Selasa, 09 September 2008

lain padang lain belalang..

lain lubuk lain ikannya...
lain suplier, lain pula salesnya...
begitu kurang lebih arti dari pepatah ini versi saya, yang sehari-hari berkutat di apotek.

Bicara tentang pengadaan obat dan alat kesehatan, saya masih ambil barang lebih banyak dari sub distributor, bukan dari distributornya.
Alasannya, nilai satu faktur bisa lebih kecil sesuai dengan kemampuan apotek saya saat ini. Selain itu saya bisa lebih mudah dapat kredit tanpa birokrasi yang rumit. Barang-barang sub dis seringkali merupakan barang-barang campuran dari yang rata-rata fast moving, dan harga eceran justru bisa lebih murah. Begitulah setau saya.

Saat ini saya gak akan bahas PBFnya. Tapi mau sedikit berbagi, tentang dunia salesnya.
***

Setahun buka apotek sendiri dan mengelola stok barang, akhirnya saya kini cukup hafal karakter sales PBF.
Pembawaaan sales seringkali menentukan apa saya order atau nggak.
Sales yang tampak kuyu dan males-malesan nawarin produknya seringkali saya lewat saja. Paling kukasih cap kunjungan. Pergi. Selesai.
Tapi kalo si sales kuyu itu sampe dateng berkali-kali ke apotek, ya saya coba order juga. Cuma atas dasar kasihan saja. Biasanya sekali dua kali order, eh... dia malah gak balik lagi. Sales yang aneh. Kerasa kali kalo saya kepaksa, atau dianya yang emang gak konsisten?
Apalagi kalo diskon yang dia kasih ternyata payah. Udah deh... jangan harap saya mau order lagi.
***

Sales Adit...
(di sepanjang cerita ini, nama sales dan nama PBF bukan nama sebenarnya ya)

Lanjut...
Sales Adit ini tampangnya ok banget. Dia salah satu dari sekian banyak suplier alat kesehatan. Mestinya sekali-kali dia ikut casting sinetron, atau nyoba belajar jalan di atas catwalk, atau jadi cover boy, ... kayaknya minimal bisa jadi finalis.
Namun nasib membawa dia keliling naik motor saja ke apotek-apotek.
Tak apa, cukup menghibur para cewek di apotek kayak saya =P
Beberapa kali Adit nembak saya, saya tolak. Saya bilang kalo saya udah sama yang lain.

Nembak minta orderan maksudnya.

Sekalinya dia nembak dapet, ternyata kondisi (baca: diskon/bonus) barangnya payah. Selain itu, ketika barangnya dateng, banyak yang salah item, salah jumlah, bahkan ketinggalan. Lopernya bilang, orang di gudangnya banyak yang baru, jadi masih banyak salah. Ah.. tidak ada alasan!!
Memang sepertinya bukan salah Adit. Tapi kini, setiap Adit datang, saya kembali bilang kalo saya udah sama yang lain. Kita sampai di sini saja!
Adit akhirnya gak pernah ngapelin saya lagi.

Untuk alat kesehatan saya langganannya ke PT.Formindo. Dengan sales bernama Dendi.
Hitam manis bersahaja dengan hp esia ber-NSP ayat-ayat cinta. Kondisi barangnya bagus. Tapi semua dipegang sama sales Dendi ini dari mulai cari orderan, nganter barang (loper), sampe ke nagih bayarannya (kolektor). Nganter barang sih kadang digantiin sama loper lain kalo Dendi sakit.
Loper lain ini sering ditunggu-tunggu sama asisten saya yang masih bujangan, karena lopernya cantik=)

Di beberapa jenis obat selain alat kesehatan, PT.Sumbawa Mitra bersaing dengan PT.Compo Prima. Kondisi dan item barang hampir sama.
Suka bingung saya kalo sales Anto dari PT. Sumbawa dan sales Rido dari PT.Compo ini datang bersamaan. Terhirup aroma persaingan di antara mereka. Tapi tentu saja kalo ketemu dua-duanya saling senyum, salam, dan sapa. Di antara kedua laki-laki ini sebenernya saya pilih Rido. Dia cukup bisa menjamin kondisi barang yang diberikannya kepada saya dibanding Anto. Tapi ya biar dua-duanya seneng, saya bagi-bagi aja orderannya.
Pertimbangannya satu: kalo ingin barangnya cepet dateng, pesan saja ke Anto berhubung PT.Sumbawa kirim barang lebih cepat dan selalu konfirmasi bila barang kosong.
Tapi kalo masih ada stok minimal, pesennya ke Rido aja. Beres.
Mereka senang, saya pun senang.

Oya. Sales Rido orangnya care banget. Dia suka tau aja kalo saya lagi seneng atau sedih. Sedikit berkomentar kalo saya tampak bermuram durja, kemudian menghibur dengan nasihat sederhana. Cukup menyenangkan. Dia sendiri matang, stabil, dan selalu senyum dengan menampakkan lesung pipit yang dalam di kedua pipinya (halagh..Ier..ghadhul bashar woi!).

Nah, kalo Anto nih, dia punya keluhan.. hpnya suka ujug-ujug bunyi 'trilit' padahal gak ada yang ngontak. Trus istri semata wayangnya neleponin teruss. Hebat lah.
Mungkin si istri tau aja kalo suaminya ini sering jalan-jalan dari satu cewe ke cewe lain. Lha yang jaga apotek kan mayoritas cewe.
Tampangnya lumayan juga, dengan gigi depan yang rapi, putih bersih.
Tapi alangkah kecewanya saya, ketika dia cerita tanpa kuminta...
dia cerita.. bahwa..hiks..hiks..
ternyata... gigi depannya itu palsu! Palsu!
Dia pernah tabrakan sampe giginya rontok. Euh atuh da si Anto mah..suka naek motor sambil bacain orderan. Earphone terpasang, tangan kiri pegang surat pesanan, tangan kanan pegang setang. Sekali tancap gas, dua tiga SP tersampaikan.
Pantes we mun sakali-kali nabrak mah.

Sales Dodi lain lagi.
Dia dari PT. Supra Kirana
Datang paling pagi dengan gaya sudah membungkuk hormat sejak turun dari motor. Dan mengulangi gerakan hormatnya di dekat etalase apotek.
"Assalamu'alaikum Teh," sapanya sambil tersenyum,"Barangkali ada sisa Teh?"
Walaah... berlutut saya di depan sales rendah hati yang satu ini.
Tentu saja saya selalu memberi jatah orderan untuk dia.
Sesedikit apapun saya order, dia pasti bilang terimakasih (tak lupa kembali membungkuk hormat). Haik.. haik..
Sayang diskonnya gak begitu bagus dan itemnya gak lengkap.
But it's ok Dod.. senin rabu dan jum'atku akan hampa tanpa kehadiranmu.

Ada lagi sales ganteng dari PT.Prima Surya. Ini penilaian dari asisten apotek lain yang serayon. Dia termehek-mehek padanya, sampe bilang dia CTM (cinta tak harus memiliki). Maklumlah sales ganteng yang bernama Tata ini sudah beristri. Ah, ganteng sih ganteng, tapi saya gak suka lelaki berkumis tebal. Saya suka yang berjanggut saja (sekali Wiska tetap Wiska!!).
Sales Tata ini suka agak maksa minta orderan, dan tampak selalu tidak puas dengan orderan saya. Dengan begitu saya cukup lega kalo dia gak dateng. Bebas dari paksaan yang tidak berperikeapotekeran.

Ya maklumlah... mereka kan punya target rata-rata di atas 100 juta per bulan.
Sayangnya gak semua sales pandai ambil hati.
Pernah ada sales yang nelepon, maksaaa banget minta orderan.
Saya bilang gak ada.
Dia minta dikasihani karena saat itu dia sedang terkapar di rumah sakit karena kecelakaan lalu lintas, sementara target masih jauh.
"Paracetamol aja 2 box ya Teh", katanya sambil memelas.
Ya akhirnya selain pct 2box, kutambahi lagi orderannya.
Watir lah... teu tega***

Tidak ada komentar: