***
AAAARGH... itu pertanyaan yang -akhirnya- bisa keluar juga dari mulut saya.
Terimakasih pada penyusun serial WHY yang telah menerbitkan tema "PUBERTY" nya, membuat saya bisa punya start point untuk membicarakan tentang pubertas dengan anak lelakiku ini.
"Gak tau ah...", kata Arif malu-malu, mendengar pertanyaan saya itu. Dia baru saja menamatkan bab tentang mimpi basah, makanya langsung saya tanya.
"Nanti kerasa kok sama Arif. Nanti kan keluar cairan sperma itu dari penis Arif kayak si Komji (di buku itu). Nah, itu tandanya Arif udah dewasa. Perhitungan amal udah ditanggung Arif sendiri. Dosa dan pahalanya udah urusan Arif sama Allah. Bukan tanggung jawab ummi lagi. Nanti kalau kerasa, bilang sama umi dan papah. Nanti sama papah diajarin mandi wajib. Kalau udah mimpi basah, keluar sperma, gak boleh sholat dulu sebelum mandi wajib", papar saya yang disimak dengan serius oleh Arif.
"Jadi kalo bangun harus mandi dulu baru sholat shubuh?", tanya Arif.
Dari nadanya dia khawatir.. oh betapa ribetnya harus mandi subuh...
"Iya", jawab saya.
"Nah Rif, kalau cari informasi kayak yang di buku itu, jangan nyari sendiri browsing browsing internet ya, informasinya suka banyak yang gak bener. Mending tanya aja langsung ke umi dan papah. Ya? Nanti dikasih tau", saya memastikan. Toh di buku itu juga diceritakan saat si Komji mengklik sebuah link di email spam, dan dia nonton sambil terbengong-bengong, terus ketauan ayah ibunya, terus dikasih nasihat deh.
Arif ngangguk ngangguk. "Iya", katanya.
Hfffffff... setidaknya sebuah sekat sudah terbuka. Jaman sekarang orang tua mesti bisa dekat dan saling terbuka dengan anaknya. Itu yang saya mau. Belajar untuk mendengar dan saling berbicara walaupun hal itu terasa tabu bagi kebanyakan orang. Tapi harus bisa.
Saya gak berharap anak-anak saya selalu membicarakan apapun yang terjadi dalam hidupnya dengan saya atau bapaknya. Pasti mereka punya privasi, hal-hal yang hanya ingin mereka simpan sendiri. It's ok. Di sanalah nanti kita mengajari mereka untuk bisa menghormati privasi orang lain sekaligus melatih kemandirian untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Mereka mesti bisa membedakan mana yang bisa dibagikan kepada orang lain sekalipun orang dekat, mana yang tidak.
Di serial WHY itu ya paling ada satu kelemahannya di mata saya. Si Komji dan si Omji, pemeran utama dalam buku itu yang masih ABG, masing-masing punya 'pasangan'. Pacar, teman dekat lawan jenis, atau apalah istilahnya di sana. Yang jelas temannya itu spesial. Hmmm.. di sana sih permisif ya untuk punya 'pacar'. Dan dibilang kalo sama pacarnya itu, Komji dan Omji palingan main sepatu roda bareng, atau nonton konser bareng, belajar bareng. Cuma dibilang di sana ..gak boleh berduaan, harus di tempat ramai, juga sepengetahuan orang tua.
Yaaa saya dan suami sih hijab gak gimana-gimana banget sama lawan jenis. Cuma kalau untuk jadi "spesial" dan ada semacam "komitmen" dengan satu orang sih, pengennya gak usah dulu lah ya kalau masih jauh buat nikah mah. Khawatir nanti salah fokus aja. Geuleuh banget kalo lihat sinetron remaja sekarang urusannya cuma rebutan pacar. Status ABG di jejaring sosial cuma urusan rindu dan patah hati. Padahal banyak hal yang seorang remaja belasan tahun itu bisa dilakukan dan bisa dipikirkan. Tapi koq kayaknya semua sirna hanya karena urusan lawan jenis.
Dulu saya gimana? Nyaaa.. ngeceng-ngeceng wae mah mulai jaman SMP wajar meureun ya. Normal gitu sebagai cewe yang ngap ngap lihat cowo ganteng. Tapi ya gak fokus ke situ karena gak lanjut jadi komitmen. Cewe lain ikut ngeceng nya heug, biar seru. Pernah resmi punya cowo waktu kelas 3 SMP, ada yang bilang suka sama saya terus saya juga bilang suka, tapi kita gak pernah ngapa-ngapain. Hahaha. Aslina. Dulu mah da malu atuh mau jalan berdua juga, meski temen-temen tau kita udah jadian, tapi tetep aja malu, dan seingat saya tak pernah secuil pun kami bersentuhan. Paling salaman pas ultah. Sekali itu juga, da 'pacaran'nya gak sampe setahun. 'Putus'nya juga karena pisah SMA aja. Hahaha.
Jaman SMA dan kuliah malunya lebih-lebih lagi, karena saya udah terkenal sebagai aktivis rohis, masa iya pacaran. Dan 'sial'nya saya sukanya sama tipikal ikhwan aktivis yang tegas sama perempuan, so.. mana mungkin jadian. Hihi. Dan karena aktivitas yang seabreg itu juga, di berbagai organisasi, yang membuat saya gak terlalu fokus mikirin lawan jenis. Cuma jadi 'hiburan' sajalah. Toh jodoh akhirnya mah dateng sendiri, alhamduliLlah.
Kalau jaman sekarang buat anak-anak dan remaja kayaknya mesti rada dibangun lagi gimana rasa malu itu timbul. Setidaknya membuat hubungan si anak dengan lawan jenisnya gak lebay dan gak bikin mereka makan ati. Entah gimana caranya.
Dengan ngasi contoh dan bimbingan kali ya. Juga konsultasi gratis. Haghaghag. Naon sih. Ya yang penting menempatkan mereka di lingkungan yang baik dan kompetitif terhadap hal-hal yang positif.
Saya gak punya banyak ilmu tentang pendidikan anak. Saat ini lebih ke main feeling aja dan berkaca ke berbagai pengalaman diri maupun orang lain. Harus terus digali lagi dan nyari informasi, baiknya gimana. Share sama temen-temen. Mencoba dan berusaha.
Pada akhirnya biarlah Allah yang kemudian bekerja dengan tangan-Nya untuk mendidik mereka dan melindungi mereka, anak anak kita. Hanya usaha dan do'a terbaik yang kita bisa lakukan.
BismiLlahi tawakkaltu 'alaLlaah..
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar