Minggu, 07 Maret 2010

seringkali saya hanya ingin mendengar

***
"Ayolah cerita.. cerita apa aja sama saya"

Terdengar aneh. Tapi itu adalah kalimat yang sering *secara langsung ataupun tidak* saya lontarkan pada teman-teman dekat saya.

Ada yang sampai bilang gini...
"Duh...Teh.. saya selama ini menghindari Teteh loh"
"Hah? Kenapa?", tanya saya super heran. Memang akhir-akhir ini dia sering tak tampak di online friend list YM saya.
"Takut saya curhat", kata dia diakhiri dengan yahoo emoticon laughing.

Hahaha.. akhirnya ketemu online lagi sore itu, ngaburudul juga cerita dia tanpa saya mampu menghentikan curahan banjir bandang dari hatinya.

Berbagai kisah yang entah benar atau tidak, terlontar begitu saja dari teman-teman dekat saya, 'adik-adik' saya, baik saya minta maupun tidak. Sementara saya sendiri tidak banyak bicara. Saya sering tak berminat menceritakan kisah hidup saya. Jujur saja, saya hidup hampir tanpa masalah berarti, yang kadang membuat saya sendiri cemas, apakah Allah memperhatikan saya atau tidak.
Segera saya tepis pemikiran 'buruk' saya tentang-Nya, beralih pada pemikiran bahwa kenikmatan dunia itu justru ujian terberat seseorang dalam hidup. Masalah besar saya justru karena saya tak punya masalah!! (atau sebetulnya karena masalah berat pun tak pernah saya ambil pusing?? Wallahu a'lam...)

Tahukah kalian, sahabatku..

Mendengar berarti membuat saya bisa bercermin..
Mendengar berarti membuat saya bisa belajar..
Mendengar berarti membuat saya bisa meringankan beban orang lain walau sedikit..
Mendengar berarti membuat saya merasa bisa dipercaya dan dibutuhkan..
Mendengar kadang bisa menyelesaikan masalah saya sendiri walau tak sepenuhnya..

Saya sering rindu mendengar, rindu untuk bisa berpikir untuk orang lain (walau dia bilang saya sotoy).. tapi memang saya senang mendengar orang lain berbicara banyak dan saya memberi sedikit saja tanggapan - *bisa juga banyak deng.. hehe..

Jadi jangan kaget bila saya bilang pada salah satu di antara kalian...
"Saya kangen dikacapraki olehmu"

Itu tak berarti saya memaksamu untuk bercerita. Saya hanya ungkapkan apa yang ada di hati saya. Kerinduan itu. Di balik itu sebetulnya saya tak pernah mau mendengar cerita dari orang yang terpaksa bercerita hanya untuk menghibur saya. Dan jelas-jelas saya tak pernah mau mendengar cerita dari orang yang sudah berjanji takkan pernah bercerita lagi sama saya. Saya hanya ingin mereka tau, bahwa mereka tak pernah menyusahkan saya sedikitpun dengan cerita-ceritanya, dengan segala permohonan bantuannya.

Tak hanya mendengar yang butuh keikhlasan, sahabatku...
Bercerita pun pasti butuh keikhlasan.

***

1 komentar:

rena puspa mengatakan...

eh mendengar itu adalah suatu kenikmatan juga loh.....hehehe...komo ari si ier nu ngobrol mah....kekeke