***
Beberapa hari lalu saya sempat dengar sebuah cerita hikmah di sebuah stasiun radio. Cerita ini dibacakan oleh penyiarnya, Shahnaz Haq. Shahnaz yang cantik, kocak, dan cerdas itu - *ngefans*
Intinya sih, bagaimana mengatasi rasa bosan.
Kata Pak Tua kepada seorang pemuda yang bosan, cobalah menikmati kebosanan itu sendiri.
"Hah... terlalu filosofis!" kata saya dalam hati.
Begitu pula ternyata pendapat si pemuda tadi.
Bagaimana caranya menikmati kebosanan Pak Tua? Itu tidak mungkin saya lakukan!
Hm.. lantas kenapa kamu tidak bosan makan nasi setiap hari? ujar si pak tua.
Saya mulai mikir, "iya ya.. kenapa ya saya gak bosen makan nasi.."
Ternyata si pemuda punya jawabannya: saya tidak bosan karena lauknya berganti-ganti.
"Oh heeh.. bener juga".
Ya sudah kalau gitu, kata pak tua. Berilah lauk yang berbeda pada rutinitasmu.
Cobalah kalau biasa membaca di atas kursi, membacalah di atas lantai.
Kalau biasa menggenggam hp dengan tangan kanan, cobalah di tangan kiri.
Saya mulai mikir.. mm.. ini memang hal yang biasa saya lakukan untuk mengatasi kebosanan. Bukan dengan mengganti cara membaca atau menggenggam hp tentunya. Tapi karena saya bukan orang kantoran, maka saya cukup bebas mengatur waktu dan mengubah-ubah rutinitas. Kecuali kaitannya dengan suami kerja dan anak-anak sekolah, yang memang rutin buangett..
Si pemuda itu pun mencoba, dan seminggu kemudian dia balik lagi ke si pak tua.
Ternyata dia masih bosan.
Kata si Pak Tua.. cobalah bermain layaknya anak kecil. Kamu senang main apa waktu kecil? Cobalah mainkan kembali.
Dan di cerita ini si pemuda tadi ternyata merasa tidak lagi bosan.
Ah.. endingnya gak seperti yang saya harapkan. Kok solusinya main kayak anak kecil.
Cuma kesimpulannya ya lumayan kena. Katanya bosan itu hanya berasal dari pemikiran kita saja. Berpikir bosan, ya jadilah bosan.
***
Hidup ini kayaknya terlalu rumit buat dibosani ya? Teman juga terlalu banyak untuk dipake bosen.. hehe..
Tapi kali ini saya bener-bener bosen ternyata.
Di apotek, sendirian, menjalani rutinitas seperti biasanya. Datang, hitung duit, urusan faktur, pemesanan, pembayaran. Pulang.. beres-beres rumah, ngurus anak, suami.. begitu saja terus.
Mungkin yang ada bukan bosan sih. Tapi hilangnya rasa syukur dan kejelian dalam mengambil hikmah dari setiap langkah. -Hwah...sok dalem ah.. jadi malu-
Nulis ini sambil denger lagunya Michael Ruff.. Entah kenapa suamiku kok ngedownload lagu jadul ini.
...new snow falling softly round me
a second chance to make things all right...
Lha kok salju jatoh aja tampak begitu berarti..
atau kalo lagi mellow, emang yang kayak gitu jadi indah ya?
atau semua terasa berarti jika orang sedang jatuh cinta saja?
Saya coba kembali berpikir ke arah target. Bila kita melihat pada apa yang belum didapat, maka waktu akan berjalan begitu cepat. Tak kan lagi membosankan.
Dengan berpikir Arif seminggu lagi genap 7 tahun saja, mestinya saya tidak boleh merasa bosan...
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar