Senin, 13 Oktober 2008

ier si tong sampah

Demi melihat anak-anak sekolah itu kembali meramaikan perjalananku...
melihat kembali anak-anakku memakai seragam mereka yang berwarna warni...
melihat kembali dalamnya lesung pipit di pipi kiri dan pipi kanan sofi-ku, karena dia kembali akan bersekolah..
Kegersangan hatiku rasanya tersiram. Sejuk.
Ada semangat kembali.
Setelah satu bulan lebih aku dihantui berbagai masalah.
Bukan masalahku, tapi masalah teman-temanku.

Huaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....haahhaaah...hhaaaaaaaa...

Ingin nangis sekaligus ketawa.
Gila.
Ternyata aku cuma tong sampah yang tidak rajin membersihkan diri.
Jadinya busuk!

Maafkan aku sahabat-sahabatku,
Maafkan aku adik-adikku,
specially for my little brother...maafkan aku atas segala perkataanku.
Saat itu aku terlalu emosi, atas segala beban yang masuk ke kepalaku.

Maafku tidak bermaksud menarik segala apa yang telah aku sampaikan.
Tapi maaf, bila kata-kataku kurang berkenan di hatimu.

Hari ini rasanya aku ingin berlepas tangan dari semua masalah sahabat-sahabatku, keluargaku, adik-adikku..
Aku ternyata tak layak untuk jadi tempat mereka mengadu. Apalagi untuk mencari solusi.
Aku bukan siapa-siapa untukmu... (d'masiv pisan)
Kuakui paling aku cuma bisa jadi pendengar yang baik..
Tukang ngasih minum kalo mereka mulai gemetar..
Tukang ngasih tisu kalo mereka mulai menangis..
Tukang ngasih mie goreng kalo mereka mulai lapar..

Apa urusanku ya?
Kenapa aku mesti terlibat jauh dengan urusan mereka ya?
Kenapa mereka mesti cari aku ya?
Kenapa juga aku harus cari mereka ya?
Dan kenapa juga aku mesti melibatkan hatiku untuk berempati?

Tapi di sisi lain ... harus kusyukuri kalau aku masih punya hati..
Aku ternyata masih bisa merasakan kesedihan saat mereka menangis di hadapanku.
Aku ternyata masih bisa merasakan kegelisahan adik-adikku.
Aku ternyata masih bisa merasakan bahagia kalau mereka bahagia...
Tuhan.. aku sayang sama mereka!
Itulah kenapa aku selalu ada!

Selama perjalanan mengantarkan anak-anakku sekolah tadi,
ketika roda aktivitasku mulai bergulir kembali..
aku sadar bahwa aku harus tetap berjalan dengan segala urusanku juga.

"Nu baleg atuh Bu.. nyetir teh!!!!"

Tuh kan! Tadi pagi tuh! Aku dapet semprotan dari pengemudi lain gara-gara aku nyetir sambil ngelamun!
Dodol !!

Iyyaa.. iyaaa...
Aku harus tetap mengemudikan mobilku..
Jangan sampai aku tenggelam dalam urusan mobil orang lain..
Tetap jaga jarak, dan tetaplah dalam jalur masing-masing.

Tak apa aku jadi tong sampah,
tapi aku harus jadi tong sampah yang bisa mengubah sampah-sampah itu menjadi sesuatu yang bermanfaat bagiku dan bagi para pembuangnya.

Sesampai di apotek hatiku jadi lumayan lega..
Dengan sejuta maaf untuk little brotherku..
Dengan sejuta tekad untuk memperbaiki diri sendiri..
Dengan permohonan waktu untuk menyepi sebentar saja dari berbagai masalah...



Namun tak kusangka... jam 10 pagi tadi...


ada seorang perempuan datang kepadaku tanpa membuat janji.
Aku agak heran dengan kehadirannya.
Tiba-tiba masuk ke ruang peracikanku, duduk di lantai, lantas dia melepas tangisnya.
Tangis yang begitu menyakitkan, sampai aku juga ikut menangis tanpa tau apa masalahnya.

Satu jam dia di ruang racik itu tanpa berhenti menangis.
Bahkan tanpa bilang ke aku apa masalahnya.
Dia cuma bilang "Maaf, aku ke sini cuma numpang nangis aja ya"
Dan aku cuma memegang pundaknya. Bingung.
Kemudian dia minta izin melanjutkan tangisnya di ruang praktek dokter gigi yang kosong.
Secara.. aku kebanjiran pembeli dan sales. Malu gitu, kalo kedengeran "hiks-hiks" dari belakang lemari.
Setelah tangisnya reda, dia pun pulang..
"Maaf, aku gak bisa cerita apa-apa", ujarnya.
Aku mengangguk. Masih bingung...

Kuberi dia obat dulu..
obat biar bengkak-bengkak di matanya hilang.
(Gitu deh kalo curhat sama apoteker.. gak bisa kasih saran, ya kasih obat aja..hehe)

-----

Tuhan...
kini aku kembali menghadapMu sambil melepas tanya...
Kenapa dia harus hadir di hadapanku, justru pada saat aku ingin lari dari masalahnya?

Dan entah kapan Dia menjawabnya...

****

6 komentar:

Anonim mengatakan...

tetehku sayang...(cie padahal ketemu aja belum pernah)..agak jarang orang punya bakat seperti teteh ini...buat dyne teteh itu bukan tong samapah..tapi kaca..tempat merefleksikan sedikit kebingungan..jika kacanya bersih tampaknya permasalahan yang menghinggapi dyne terlihat jelas dan jalan keluarnya pun terlihat jelas juga..hehehe...

All I wanna say..jazakillah khairan katsira..

arifin mengatakan...

mungkin kami cuma butuh didengar, gak -selalu- butuh dinasihatin..
dan bakatmu mungkin disitu kali ya?

elo kan beungeut ceulieun, naon lah istilah na...

ya, kira-kira aja kali klo mo ngasih saran. orangnya lagi mau denger gak, klo gak, ya mental. percuma... apalagi klo orangnya kaya saya.

barina ge rarasaan mun konsultasi perlu solusi mah canggihan solusi ti saya.. =p

yu mariiii

-si manusia dodol yang sok tahu segala hal-

ier mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
arifin mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
swestika mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
ier mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.