Selasa, 21 April 2009

sepenggal memoar untuk Rika Hafsyah

***



Ternyata tidak berlebihan apa yang saya lihat di film-film Indonesia, saat seseorang menerima berita tentang sesuatu yang mengejutkan, dia kaget sampai melepas genggaman teleponnya. Karena itupun hampir saja terjadi pada saya saat saya menerima berita kalau Rika meninggal.
Tiba-tiba lemas... hilang.... melayang...

Baru kali ini memang saya ditinggal oleh orang yang pernah amat dekat dengan saya, ditinggal untuk selamanya. Wajarlah kalau teman-teman banyak yang mengucapkan turut belasungkawanya justru kepada saya. Karena selama SMA, terutama kelas 2 sampai kelas 3, Rika adalah soulmate saya. Di mana ada Irma, di situ ada Rika. Lihat deh, sebagian besar foto-foto SMA kita, pastilah ada saya dan Rika dalam satu foto. Malah beberapa pekan lalu saya sudah mengupload foto Rika di facebook ini.

Mungkin banyak teman SMA yang melupakan Rika. Rika seakan menghilang dari hadapan saya pada hari pengumuman kelulusan UMPTN tahun 1996. Rika tidak lulus UMPTN, tetapi kemudian lulus di Polban Ciwaruga. Setelah itu dia rasanya begitu menjauh. Kami sibuk dengan urusan masing-masing, dan telpan telpon hanya pas lebaran saja. Apalagi dengan tidak munculnya beliau di mailing list, friendster, dan facebook, jadi agak susah melacaknya. Tidak banyak teman lama yang tau kabar terkini dari beliau.

Kalau dibilang dekat, sebetulnya enggak juga. Kedekatan saya dengan Rika mungkin tidak sedekat saya dengan beberapa sahabat lainnya. Tapi bagaimanapun, dia yang sempat satu kelas dengan saya tiga tahun, dan dua tahun terakhir satu bangku dengannya, tentunya punya kenangan tersendiri, kenangan yang selama ini hanya kami simpan berdua saja.

Karakter yang berbeda, tapi saling melengkapi. Mungkin itu yang membuat kami tak pernah berpisah bangku. Saya yang cenderung extrovert, dan Rika yang cenderung introvert. Saya yang cerewet, dan Rika yang siap mendengarkan. Saya yang mengatur, dan Rika yang siap diatur.
Kami punya kesibukan di ekskul yang berbeda, dan bertemu hanya di bangku untuk berbagi cerita.

Tidak banyak rahasia dirinya yang sempat terungkap.
Pernah saya secara tidak sengaja menemukan rahasia terdalam dari hatinya. Benar-benar tidak sengaja, sampai saya kaget dan memandang matanya sambil sedikit tersenyum penuh arti. Membuat wajahnya yang putih bersih itu benar-benar merah padam.

“Tapi Irma, jangan bilang siapa-siapa ya?”, katanya sambil memohon, memelas, setengah menangis.
“Iya.. iya...tenang aja, “ jawab saya meyakinkan dirinya. Toh apa yang dia rahasiakan sebetulnya bukan aib, dan wajar saja terjadi di hati seorang gadis SMA. Tapi dia tampak begitu malu. Malu sekali.
Insyaa Allah Rika, apapun rahasia dirimu yang pernah terungkap di hadapan saya, akan saya jaga selamanya, hingga saya menyusulmu kelak.
Ah, akankah kita 'sebangku' lagi di syurgaNya, Rika?

Rika yang cantik, pemalu dan sangat menjaga dirinya... itu kesan saya pada Rika, almarhumah.
Saya cerita ke mamah juga, mamahku spontan bilang.. “InnaliLlahii.. Rika nu manis tea?”
SubhanaLlah.. tampaknya selain fisik yang memang cantik, dia dikaruniai inner beauty (pinjam istilahnya Lita dalam notenya tentang Rika), sehingga siapapun yang bertemu dengannya, akan bilang Rika anak yang manis.

Yang saya ingat dia sering sekali menggenggam jemari saya. Saat dia cemas, gembira, ataupun saat dia menghibur saya yang sedang sedih ataupun menyatakan bahwa dia ikut bahagia... Pasti... pasti saja dia genggam jemari ini. Pun ketika dia berjalan di samping saya, tangannya selalu saja menggandeng. Kadang saya sampai risih, karena saya sendiri tidak biasa mengungkapkan segala sesuatu dengan sentuhan. Tapi tak apalah... bila itu nyaman bagi Rika.
Mungkin teman-teman semua juga merasakan bagaimana kita harus menyesuaikan diri dengan yang namanya teman sebangku. Cocoknya ada, gak cocoknya juga ada.
Tapi semua tentu saja kami lalui dengan senang hati, dan saling toleransi.

Masih ingat kan di mana kami biasa duduk di Fis 1?
Meskipun kita berebut kursi, tapi hampir bisa dipastikan kalau kami biasa duduk tepat di depan pintu masuk, dengan tugas memata-matai bila guru yang akan mengajar di kelas kita datang dari kejauhan.
Haha.. pintu kelas kita itu lho yang papannya dilepas satu biar ada celah 5cm untuk bisa ngintip ke arah lorong.
Kalau guru datang, maka saya dan Rika langsung memberi kode... pssst.. psst..pssst....sambil melambai-lambaikan tangan, dan semua duduk dengan manis di tempatnya masing-masing, hingga guru yang bersangkutan masuk dan memandang kita dengan tatapan puas, karena kita siap belajar :)

***
Tadinya saya dan Levy sore ini mau ta'ziyah, tapi berhubung Levy ada sebuah urusan, sepertinya ta'ziyah ke rumah orang tua Rika akan ditunda.
Kemarin saya sempat menelpon ke rumahnya dan diangkat oleh ibu mertuanya Rika. Maklum, karena berita yang saya dengar dari Levy via telepon dan yang saya baca di milis kelas dari Iin, tidak jelas sumbernya. Masih sedikit berharap bila berita yang saya dengar itu salah.
Tapi memang benar demikian adanya. Rika meninggal saat melahirkan anak keduanya, dan bayinya pun tidak terselamatkan. Rika meninggalkan suami dan seorang anak yang usianya barangkali sekarang sekitar 4-5 tahun.
Cerita lebih detil akan saya tulis lagi pada note berikutnya setelah saya ke rumahnya besok, Insyaa Allah.Maklumlah, rumah Rika di ujung barat, dan saya sekarang ada di ujung timur, belum lagi urusan pekerjaan dan anak-anak, sulit sekali bagi saya dan Levy untuk mengatur waktu.

Tolong sempatkan sejenak saja untuk dengan khusyuk kita do'akan Rika, mema'afkan segala kesalahannya, dan mengenang segala kebaikannya.

[Alloohummaghfir laha Warhamha Wa ‘Aafihi Wa’fu ‘anha, Wa Akrim Nuzulaha, Wa Wassi’ Madkholaha, Waghsilhu Bil Maa’i WatsTsalji Wal Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa A’idhu Min ‘Adzaabil Qabri]

Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), suami yang lebih baik daripada suaminya, dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim 2/663)

Aamiin, ya Rabbal 'aalamiin...

***

3 komentar:

Iin mengatakan...

rika yg cantik+bageuur pisan..
reflek pertama waktu iin denger berita itu adalah pengen ngasih tau mama iin, haha.. :(

maap ier, berita di milis spt nggak jelas sumbernya ya. padahal itu sumbernya dr temen rika (yg jg temen iin) yg habis ta'ziyah ke rumah rika..

smoga rika dan keluarga yg ditinggalkan dilimpahi kasih sayangNya, diberi kemudahan dan kebahagiaan. aamiin..

2012themomentum mengatakan...

Saya tidak mewakili warga cimahi di Fis 1, tapi, bisa di bilang Alm. RIKA adalah bagian dari group cimahi. Karena kalo kita rombongan cimahi pulang sekolah, seringkali satu angkot sama Alm.

Sampe gang tempat RIKA turun pun, udah pada hafal....

Semoga anak dan keluarga yg ditinggalkan Alm diberi ketabahan. Semoga Alm. meninggal sebagai syuhada. Amin.

termometer mengatakan...

bu, kalo ada alamatnya boleh dong di-aplod jg. insya Allah mo ta'ziah, tp kyknya akhir minggu ini.