Menunjukkan tanda-tanda perbaikan, alhamduliLlah..
Sabtu ahad kemaren sampai hari ini, saya nyoba beberapa trik biar sofi mau sekolah tanpa harus ditungguin.
Yang pertama, dido'ain.
Saya lagi senang berdo'a untuk hal-hal yang sederhana. Mencoba melibatkan Allah aja dalam setiap langkah.
Seperti berdo'a biar barang yang ilang ketemu, berdo'a biar anak mau makan, berdo'a biar gak ngantuk, dll.
Asyik juga, karena kerasanya jadi enak aja ke hati, dan dengan ikhtiar semampunya, biasanya dengan mudah apa yang saya inginkan tercapai. Segala puji bagiNya.
Apalagi buat anak.. do'a ibu itu kan mustajab, insyaa Allah, Aamiin...
Yang kedua, dikasih reward.
Ini strategi dari si om.
Setelah nego antara si om dan sofi (yang dalam hal ini diwakili oleh Arif), lahir kesepakatan: dibeliin boneka beruang sama si om kalo Sofi mau sekolah tanpa ditunggu.
Sofi cukup beseri-seri mendapatkan tawaran ini.
Tengkyu ya om.
Yang ketiga, nelpon wali kelasnya.
Sofi ngadu ke Bu Guru via hp, tadi malam. Katanya di kelas ada yang jail, anak laki-laki, tapi gak tau namanya siapa. Bu Guru janji, besok mau dicari anak yang jailnya.
Sofi terlihat surprised, ... ternyata Bu Guru bisa ditelpon ya...
Yang keempat, cari temen Sofi yang bisa diajak ngobrol.
Ternyata anak itu datang dengan sendirinya, ikut main ayunan pas istirahat tadi.
Sofi memberi ruang pada anak itu untuk duduk di sampingnya, dalam satu ayunan.
Saya mendorong mereka pelan-pelan dari arah depan.
"Hai.. namanya siapa ni?"
"Fatimah", jawab dia pelan
"Siapa Fi? Kok umi gak denger ya?"
"Fa.. ti.. mah", kata Sofi
"Fatimah punya adik?"
Dibalas anggukan.
"Uminya di mana sekarang?"
"Di rumah", jawab Fatimah.
Saya ajak ngobrol terus, bergantian antara Sofi dan Fatimah, kayak jadi moderator. Bicara tentang adik, kakak, umi, abi... semua yang beririsan di antara mereka berdua, biar mereka menemukan kesamaan.
"Sofi sayang Fatimah, Fatimah sayang Sofi", kata saya sambil mengayunkan mereka.
Dua-duanya senyum.
"Di kelas ada yang nakal gak Fatimah?"
"Gak ada", kata Fatimah
"Lho. Kata Fatimah gak ada Fi?"
Sofi diem.
"Kalo deket sama yang baik-baik aja", kata Fatimah tiba-tiba agak panjang.
"Yang nakal jangan dideketin", lanjutnya.
Sofi tampak menyimak apa yang Fatimah bilang.
"Iya ya.. Fatimah bener...", kata saya.
Sofi semakin terpengaruh dan mulai senyum malu-malu.
Mereka melanjutkan ayunannya, sementara saya sedikit menjauh.
Yang kelima, nitip ke Bu Guru favoritnya.
Di kelas sofi ada tiga guru. Yang paling sofi suka adalah Ibu Eneng (bukan wali kelas). Saya mempercayakan Bu Eneng untuk ngobrol sama Sofi.
Pas jam istirahat, saat Sofi main ayunan itu, Bu Eneng ngobrol agak lama dengan Sofi.
Saya menjauh dan pura pura gak lihat. Saya lirik lirik aja.
Sofi kelihatan berubah-ubah ekspresi. Sedih dulu, tampak berkaca-kaca, say something, diem, senyum dikit, ngangguk-ngangguk..., setelah itu Bu Eneng beranjak dari hadapan Sofi dan Fatimah, kemudian menghampiri saya.
"Katanya ada yang nakal di kelas, namanya Atsa, laki-laki. Waktu di kelas Sofi tiduran di karpet, Atsa nendang Sofi"
Mm... gak sengaja paling ya..
"Kata Sofi, kalo Atsa mau minta maaf, Sofi mau sekolah lagi (gak dianter umi)"
Bu Eneng sempat menyebutkan semua nama anak laki-laki di kelas A. Ternyata yang 'iya' cuma Atsa.
Memang Fi..." tidak semua laki-laki ... " =P
AlhamduliLlah, pas bel masuk selesai istirahat, Saya lihat Sofi mau masuk ke kelas sendiri, tanpa saya temani. Saya nangkring aja di depan kelas,dan kebetulan disapa sama Mama Haidar.
Yang kelima, tetep ditungguin di sekolah sampe Sofi stabil. Meyakinkan saja bahwa Umi always available for her.
"Eh.. Mama Sofi", sapa Mama Haidar, "kok Sofi ditungguin?"
"Iya, lagi sensi..lagi dapet..", jawab saya nyengir.
Kami sedikit ngobrol sambil duduk-duduk di bawah pohon, kemudian Mama Haidar mengajak saya bergabung dengan ibu-ibu lain di teras masjid.
"Ibu-ibu.. ini Mama Sofi," kata Mama Haidar memperkenalkan saya.
"Oh, Mama Sofi... tumben?", kata salah seorang ibu.
Ya wajarlah saya ditumbenin nangkring di sekolah full time gini.
Sofi tu dari hari pertama sekolah aja udah saya tinggal. Boro-boro saya kenal sama mama-mama yang lain. Sementara ibu-ibu itu tampak cukup menikmati kegiatan nungguin anak di sekolah.
Selanjutnya saya bergabung dengan forum ibu penunggu anak itu.
Sedikit jadi pendiam =P berhubung obrolan mereka rada 'asing' di telinga saya. Ngobrolin seputar fashion n food, terus ngalir aja rada teu puguh ke sana ke mari. Hm, dunia ibu-ibu pisan. Di forum itu, kalo saya buka buku aja, nungguin anak sambil baca, pasti tampak aneh. Komo deui mun saya buka laptop, connect internet, yang semua sarananya saya bawa saat itu, halagh...
Sebetulnya udah gatel karena sobatku minta saya online. Huaaaa.... saya balas smsnya "lagi nungguin Sofi di sekolah euy"
Da sarua mun saya online ge, moal jauh ti ngagosip. Heheh. Dasar ibu-ibu.
Senang juga ya ngeliat para ibu-ibu itu. Yang diurus dari hari ke hari tampaknya hanya pengabdian mereka kepada keluarga. Nungguin anak sambil ngebaso atau ngebubur ayam. Ketawa ketiwi tanpa beban.
Sepertinya kalo saya pengen nambah berat badan barang 3-5kg, saya mesti bergabung dengan gank ibu-ibu ini ya? Hihi..
Saya sesekali lihat Sofi dari jendela kelas. Udah biasa lagi.
Pas ketemu pandang sama Bu Susan, Bu Susan ngacungin jempol ke arah saya, pertanda Sofi hebat.
Pulang sekolah Sofi bilang ke saya kalo besok Sofi gak harus ditungguin lagi.
Dan saya perkuat dia dengan reward yang akan didapatnya: "Boneka beruang Fi?"
Lesung pipit di kedua pipi Sofi pun muncul kembali...
Kita lihat besok ya! Akankah Sofi mendapatkan boneka beruangnya?
Maksud saya: beneran nih om?
hehe..
****
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar