Memaksakan diri menulis di tengah keruwetan rumah... huaaa... hiks-hiks T-T
Daripada pusing sendiri, mending pusingnya dibagi-bagi.
Namanya juga hanya berbagi.
Gini nih, bad mood gara-gara kemaren saya marahin Arif dengan kurang ajar. Gw yang kurang ajar. Bukan si Arif. Padahal marahnya kemaren, tapi sampe sekarang saya masih begitu merasa bersalah.
Saya udah minta maaf, Arifnya juga tampak udah melupakan kejadian itu.
Masalahnya apa coba. Setelah saya marahin Arif, balik saya yang dimarahin mamah.
Gubrak!!@#$%^
Mamah ngingetin, kalo saya ke anak jangan kayak gitu.
Yang bikin aku kesel... aku tu' marah ke Arif kayak gitu jarang banget. Tapi sekalinya marah kemaren itu... udah mah si Arif gak salah-salah amat... sayanya naik pitam (teuing kunaon)... dan itu terjadi di depan mamahku..
Saya jadi takut aja kalo mamah nyangkanya emang saya sering kayak gitu kalo gak di depan mamah.
Tapi seperti biasa lah... kalo mamah udah ngomong, aku mah cuma diem aja.
Emang mamah bener kok.
Seharian ini cuma introspeksi diri aja akhirnya...
Begitu banyak teori parenting, bagaimana cara menghadapi anak. Gimana kita memahami anak dan mendidik dengan sebaik-baiknya cara.
Tapi saya belum pernah baca buku yang bisa berempati terhadap seorang ibu.
Ibu juga manusia.
Yang bisa marah.
Yang bisa sedih.
Yang bisa ngantuk.
Yang bisa laper.
Yang bisa capek.
Yang pengen refreshing.
Hmm.. kalo ada yang bisa kasih saya nasihat, atau artikelnya, atau bukunya.. boleh deh.
Emang belum disearch juga... padahal saya perlu pisan.
Hmmm... dari semua teori parenting memang jadi seorang ibu mesti 'sempurna' lahir batin.
Lahirly harus selalu senyum di depan anak-anak, selalu kuat, sehat, dan siap siaga.
Batinly harus selau tenang dan ikhlas.
Hal ini mungkin gak terjadi pada seorang ayah.
Sepulang kantor, papa bisa langsung tidur... bangun ketika anak-anak sudah tidur, dan pergi lagi sebelum anak-anak bangun.
Papa kalo lagi capek ya tinggal nyuruh umminya buat bikin susu, gantiin baju anak-anak yang ketumpahan makanan, etc etc...
Yup... emang tugas ummi kok..
saya tidak berhak mengeluh dalam hal ini.
Selama suami masih menafkahi lahir batin...
masih mau menenangkan saya dalam kondisi resah, dan tentunya memberikan gajinya :P..
saya sudah harus merasa cukup.
Bagaimanapun yang mengenali saya, adalah saya sendiri.
Seharusnya saya tau gimana cara mengendalikan diri sendiri.
Selalu sadar dalam setiap detiknya, apa yang telah, sedang, dan akan saya lakukan, terutama dalam hubungannya dengan anak-anak.
Fuihh... ini baru dua coy! Gimana kalo anak saya selusin, kayak orang-orang dulu ya? Betapa tabahnya nenek nenek kita itu.
Ibu mertuaku pernah cerita tentang eyang putri. Ibu dari ibu mertuaku.
Putra-putrinya, semua ada tujuh, dan semua jadi orang sukses. Ya pa'de bu'de om dan tante suamiku itu.. termasuk ibu. Selain sukses secara materi, saya kenal mereka pun sampai saat ini adalah orang-orang yang baik, jujur, dan rendah hati, sekalipun jabatan mereka tidak bisa dipandang sebelah mata di negeri ini.
Seingat ibu, eyang putri itu gak pernah sekalipun marah pada anak-anaknya.
Hwaw!! Standing applause deh.. beneran!!
Pantas saja seorang Ibu yang begitu bisa mengendalikan dirinya, dikaruniai anak-anak yang menjadi 'qurrata a'yun' seperti apa yang saya minta selama ini kepada Nya.
Saya pernah menulis kok, tapi bukan di blog ini, tentang bagaimana (mestinya) saya mengendalikan diri. Terinspirasi dari Nanny 911.
Oya.. paling itu deh acara TV yang bener-bener bisa menunjukkan 'empati' terhadap orang tua, sekaligus memberi solusi, bagaimana menghadapi anak, sekaligus mengendalikan diri.
Nah.. sebetulnya keyword buat saya adalah.. fokus.
Biar saya fokus pada anak, maka segala permasalahan saya pribadi (yang menyangkut kerjaan, perasaan, masalah dengan orang lain, dll) harus saya selesaikan lebih dulu dengan fokus juga, di tempat lain, di lain waktu. Atau kalo beririsan, ya mestinya saya tinggalkan saja dulu.
Mengalihkan pikiran.
Mungkin itu yang agak sulit. Bagaimana kita menoleh ke kanan tanpa memikirkan apa yang terjadi di sebelah kiri.
Sekali lagi gimana biar saya fokus.
Misalnya saja, sekarang.
Gimana caranya saya nulis blog, sambil menjawab pertanyaan Arif tentang apa artinya 'rotasi'?
Dan gimana caranya saya nulis, sambil bikin susu?
-ya udah Ier.. bikin aja susu dulu, Arif n Sofi minta tuh-
-ntar ya-
-----
Ini sih saya mau nyoba aja bikin planning, what should I do at the right time and in the right place.
Apa aja yang mesti saya kerjakan di apotek, di rumah sendiri, di rumah orang tua, dan di rumah mertua, disesuaikan dengan kondisi masing-masing tempat.
Udah? Iya.. udah saya bikin rencana itu dengan beberapa target, tinggal nunggu komitmen dan konsistensi dari saya. Komit pada tujuan dan konsisten pada langkah. Bukan hal mudah bagi saya yang pada dasarnya moody pisan.
Kalo untuk menulis, saya kasih waktu dan tempat yang fleksibel saja.
Menulis bagi saya adalah kebutuhan mendasar, seperti halnya kebutuhan akan toilet.
Di mana kebelet, maka harus punya waktu dan carilah tempat yang memungkinkan.
Hehe.
Seperti sekarang ini nih, saya menulis di tengah rumah yang sudah seperti kapal pecah, sementara suamiku akan datang sebentar lagi...
Tapi kan suamiku mewarisi sifat eyang putrinya tea, hehe.
Betapa beruntungnya saya, dan kasihan sekali suamiku =P
Arif saja sekarang mulai bisa mengendalikan dirinya lho...
biasanya kan dia suka ngamuk-ngamuk gak puguh gitu.
Saya bikin trik pemberian award, berupa bintang kertas yang ditempel di depan pintu kamar.
Satu bintang kalau Arif tidak marah dalam 24 jam. Dan dicabut bintangnya kalo Arif marah.
Kalo bintangnya udah sepuluh, Arif dapat hadiah CD interaktif Bobby Bola.
Sepuluh bintang itu akhirnya dengan susah payah dia kumpulkan dalam waktu satu bulan.
Dan alhamduliLlah, tidak sia-sia. Dia sekarang tampaknya sudah mulai menikmati 'enaknya gak marah'. Dia menjelma jadi seorang laki-laki yang cukup 'matang' sekarang, sesuai dengan usianya. Enam tahun.
Enam tahun! Nangis di depan umum aja masih dianggap wajar!
Nah, sekarang ummi... bagaimana dengan dirimu?
Dirimu yang sudah hampir sepertiga abad hidup di dunia ini?
Yak.. ganbatte!! Be optimist!!
Selain fokus tadi - (tinggalkanlah semua pekerjaanmu bila berhadapan dengan anak)-
maka ada satu hal yang harus dilakukan dalam kondisi darurat, yang kemarin itu saya lupakan, yaitu:
diam (mulut diam, aggota tubuh lainnya juga diam), menjauh kalo perlu, bila emosimu mulai terpancing oleh tingkah anak-anakmu.
Akhirnya, saya percayakan semua amanah ini padamu ummi..
Selamat berjuang !!
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar