mereka mendekati-Nya. Bapak yang dulu sama sekali tidak bisa baca Al Qur'an, seingat saya lima tahun terakhir bacaan beliau sudah lancar.
Mamah yang dulu tak berjilbab, kini sudah berjilbab dengan rapi. Rapi dalam arti setiap keluar rumah megenakan penutup aurat, sekalipun hanya menyapu teras halaman. Begitu pula dengan sebagian besar ibu-ibu di komplek ini.

Di manapun saya berada, di masjid manapun saya sholat, sepertinya saya akan selalu merindukan masjid AtTaqwa :)

***

Jumat, 20 Agustus 2010

ada dirimu dalam do'aku

***
Baru nyadar (sedikit), ternyata mendo'akan orang lain jauh lebih nikmat daripada berdo'a untuk diri sendiri.

Entah angin dari mana yang membuat saya malam ini ba'da shalat bisa komat-kamit mendo'akan orang lain. Dan entah kenapa pula tiba-tiba bulir-bulir air mata deras banget mengalir saat saya menyebutkan satu persatu orang yang saya cintai.
Mungkin karena hujan deras.. malam sepi.. dan Ramadhan yang mau gimana-gimana juga suasananya sejuk di hati..

dooh..nangis lagi deh nih...

Tentu saja takkan saya sebutkan siapa saja yang saya do'akan dan apa do'a saya untuk mereka. Biarlah Allah dan para malaikatNya mencatat, karena saya ingin do'a saya barusan diaminkan oleh para malaikat, hingga insyaa Allah terkabul... seperti apa yang disebutkan dalam hadits... (mm.. belum nemu teks haditsnya nih)

yang jelas, dalam sebuah link, disebutkan bahwa
.... hanya saja satu batasan yang disebutkan dalam hadits -agar malaikat meng’amin’kan- adalah saudara kita itu tidak mengetahui kalau kita sedang mendoakan kebaikan untuknya. Jika dia mengetahui bahwa dirinya didoakan maka lahiriah hadits menunjukkan malaikat tidak meng’amin’kan, walaupun tetap saja orang yang berdoa mendapatkan keutamaan karena telah mendoakan saudaranya. Hanya saja kita mendoakannya tanpa sepengetahuannya lebih menjaga keikhlasan dan lebih berpengaruh dalam kasih sayang dan kecintaan....


Heu.. dengan menuliskan ini pun mudah-mudahan tidak jadi 'pembatal amin'-nya para malaikat, soalnya pan mestinya cuma saya dan Allah yang tau kalau saya udah mendo'akan ya? Ari saya kalahka bilang-bilang...

Iya deh lain kali kalo ngedo'ain orang lain lagi saya gak akan bilang-bilang.
Ini mah... sekali iniiii ajah..


Eits..naha jadi seuri?.. dasar geje.

***

Selasa, 10 Agustus 2010

sang pengancam

***
Nasihat yang sangat mengena buat saya di sebuah forum majelis ta'lim. Katanya, jangan sampai kehadiran kita menjadi ancaman bagi orang lain.
Akang tersebut mencontohkan ketika dia menelpon bawahannya untuk menanyakan sebuah tugas, dia bertanya dulu “Nyaman tidak kalau saya menanyakan tentang tugas ini? Apa antum tidak sedang ada masalah?”



Hmm... saya jadi berpikir, seberapa sering kehadiran saya tidak disukai oleh orang lain? Baik itu di dunia maya ataupun nyata. Sementara saya sendiri sampai saat ini -masih- tidak menyukai kehadiran seseorang di wall fb saya ataupun di friendlist YM saya.
Dua orang 'terpaksa' saya hide wall fbnya karena gak kuaaaat baca status-statusnya yang gak nyambung ke saya tapi membuat saya su'uzhan padanya. Lebih baik tidak tahu sama sekali daripada membaca satu saja statusnya. Biarlah. Dia gak tau kalau wallnya saya hide. Daripada saya berprasangka buruk terus sama dia.

Dan satu lagi teman YM, yang setiap ketemu online dia selalu menanyakan kabar saya... bla.bla.bla.. dst dst yang pada akhirnya dia seperti menyalahkan status saya sebagai ibu rumah tangga pengangguran gak berduit... ujung-ujungnya .. kayaknya sih.. nantinya.. bakal muncul tawaran untuk jadi downlinenya... Ya sudahlah.. daripada saya kesel melayani obrolannya, mendingan dipermanent offline aja... heuheu.. maap...

Di dunia nyata ada pula beberapa orang yang bawaannya males aja untuk saya temui. Entah karena cerewetnya, muka masamnya, atau marah-marahnya... ataupun yang tiap ketemu pasti dia pengen jual sesuatu sama saya.
Ih.. mending gak usah ketemu deh kalo gak penting-penting amat.

Hoooo....

Ternyata begitu mudahnya ya saya menilai orang lain sebagai pengancam bagi kesenangan saya?
Sempatkah saya berpikir apakah saya pernah jadi pengancam bagi orang lain?
Ketika saya online YM... adakah yang tiba-tiba memutuskan untuk offline? Adakah yang permanently offline? Atau bahkan mendelete nama saya? Adakah yang menghide wall FB saya? Sementara saya tidak menyadari perlakuan tersebut?
Kalau ada.... hiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkkkkkkssss.... bener-bener akan jadi tamparan yang teramat keras buat saya... Amat keras

Bukannya saya tak pernah bermasalah dengan orang di dunia maya.
Pernah. Tentu saja pernah. Ada kasus yang saya sampai sekarang gak ngertiii.. (hanya berusaha untuk mengerti) kenapa dia meremove saya dari fbnya, seperti yang saya tulis di posting yang lalu.
Ada juga satu lagi yang mungkin.. gak tau ya.. sampai sekarang sepertinya masih memusuhi saya gara-gara fb juga. Dan saya juga gak ngertiiiiii... sampe saya klarifikasi kesana kemari, dan semua bilang kalau saya gak salah. “Dia aja yang cari masalah... Emang orangnya gitu,” kata teman saya yang lain... huhu... whatever lah... yang penting saya mah gak pernah musuhin dia sedetikpun.

Sementara itu... dua minggu menjelang Ramadhan ini ada tamparan dari-Nya untuk saya. Sebuah tamparan karena ternyata ada yang -sempat, sementara waktu- tidak menyukai kehadiran saya dalam kesehariannya. Masalahnya sudah selesai, tapi cukuplah masalah itu yang membuat saya mungkin bisa berubah permanen (jadi lebih cantik )

Sudahlah.. sesuatu itu tidak bisa saya ceritakan di blog ini (maaf ya Lesly, Manik, dkk.. anggap aja posting ini sebagai penggugur kewajiban menepati janji di comment status saya.. hihi..)
Do'akan saja agar saya selalu berubah ke arah yang lebih baik ya .. baik.. dan lebih baik lagi.., cantik dan lebih cantik lagi hatinya, hingga tiba pada saatnya jatah hidup saya berakhir, dan saat itulah saya berada dalam kondisi terbaik dan tercantik seumur hidup.

Meskipun meminta maaf khusus dalam rangka jelang Ramadhan tidak ada contohnya dari RasuluLlah SAW, tak ada salahnya bila saya mohonkan maaf dari teman-teman semua atas segala kesalahan dan kekhilafan yang telah saya lakukan baik sengaja maupun tidak disengaja. Yang langsung maupun tidak langsung, baik tulisan maupun perkataan.
Sungguh lebih baik saya didamprat habis-habisan secara langsung, kalau perlu sampe saya nangis darah (halaaah... lebay..), tapi sesudah itu beres dan damai, daripada diam-diam ada yang tidak suka dengan tingkah polah dan perlakuan saya pada kalian semua.

Tak ingin sama sekali kehadiran saya jadi sebuah ancaman bagi siapapun. Saya ingin jadi orang yang menyamankan bagi keluarga dan teman-teman, atau minimal, ada ataupun tidak adanya saya gak ngaruh.
Mending gak ngaruh daripada berpengaruh negatif kan...?



Akhirul posting, selamat datang Ramadhan, selamat beribadah teman-teman, bulan yang kita rindukan akan datang segera dalam hitungan menit... semoga Allah berkenan membersihkan hati dan pikiran kita dari segala sesuatu yang tidak diridhoi Nya, dan menjaga kesuciannya hingga akhir kehidupan kita.

Ya Rahiim, luluhkanlah hati siapapun yang masih memusuhi saya, yang tak suka akan kehadiran saya, agar mereka memaafkan segala kesalahan saya padanya.

“Ya Rabb, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir” (QS Ali Imraan 147)

Allahumma Aamiin...

***

Jumat, 06 Agustus 2010

"akhwat jaim" -- (bagian keempat) -- tamat

sambungan dari "akhwat jaim" bagian pertama, kedua, dan ketiga.
***

Gerbang pernikahan selain membawa warna baru dalam cara pandang saya terhadap orang lain, ternyata membawa warna baru juga dalam kehidupan perhijaban saya.
Terasa sedikit lebih longgar ketimbang saat saya berada dalam status lajang.

Kenapa?

Mungkin.. ini mungkin...
Mungkin karena merasa sudah tertutup celah bagi siapapun yang ingin menikahi saya, maka aksi dan reaksi apapun yang diberikan dan diterima oleh dan dari lawan jenis, tidak lagi saya artikan sebagai sinyal untuk dibogohi...
Lha seperhatian perhatiannya cowo sama saya, emangnye dia mau apa? Pasti cuma mau temenan doang kan? Masa iya ingin menikahi?

Bersyukurlah saya karena berada di lingkungan makhluk beradab, di mana persepsi saya di atas benar adanya. Namun ternyata di lingkungan lain.. katanya.. tak lagi berlaku istilah “sebelum janur kuning berdiri, maka dia bisa jadi milikku”.. tapi yang kini berlaku adalah “sebelum bendera kuning berkibar, maka dia bisa jadi milikku”
Whaaa.. ngeri banget siy...

So, ternyata memang hijab berlaku untuk siapapun yang bukan mahram kita. Begitu pula kejaiman, hendaklah kita jaga.

Lhaaa... dari dulu belom tau ya apa definisi akhwat jaim versi saya?
Jaim itu kan jaga image ya. Semacam menjaga pandangan atau persepsi atau pendapat orang terhadap dirinya.
Akhwat jaim yang terbayang di benak saya adalah seorang akhwat yang bisa dikatakan pemalu dan tidak memalukan.

Menjawab pertanyaan dari seorang komentator di blog ini, apakah jaim itu suatu bentuk pembohongan publik? Dan jawaban saya adalah tidak.

Akhwat (baca: saya, ier) bersikap jaim karena mengikuti apa kata hatinya. Hati yang dibentuk oleh pemahamannya dan lingkungannya. Tidak bohong, karena hatinya nyaman saat dia bersikap jaim. Ada sesuatu yang dia jaga, ada sesuatu yang dia bela.

Lain jawabannya jika ada yang bertanya.. salahkah akhwat bersikap jaim?
Jawabannya ya, salah, jika niat dia jaim adalah untuk berharap ridho manusia.
Jawabannya tidak, tidak salah, jika niat akhwat tersebut bersikap jaim adalah karena inginkan ridho Allah SWT.
Masalah niat, hanya akhwat tersebut yang mengetahuinya.
Kadang memang pacampur-campur antara inginkan ridho manusia, dan inginkan ridho Allah. Tapi satu sajalah yang dirasakan saat berjaim karena inginkan ridho Allah ta'ala... yaitu ketenangan hati saat menjalaninya. Karena berharap ridho manusia itu manalah tenang? Adakah hati yang tenang saat pujian manusia menjadi tujuannya?

Akhwat jaim saya definisikan sebagai seorang muslimah yang berhijab atau berbatas.
Adapun cara terbentuknya bisa karena terpaksa, bila terus menerus berada dalam lingkungan seperti yang saya ceritakan pada akhwat jaim bagian pertama. Salah sedikit dimarahi, deket ma cowo langsung diingatkan. Namun bisa juga mengalir dan tanpa pemaksaan seperti yang saya ceritakan pada akhwat jaim bagian kedua. Di bagian kedua ini sang akhwat (baca: si nu boga lalakon, saya, ier) memang sudah menikmati dirinya yang berhijab.

Adapun tingkat kejaiman bisa berubah tatkala sang akhwat memasuki babak baru kehidupannya. Misal: menikah, seperti yang saya ceritakan pada akhwat jaim bagian ketiga dan keempat ini.
Atau bagi akhwat lain barangkali tingkat kejaiman berubah saat dia memasuki dunia perkuliahan ataupun dunia kerja yang lingkungannya sebagian besar laki-laki.

Dan di dunia maya seperti facebook dan YM, seperti yang saya ceritakan di akhwat jaim bagian ketiga, standar jaim bisa sangat berbeda dengan dunia nyata.
Dunia maya seakan bisa menunjukkan pada dunia bagaimana 'asli' nya kita, atau bahkan bisa kebalikannya sama sekali... di sana kita bisa menunjukkan kepalsuan kita sepalsu palsunya.

Jadi harus bagaimana seorang akhwat berhijab di dunia maya, nyata, darat ataupun laut?
Kuncinya ada dua. Yang pertama dan utama adalah ilmu, dan yang kedua seringlah bertanya pada hati nurani, pada hati kita yang terdalam. Dia tak kan bisa memungkiri, apakah kita benar atau salah dalam bersikap.

Semoga kita semua masih dikaruniai hati nurani yang ada dalam penjagaan Nya.

***

Melag nteu mun saya tamatkan serial ini?
Ya sudahlah.. tamat gak tamatnya saya tunggu komentar dari para penggemar (beu..angger eta geer)


***