Sabtu, 29 Agustus 2009

Ramadhan 8 -- aku (tidak) cinta kamu

***
Hanya ada saya dan dia, diam.
Saya duduk bersender ke dinding, dengan tangan menyilang di dada. Menahan kantuk yang luar biasa. Maklum jam 1 siang di bulan Ramadhan.

Sementara seorang laki-laki duduk terpekur tak jauh di hadapan saya sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang tidak pegal. Tampak lesu.

"Jadi.. apa kekurangan istrimu?", tanya saya -akhirnya- dengan perasaan yang sangat tidak nyaman.
Tentu saja tidak nyaman. Pertanyaan itulah yang saya hindari sejak sekian kali kami bertemu, pertanyaan yang saya lontarkan setelah berulang-ulang saya bertanya dan menyatakan kelebihan istrinya.

"Dia itu terlalu lurus, gue gak pantes buat dia" jawabnya.
Jawaban laki-laki yang saya kenal belasan tahun lalu itu tidak terlalu mengejutkan buat saya. Dalam arti jawabannya sudah saya duga dan saya mengerti. Bahkan saya amat paham dengan perasaan temanku ini.

Terngiang-ngiang juga apa yang adekku bilang: "jauhin kalo elu gak mau jadi tertuduh!!"
Ho..ho.. bener juga ya. Laki-laki di depan saya ini cerita pada saya tentang perselingkuhannya, tapi koq kami jadi sering ketemuan begini. Ini siapa selingkuh ma siapa??? Gitu kali tanya kursi yang kami duduki ini bila dia bisa bicara.
Tapi harap tenang para pemirsa, saya telah menceritakan semua ini pada suamiku.

Kasihan juga saya pada ... pada... siapa ya nama samarannya.. hmmm....
Usep? jangan.. Abdul? jangan.. Doni aja lah, rada gaya tapi tidak terlalu gaya. Emang gitu koq orangnya

Ya, yang membuat saya tetap menanggapi curhatan Doni hanyalah rasa kasihan.

Doni yang tak sengaja bertemu saya, teman lamanya, dan tampaknya jadi kepikiran buat curhat masalahnya yang paling pribadi kepada saya.

"Cuma elu yang tau koq Ier..", kata dia "Off the record ya".

Oke Don.. dengan tulisan ini pun Insyaa Allah gak ada yang bisa nebak siapa kamu.
Mungkin banyak yang tau kamu, tapi pada gak nyangka cerita hidupmu akan seperti ini.
Atau mungkin ada yang tau cerita ini, tapi enggak tau kalo masalah ini menimpamu.
Yang penting gak ada yang bisa nyambungin ya?

Sudahlah, saya pun tidak akan membahas masalahmu dengan lebih detil lagi. Terlalu pusing dan membingungkan bagi saya.
Baru kali ini memang, saya dengar ada seorang suami yang bilang kalo dia merasa istrinya 'terlalu shalihah'.
(Jelas dalam tanda kutip dan huruf italic karena aneh aja koq keshalihan bisa dibilang terlalu ya?)

Saya baru satu kali bertemu dengan istrinya Doni.
Cantik luar biasa. Berbalut gamis dan jilbab lebar. Ck..ck..ck.. sampai terkesima saya melihatnya.
Bersyukurlah Doni yang memiliki istri secantik ini dan bersyukurlah saya yang dikaruniai wajah pas-pasan Bukan apa-apa, saya khawatir tinggi hati bila menyadari memiliki wajah cantik, lantas menggunakanya untuk maksiat. Barangkali tidak bisa kuat terjaga dengan 'rapi' seperti istrinya Doni ini. Wallahu a'lam.
(judulnya menghibur diri nih, si Ier..hehe)

Doni bercerita kalau istrinya ini tak pernah tolerir terhadap kemaksiatan sekecil apapun. Yang jadi masalah adalah Doni memiliki masa lalu yang tidak begitu indah. Predikat sebagai mantan perokok dan mantan pengguna obat-obatan terlarang mesti disandangnya. Istri Doni baru mengetahui hal ini setelah menikah.
Satu langkah penting ta'aruf telah terlewat barangkali ya? Wallahu a'lam. Yang jelas sekarang mereka berjodoh, dan telah dikaruniai satu orang anak dari pernikahannya.

Doni sendiri sudah taubat walaupun sampai saat ini satu butir kaplet psikotropika harus diminumnya setiap hari dan dikurangi secara bertahap. Konsultasi ke psikiater mesti tiap bulan pula dilakoninya.

Sementara sang istri, adalah seorang yang amat istiqomah, kuat iman.. insyaa Allah. Hanya saja sikap tidak tolerirnya membuat sang suami ini merasa menjadi amat buruk, amat terpuruk, merasa amat rendah di hadapan sang istri.
Bukannya membuat Doni memperdalam taubatnya, malah dia mencari perlarian terhadap perempuan lain yang bisa menerima dia apa adanya.
(Maaf, dengan catatan penting: perempuan lain itu BUKAN SAYA)

Barangkali ini yang dimaksud ustadz di masjid dalam pengajian ramadhan tadi siang.
Suami harus bersabar terhadap kekurangan istri, dan istri pun harus bersabar terhadap kekurangan suami.
Mau gimana lagi selain bersabar, lha sampai mati kita hidup bersamanya???

Bersabar bukan berarti membiarkan, tapi mengingatkan dengan cara yang sebaik-baiknya. Suamilah mestinya, yang paling paham bagaimana mengingatkan istri, dan istrilah mestinya, yang paling paham bagaimana mengingatkan kesalahan suami. Dengan karakternya, dengan kebiasaannya, dengan hati masing-masing yang telah berpadu.

Lebih indah lagi bila suami bisa menutupi segala kekurangan istrinya, dan istri bisa jadi perisai bagi kekurangan suaminya, di hadapan orang lain.
Amat tabu bagi seorang istri/suami menguraikan segala kekurangan pasangannya kepada orang lain.
Bisa saja, tapi tentu pada yang sekiranya bisa membawa kita dan pasangan kita pada kondisi yang lebih baik. Barangkali kepada murabbi, atau keluarga sang istri..

Bukan pada perempuan lain

.........yang hanya bisa mendengarkan sambil termangu

.................................................. seperti aku.


***

6 komentar:

rena puspa mengatakan...

naha judulnya aku tidak cinta kamu???...

ier mengatakan...

tidaknya pan dalam kurung Ren..

itu kepikiran saat seseorang mesti berkata 'cinta' pada pasangannya, tapi sebetulnya tidak. Dan ingin berkata cinta pada selingkuhannya, tapi mestinya 'tidak'.

Beu.. urusan perselingkuhan begini tampaknya si Ier sudah begitu menghayati.. Kumaha tah Pak Wiska??
wkwkwkwk....

rena puspa mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
rena puspa mengatakan...

wah ga kepikir artinya sedalam ituh...kereeennn....buat komen alinea ketiga mah no comment ah....sieun....huehehe

arifin mengatakan...

saya mah kalahka sedih, sieun teteh di kumaha-kumaha ku si 'doni'..ingat teh sabda si ipin, pada dasarnya setiap pria adalah brengsek! =P

ier mengatakan...

Thanks Pin, kalo ada yang aneh-aneh ntar gw lapor sama elu.. hehe.. ntar elu yang hajar dia ya!