***
Telat datang bulan memang sesuatu yang amat jarang terjadi pada saya. Hampir tidak pernah kecuali kalau saya memang positif hamil.
Itu pula yang terjadi pada tanggal 20 Januari lalu yang membuat saya diam-diam membeli testpack dari apotek saat jaga.
Tanggal 21 Januari 2013 pagi periksa, ternyata memang positif.
AlhamduliLlah.
Enam hari kemudian, tanggal 27 Januari, hari Ahad, aktivitas saya padat sekali dari pagi sampai malam, membuat saya ngerasa gak enak hati, gak enak perut juga.
Besoknya langsung periksa aja ke Dr.Delle, Al Islam, seperti rencana saya sebelumnya. Maklumlah perusahaan tempat suami kerja adalah salah satu kontraktor Al Islam. Cari yang gratisan, kenapa tidak.
Dengan modal berat badan 43 kilo, lingkar lengan entah berapa cm, tinggi 152cm, dan tekanan darah 100/70, saya memasuki ruang USG.
Sudah pasrah benar-benar pasrah saat saya mulai dibuka perut dan stik USG ditekan.
Maklumlah pernah dua kali keguguran.
"Ada ... dua kantung kehamilan ya?"... "Ini ada dua ya?"
Dr. Delle sibuk meyakinkan penglihatannya kepada dua suster di dekatnya.
"Ibu ada keturunan kembar?", tanya salah seorang suster.
Saya bilang ya.
Hemmm.. Iya juga ya, keliatan itu kantungnya ada dua...
Kembar? -speechless-
"Ibu subur yaaa...", kata dokternya sambil senyum.
Saya -speechless-
Turun dari tempat periksa saya masih serasa melayang.
"Satu kantung 10mm, satu kantung 8mm. Normalnya 15mm Bu. Tidak usah minum obat penguat kandungan dulu ya. Ibu periksa ke sini 2 minggu lagi"
Saya menatap mata dokternya -speechless-
Dokter menatap mata saya, menunggu pertanyaan apapun yang akan saya ajukan.
Tapi saya tetap kehilangan kata-kata.
Akhirnya pamit.
Ngebbm suami, dan beberapa sahabat saat menunggu resep vitamin, sambil sesekali mengusap air mata. Doooh....
Perasaan saya adalah khawatir. Khawatir tingkat tinggi.
Seperti divonis mengidap suatu kelainan yang saya merasa tidak sanggup menjalaninya.
Yaa tubuhku kurus begini, walau alhamduliLlah sehat... masa iya dikasih dua janin?
Kalau nanti calon anak-anakku itu di perutnya gak keurus gimana?
Hffff.....
Setelah dapet support dari beberapa teman, saya akhirnya cukup tenang untuk bisa mengabari mamah dan ibu.
---
Allahu akbar. Kebesaran-NYA takkan dibatasi oleh tubuh saya yang kering kerontang.
Allah yang memberi amanah, maka Dia juga yang akan memampukan.
Insyaa Allah.
Maka mari kita berjuang, ya anak-anakku :)
BismiLlahirrahmaanirrahiim...
***
Kamis, 31 Januari 2013
Rabu, 16 Januari 2013
"Mi, mandi wajib itu apa?"
***
Ba'da shubuh tadi saat saya menyetrika baju seragam sekolah Arif dan Sofi, Arif cerita kalau dia baru beli SKU di sekolahnya. Ingat SKU pan ya? Syarat Kecakapan Umum... Yang dia beli adalah SKU untuk Pramuka Penggalang.
Dan seperti baru teringat sesuatu,
" O iya Mi... kalaaauuuu....inii apa yaaa... "
katanya sambil membolak balik SKUnya dan mencari-cari sebuah kata di dalamnya.
Pasti kosa kata baru deh... kata saya dalam hati.
Biasa itu tiap dia buka buku apa gitu pasti ada kosa kata baru yang dia temukan, kemudian dia tanyakan kepada siapapun orang dewasa di dekatnya yang dia kenal.
"Nah.. ini niiih.. M A N D I W A J I B ... Mandi wajib itu apa?"
"Ooooh, mana?", .. kata saya sambil rada deg degan... gimana jawabnya ya...
Penggalang Ramu, Poin 4. Islam - Dapat melakukan mandi wajib dan mengerti penyebabnya ----
Jawaban saya tadi geje pisan karena bingung tea.
Jawaban pertama adalah: "Nanti kalau Arif udah besar itu mah..."
Arif tercenung. Barangkali dia bertanya-tanya, lantas kenapa kalau itu masalah nanti kalo sudah besar, kok ya ada di SKU ini?
Jawaban kedua dari saya: "Nanti kakak pembinanya paassti ngajarin"
Giliran saya tercenung. Masa iya yak diajarin mandi wajib sama kakak pembina Pramuka?
Dan akhirnya jawaban ketiga: "Tanya Papah yaaa..."
--->> *KABOOOORRRR....!!! -si umi tunggang langgang.
Arif langsung mencari bapaknya.
"Mandi wajib itu apa Paah?" teriaknya .. dan saya nguping.
Papanya kayak bingung juga. Tidak seperti menjawab ilmu sains yang dia suka yakin betul dengan jawabannya.
"Nanti itu untuk laki-laki dewasa yang sudah keluar mani", kata Papanya.
Arif bingung, tapi malah saya yang tanya: "Mani itu apa Pah? Uang? Hehe.."
-Money eta mah dul...
"Mani itu sperma", jawab bapaknya singkat.
Arif jadi (kayak) rada rada ngerti. Sepertinya dia pernah dengar kata "sperma".
Di pelajaran IPA kelas 4 kan ada.
"Nanti kerasa sama Arif kok Rif, gimana itu keluarnya sperma dari t**** ", celetuk saya dengan sotoy.
Arif pun menutup SKU nya. Pertanda dia sudah merasa cukup dengan jawaban kami.
Merasa cukup mungkin iya. Tapi merasa mengertikah? Entah...
*
Sewaktu TK Arif bertanya haid itu apa, lebih mudah saya jawab.
Tapi saat ditanya mandi wajib itu apa.. ternyata bingung juga ya.
Kalau kalian jadi saya atau bapaknya Arif, apa jawaban kalian?
***
Ba'da shubuh tadi saat saya menyetrika baju seragam sekolah Arif dan Sofi, Arif cerita kalau dia baru beli SKU di sekolahnya. Ingat SKU pan ya? Syarat Kecakapan Umum... Yang dia beli adalah SKU untuk Pramuka Penggalang.
Dan seperti baru teringat sesuatu,
" O iya Mi... kalaaauuuu....inii apa yaaa... "
katanya sambil membolak balik SKUnya dan mencari-cari sebuah kata di dalamnya.
Pasti kosa kata baru deh... kata saya dalam hati.
Biasa itu tiap dia buka buku apa gitu pasti ada kosa kata baru yang dia temukan, kemudian dia tanyakan kepada siapapun orang dewasa di dekatnya yang dia kenal.
"Nah.. ini niiih.. M A N D I W A J I B ... Mandi wajib itu apa?"
"Ooooh, mana?", .. kata saya sambil rada deg degan... gimana jawabnya ya...
Penggalang Ramu, Poin 4. Islam - Dapat melakukan mandi wajib dan mengerti penyebabnya ----
Jawaban saya tadi geje pisan karena bingung tea.
Jawaban pertama adalah: "Nanti kalau Arif udah besar itu mah..."
Arif tercenung. Barangkali dia bertanya-tanya, lantas kenapa kalau itu masalah nanti kalo sudah besar, kok ya ada di SKU ini?
Jawaban kedua dari saya: "Nanti kakak pembinanya paassti ngajarin"
Giliran saya tercenung. Masa iya yak diajarin mandi wajib sama kakak pembina Pramuka?
Dan akhirnya jawaban ketiga: "Tanya Papah yaaa..."
--->> *KABOOOORRRR....!!! -si umi tunggang langgang.
Arif langsung mencari bapaknya.
"Mandi wajib itu apa Paah?" teriaknya .. dan saya nguping.
Papanya kayak bingung juga. Tidak seperti menjawab ilmu sains yang dia suka yakin betul dengan jawabannya.
"Nanti itu untuk laki-laki dewasa yang sudah keluar mani", kata Papanya.
Arif bingung, tapi malah saya yang tanya: "Mani itu apa Pah? Uang? Hehe.."
-Money eta mah dul...
"Mani itu sperma", jawab bapaknya singkat.
Arif jadi (kayak) rada rada ngerti. Sepertinya dia pernah dengar kata "sperma".
Di pelajaran IPA kelas 4 kan ada.
"Nanti kerasa sama Arif kok Rif, gimana itu keluarnya sperma dari t**** ", celetuk saya dengan sotoy.
Arif pun menutup SKU nya. Pertanda dia sudah merasa cukup dengan jawaban kami.
Merasa cukup mungkin iya. Tapi merasa mengertikah? Entah...
*
Sewaktu TK Arif bertanya haid itu apa, lebih mudah saya jawab.
Tapi saat ditanya mandi wajib itu apa.. ternyata bingung juga ya.
Kalau kalian jadi saya atau bapaknya Arif, apa jawaban kalian?
***
Senin, 14 Januari 2013
Si Mbah
***
Si Mbah. Nama itu muncul tepat setelah Arif lahir, untuk membuat Arif kecil memangil perempuan separuh baya itu dengan sebutan "Mbah", sementara kami tetap memanggilnya "Bibi". Dia adalah pembantu rumah tangga di rumah mertua saya. Bahasa kerennya kalau sekarang adalah ART. Asisten Rumah Tangga. Mau disebut ART mau disebut pembantu, tetap saja kerjaannya adalah sebagai orang suruhan di rumah. Dari mulai nyapu, ngepel, nyuci, nyetrika, pergi ke warung, dan bisa jadi sampai masak. Tidak berubah.
"Di belakang wanita karier yang sukses, terdapat pembantu rumah tangga yang hebat"
Itu quote yang saya buat, terinspirasi dari sebuah quote: di belakang lelaki yang sukses, terdapat istri yang hebat. Ataupun di belakang istri yang sukses, terdapat lelaki yang menderita, dst.
Ya intinya mah siapapun yang sukses, pasti ada pihak lain yang berkorban. Entah itu pasangan, anak, orang tua, dan bisa jadi pembantu.
Yang jelas keluarga suami saya, termasuk keluarga yang sukses dalam karier. Dari bapak dan ibu yang keduanya jadi dosen, suami yang.. lumayanlah kerjaannya, dan adik ipar yang meraih gelar doktor biokimia dalam usia tidak lebih dari 30 tahun, kemudian jadi dosen pula. Juga saya yang bisa bergelar apoteker dalam keadaaan punya anak bernama Arif yang berusia 1,5 tahun. Hihi. Keren gak yaaa...
Dan semua saya yakin tidak lepas dari jasa Si Mbah ini. Seorang janda ditinggal wafat oleh suami, beranak empat yang sekarang anak anaknya itu sudah menikah semua, dan jadi orang baik baik semuanya.
Si Mbah, atau Si Bibi, yang entah saya tidak tau nama aslinya itu pertama kali saya temui sekitar 5-6 bulan sebelum saya menikah, tahun 2000. Waktu itu pertama kali saya berkunjung ke rumah (calon) suami. Berkenalan dengan (calon) mertua, dan ternyata sekaligus berkenalan dengan (calon) pembantu. Hehe.
Waktu itu katanya dia sudah bekerja di rumah mertua saya selama 10 tahun. Wow.
Rumahnya di Cihaur. Tidak jauh dari kanayakan tempat mertua saya tinggal. Jadi Si Bibi datang jam 8 pagi, pulang lewat magrib. Begitu tiap hari, tanpa hari libur. Baru sekarang-sekarang saja Bibi dapat jatah libur setiap hari Senin.
Dan kemudian saya menikah, dan kemudian saya hamil, waktu itu saya masih tinggal di rumah mertua, dan di rumah cuma ada Si Bibi ini, karena ibu bapak mertua masih aktif mengajar, dan adik ipar sedang sekolah di Belanda.
Saya ingat benar waktu saya masih menyelesaikan tugas akhir S1. Waktu itu saya sedang hamil muda, pulang dari bimbingan TA, sampai rumah muntah-muntah.
Bibi lah yang memijat dan mengusap usap punggung saya, dan waktu itu saya sampai minta dikerokin.
Bibi bener-bener melayani saya sepenuh hati selama di rumah mertua, dan selama saya jadi menantu baru, dia rasanya jadi teman sejati saya. Ngajarin ini itu :)
Sampai akhirnya Arif lahir, kemudian saya lanjut kuliah apoteker, masih Bibi juga yang mencucikan baju-baju Arif bayi. Yang kena ompol lah, pupup lah, olab lah, .. Lagian sampe sekarang mertua saya lebih percaya tangan bibi ketimbang mesin cuci. Fyuuhh.
Arif kecil jarang dipegang Si Mbah ini. Jadi kalo saya kuliah, Arif dipegang mertua saya, atau saya titip ke rumah orang tua. Tapi pernah juga saya terpaksa nitip Arif ke si Mbah. Dan it's ok.Semua baik baik saja.
Setelah kuliah selesai barulah saya pindah ke rumah sendiri, kemudian hamil Sofi.
Barulah terasa sulitnya menemukan pembantu rumah tangga sebaik Si Mbah. Yang setia, yang bekerja sepenuh hati (kandidat cagub pisan), yang gak banyak omong, yang jarang pinjem duit, yang jujur sangat, yang lebih memikirkan majikan ketimbang dirinya sendiri.
Sampai sekarang pun Si Mbah masih kerja. Pindah pindah antara rumah mertua dan rumah adik ipar. Kalo saya dekat sana barangkali akan saya pinjam juga itu Si Mbah. Butuh euy kadang-kadang :(
Ibu mertua saya saat ini masih belum juga menemukan gantinya. Adik ipar juga sudah berusaha cari ke sana kemari tapi belum juga ada yang mau. Jangankan cari yang sebaik Si Mbah. Yang mau saja, hampir tidak ada. Pernah ada yang mau, cuma betah seminggu, abis gitu banyak alasan yang membuatnya berhenti kerja.
Sofi, Thaariq, hingga cucu yang paling kecil Shiddiq, semua kenal dekat dengan Si Mbah. Si Mbah yang kini usianya barangkali sudah kepala 6, dan bekerja di rumah mertua saya berarti sudah lebih dari 20 tahun. Rambutnya sudah putih semua. Sejak dulu kurang dengar,tidak bisa membaca, tapi setia luar biasa.
Sampai-sampai saya sering berpikir, barangkali di rumah mertua saya, Si Mbah lah yang paling dulu masuk surga, karena hisabnya paling cepat.
Orang-orang sibuk dihisab hartanya, ilmunya, pendengarannya, penglihatannya, dan apa yang telah dia perbuat. Sementara Si Mbah kurang dengar, yang dilihat cuma kerjaan, setia menjanda, diajari baca gak bisa bisa, hartanya tidak seberapa, tapi bekerja dengan jujur dan amanah. Saya pikir ya kok celah dosanya dikit banget. Wallahu a'lam.
Dengan tulisan ini, saya ingin menyebut kebaikan-kebaikan Si Mbah yang hingga kini masih saya rasakan tiap kali saya ke rumah mertua. Semoga benar apa yang saya pikirkan. Si Mbah masuk surga duluan ketimbang saya. Rela kok.. bener. Kan mau duluan mau belakangan, yang penting masuk surga. Saya mau jadi pembantunya Mbah deh di surga nanti. Bae rek dititah ngepel oge, mun di surga mah pan ngepelna tinggal kiceup sugan? Haha.
Nuhun ya Mbah, hanya Allah yang bisa membalas :)
***
Si Mbah. Nama itu muncul tepat setelah Arif lahir, untuk membuat Arif kecil memangil perempuan separuh baya itu dengan sebutan "Mbah", sementara kami tetap memanggilnya "Bibi". Dia adalah pembantu rumah tangga di rumah mertua saya. Bahasa kerennya kalau sekarang adalah ART. Asisten Rumah Tangga. Mau disebut ART mau disebut pembantu, tetap saja kerjaannya adalah sebagai orang suruhan di rumah. Dari mulai nyapu, ngepel, nyuci, nyetrika, pergi ke warung, dan bisa jadi sampai masak. Tidak berubah.
"Di belakang wanita karier yang sukses, terdapat pembantu rumah tangga yang hebat"
Itu quote yang saya buat, terinspirasi dari sebuah quote: di belakang lelaki yang sukses, terdapat istri yang hebat. Ataupun di belakang istri yang sukses, terdapat lelaki yang menderita, dst.
Ya intinya mah siapapun yang sukses, pasti ada pihak lain yang berkorban. Entah itu pasangan, anak, orang tua, dan bisa jadi pembantu.
Yang jelas keluarga suami saya, termasuk keluarga yang sukses dalam karier. Dari bapak dan ibu yang keduanya jadi dosen, suami yang.. lumayanlah kerjaannya, dan adik ipar yang meraih gelar doktor biokimia dalam usia tidak lebih dari 30 tahun, kemudian jadi dosen pula. Juga saya yang bisa bergelar apoteker dalam keadaaan punya anak bernama Arif yang berusia 1,5 tahun. Hihi. Keren gak yaaa...
Dan semua saya yakin tidak lepas dari jasa Si Mbah ini. Seorang janda ditinggal wafat oleh suami, beranak empat yang sekarang anak anaknya itu sudah menikah semua, dan jadi orang baik baik semuanya.
Si Mbah, atau Si Bibi, yang entah saya tidak tau nama aslinya itu pertama kali saya temui sekitar 5-6 bulan sebelum saya menikah, tahun 2000. Waktu itu pertama kali saya berkunjung ke rumah (calon) suami. Berkenalan dengan (calon) mertua, dan ternyata sekaligus berkenalan dengan (calon) pembantu. Hehe.
Waktu itu katanya dia sudah bekerja di rumah mertua saya selama 10 tahun. Wow.
Rumahnya di Cihaur. Tidak jauh dari kanayakan tempat mertua saya tinggal. Jadi Si Bibi datang jam 8 pagi, pulang lewat magrib. Begitu tiap hari, tanpa hari libur. Baru sekarang-sekarang saja Bibi dapat jatah libur setiap hari Senin.
Dan kemudian saya menikah, dan kemudian saya hamil, waktu itu saya masih tinggal di rumah mertua, dan di rumah cuma ada Si Bibi ini, karena ibu bapak mertua masih aktif mengajar, dan adik ipar sedang sekolah di Belanda.
Saya ingat benar waktu saya masih menyelesaikan tugas akhir S1. Waktu itu saya sedang hamil muda, pulang dari bimbingan TA, sampai rumah muntah-muntah.
Bibi lah yang memijat dan mengusap usap punggung saya, dan waktu itu saya sampai minta dikerokin.
Bibi bener-bener melayani saya sepenuh hati selama di rumah mertua, dan selama saya jadi menantu baru, dia rasanya jadi teman sejati saya. Ngajarin ini itu :)
Sampai akhirnya Arif lahir, kemudian saya lanjut kuliah apoteker, masih Bibi juga yang mencucikan baju-baju Arif bayi. Yang kena ompol lah, pupup lah, olab lah, .. Lagian sampe sekarang mertua saya lebih percaya tangan bibi ketimbang mesin cuci. Fyuuhh.
Arif kecil jarang dipegang Si Mbah ini. Jadi kalo saya kuliah, Arif dipegang mertua saya, atau saya titip ke rumah orang tua. Tapi pernah juga saya terpaksa nitip Arif ke si Mbah. Dan it's ok.Semua baik baik saja.
Setelah kuliah selesai barulah saya pindah ke rumah sendiri, kemudian hamil Sofi.
Barulah terasa sulitnya menemukan pembantu rumah tangga sebaik Si Mbah. Yang setia, yang bekerja sepenuh hati (kandidat cagub pisan), yang gak banyak omong, yang jarang pinjem duit, yang jujur sangat, yang lebih memikirkan majikan ketimbang dirinya sendiri.
Sampai sekarang pun Si Mbah masih kerja. Pindah pindah antara rumah mertua dan rumah adik ipar. Kalo saya dekat sana barangkali akan saya pinjam juga itu Si Mbah. Butuh euy kadang-kadang :(
Ibu mertua saya saat ini masih belum juga menemukan gantinya. Adik ipar juga sudah berusaha cari ke sana kemari tapi belum juga ada yang mau. Jangankan cari yang sebaik Si Mbah. Yang mau saja, hampir tidak ada. Pernah ada yang mau, cuma betah seminggu, abis gitu banyak alasan yang membuatnya berhenti kerja.
Sofi, Thaariq, hingga cucu yang paling kecil Shiddiq, semua kenal dekat dengan Si Mbah. Si Mbah yang kini usianya barangkali sudah kepala 6, dan bekerja di rumah mertua saya berarti sudah lebih dari 20 tahun. Rambutnya sudah putih semua. Sejak dulu kurang dengar,tidak bisa membaca, tapi setia luar biasa.
Sampai-sampai saya sering berpikir, barangkali di rumah mertua saya, Si Mbah lah yang paling dulu masuk surga, karena hisabnya paling cepat.
Orang-orang sibuk dihisab hartanya, ilmunya, pendengarannya, penglihatannya, dan apa yang telah dia perbuat. Sementara Si Mbah kurang dengar, yang dilihat cuma kerjaan, setia menjanda, diajari baca gak bisa bisa, hartanya tidak seberapa, tapi bekerja dengan jujur dan amanah. Saya pikir ya kok celah dosanya dikit banget. Wallahu a'lam.
Dengan tulisan ini, saya ingin menyebut kebaikan-kebaikan Si Mbah yang hingga kini masih saya rasakan tiap kali saya ke rumah mertua. Semoga benar apa yang saya pikirkan. Si Mbah masuk surga duluan ketimbang saya. Rela kok.. bener. Kan mau duluan mau belakangan, yang penting masuk surga. Saya mau jadi pembantunya Mbah deh di surga nanti. Bae rek dititah ngepel oge, mun di surga mah pan ngepelna tinggal kiceup sugan? Haha.
Nuhun ya Mbah, hanya Allah yang bisa membalas :)
***
Rabu, 09 Januari 2013
anti-aging
***
Saya tidak akan membahas isi dari produk anti-aging. Hanya ingin berkomentar bahwa akhir-akhir betapa banyak produk yang meyebut dirinya dapat mengatasi tanda-tanda penuaan.
Produk-produk dari mulai cream malam dan siang, vitamin E dalam berbagai takaran dosis, hingga herbal dalam bentuk jamu, pil, maupun kapsul.
Dari yang produk MLM, produk bermerek tapi tak dikenal, hingga merek yang terkenal karena bintang iklannya yang cantik seperti Dian Sastro atau Inneke Koesherawati.
Di apotek, ya produk itu laku. Cukup mendongkrak omzet karena harganya yang mahal (menurut dompet saya, setelah si dompet saya tanya berulang kali).
Gak nyangka bahwa seorang saya, ternyata tertarik juga melihat produk anti-aging tersebut. Mulai deh lihat-lihat brosurnya, ngebolak balik kemasannya, sampai ngecek harganya di komputer, sampai lirik lirik wajah si mbak mbak yang jadi pelanggannya kemudian mbanding bandingin dengan wajah sendiri. Kenapa ya?
Barangkali memang saya mulai khawatir melihat mulai ada kerut di sisi mata dan juga kantung di bawahnya, serta pori-pori di wajah yang tampak jelas.
Dulu, dengan seulas bedak murah, semua itu tertutupi. Sekarang, mesti pake two way cake dengan olesan sedikit air, barulah 'aib' wajah saya tersamarkan.
Beberapa bulan lalu masih banyak yang manggil saya teteh. Makin kemari hampir semua bilang ibu. Yang panggil teteh ya yang sama-sama menua juga. Hahaha. Pisss ah.
Dan saya memang cukup terkesan dengan bukti dari orang-orang yang menggunakan produk-produk anti aging tersebut. Usia jelang 50, wajahnya tampak halus bersih. Katanya suka pake cream A campur cream B untuk malam, dan sunblock untuk siang.
Wahhh... boleh juga dicoba yak. Tapi ya total-total ternyata minimal saya harus mengeluarkan uang lebih dari 100ribu per bulannya untuk itu. Worth it gak yaaaa...
Terus ada juga testimoni dari pasien di apotek yang sudah bertahun tahun minum produk tertentu. Katanya makin hari makin terasa sehatnya, dan wajahnya pun tampak awet muda.
Woooww....
Tapi ya itu itu... produk yang dia minum cukup membuat kami yang jaga apotek, tersenyum senang. Produk mahal terjual, adalah sebuah kesenangan tersendiri bagi kami.
Trus, ada lagi. Ditawari produk MLM yang menawarkan berbagai solusi masalah wanita menuju tua macam saya. Harganya 30ribu/sachet, dan harus diminum tiap hari.
Lama-lama sakit hati sendiri. Ya kok ngerasa bermasalah untuk urusan beginian. He he.
Ya saya yakin sih, produk begitu ndak nipu kok. Apalagi kalau memang bukan produk abal abal. Cuma kalo buat saya yang belum punya uang berkecukupan untuk membelinya, mesti pandai pandai menahan diri, >>> dan menghibur diri.
Memperkuat sebuah sisi keyakinan bahwa awet mudanya kita, dan kesehatan fisik kita sebetulnya dipengaruhi secara signifikan oleh suasana hati. Hati yang selalu senang dan bersyukur biasanya menghadirkan senyum. Sementara hati yang selalu galau, dengki, dan berprasangka buruk terhadap orang lain biasanya menghadirkan kerut yang tak menyenangkan di area wajah. Belom lagi maag kronis dan jantung yang berdebar tak sehat. He he.
Bisa jadi saat kita membersihkan hati dan berbuat kebaikan karena Allah, di sanalah datangnya berkah.
Berkah tidak selalu datang dalam bentuk harta. Tapi bisa juga kesehatan, kebahagiaan yang datang dari hal-hal sederhana, hadirnya senyum dan tawa, sehingga hilanglah jerawat dan noda hitam dari wajah .. (Eh. Bisa kan ya?) Yakali.. Kan ini ceritanya sedang menghibur diri. Wew ah.
Ya aneh aja gitu kalo punya wajah kinclong kulit kencang tapi penampakannya susah mulu. Mana enak liatnya juga.
Jadi para ibu dan teteh-teteh, yuk kita rawat dengan baik fisik dan hati kita sebagai tanda syukur kita pada-Nya. Makan yang baik, atur keuangan dengan baik, berbuat yang baik, shodaqoh yang banyak, -- shodaqoh harus lebih besar daripada duit untuk beli produk anti aging lho ya.. hehe --- Mari senangkan hati dengan segala yang halal. Hidup jangan dibikin rumit dengan ulah sendiri, karena Allah telah memberi kemudahan dengan segala petunjukNya.
Jadi,... boleh deh kalo mau beli produk anti-aging, di apotek tempat saya kerja sini yak, biar saya bisa senyum-senyum lihat omzet. Makin banyak senyum, kan ntar bikin saya makin awet mudaaa. Amiin :D
***
Saya tidak akan membahas isi dari produk anti-aging. Hanya ingin berkomentar bahwa akhir-akhir betapa banyak produk yang meyebut dirinya dapat mengatasi tanda-tanda penuaan.
Produk-produk dari mulai cream malam dan siang, vitamin E dalam berbagai takaran dosis, hingga herbal dalam bentuk jamu, pil, maupun kapsul.
Dari yang produk MLM, produk bermerek tapi tak dikenal, hingga merek yang terkenal karena bintang iklannya yang cantik seperti Dian Sastro atau Inneke Koesherawati.
Di apotek, ya produk itu laku. Cukup mendongkrak omzet karena harganya yang mahal (menurut dompet saya, setelah si dompet saya tanya berulang kali).
Gak nyangka bahwa seorang saya, ternyata tertarik juga melihat produk anti-aging tersebut. Mulai deh lihat-lihat brosurnya, ngebolak balik kemasannya, sampai ngecek harganya di komputer, sampai lirik lirik wajah si mbak mbak yang jadi pelanggannya kemudian mbanding bandingin dengan wajah sendiri. Kenapa ya?
Barangkali memang saya mulai khawatir melihat mulai ada kerut di sisi mata dan juga kantung di bawahnya, serta pori-pori di wajah yang tampak jelas.
Dulu, dengan seulas bedak murah, semua itu tertutupi. Sekarang, mesti pake two way cake dengan olesan sedikit air, barulah 'aib' wajah saya tersamarkan.
Beberapa bulan lalu masih banyak yang manggil saya teteh. Makin kemari hampir semua bilang ibu. Yang panggil teteh ya yang sama-sama menua juga. Hahaha. Pisss ah.
Dan saya memang cukup terkesan dengan bukti dari orang-orang yang menggunakan produk-produk anti aging tersebut. Usia jelang 50, wajahnya tampak halus bersih. Katanya suka pake cream A campur cream B untuk malam, dan sunblock untuk siang.
Wahhh... boleh juga dicoba yak. Tapi ya total-total ternyata minimal saya harus mengeluarkan uang lebih dari 100ribu per bulannya untuk itu. Worth it gak yaaaa...
Terus ada juga testimoni dari pasien di apotek yang sudah bertahun tahun minum produk tertentu. Katanya makin hari makin terasa sehatnya, dan wajahnya pun tampak awet muda.
Woooww....
Tapi ya itu itu... produk yang dia minum cukup membuat kami yang jaga apotek, tersenyum senang. Produk mahal terjual, adalah sebuah kesenangan tersendiri bagi kami.
Trus, ada lagi. Ditawari produk MLM yang menawarkan berbagai solusi masalah wanita menuju tua macam saya. Harganya 30ribu/sachet, dan harus diminum tiap hari.
Lama-lama sakit hati sendiri. Ya kok ngerasa bermasalah untuk urusan beginian. He he.
Ya saya yakin sih, produk begitu ndak nipu kok. Apalagi kalau memang bukan produk abal abal. Cuma kalo buat saya yang belum punya uang berkecukupan untuk membelinya, mesti pandai pandai menahan diri, >>> dan menghibur diri.
Memperkuat sebuah sisi keyakinan bahwa awet mudanya kita, dan kesehatan fisik kita sebetulnya dipengaruhi secara signifikan oleh suasana hati. Hati yang selalu senang dan bersyukur biasanya menghadirkan senyum. Sementara hati yang selalu galau, dengki, dan berprasangka buruk terhadap orang lain biasanya menghadirkan kerut yang tak menyenangkan di area wajah. Belom lagi maag kronis dan jantung yang berdebar tak sehat. He he.
Bisa jadi saat kita membersihkan hati dan berbuat kebaikan karena Allah, di sanalah datangnya berkah.
Berkah tidak selalu datang dalam bentuk harta. Tapi bisa juga kesehatan, kebahagiaan yang datang dari hal-hal sederhana, hadirnya senyum dan tawa, sehingga hilanglah jerawat dan noda hitam dari wajah .. (Eh. Bisa kan ya?) Yakali.. Kan ini ceritanya sedang menghibur diri. Wew ah.
Ya aneh aja gitu kalo punya wajah kinclong kulit kencang tapi penampakannya susah mulu. Mana enak liatnya juga.
Jadi para ibu dan teteh-teteh, yuk kita rawat dengan baik fisik dan hati kita sebagai tanda syukur kita pada-Nya. Makan yang baik, atur keuangan dengan baik, berbuat yang baik, shodaqoh yang banyak, -- shodaqoh harus lebih besar daripada duit untuk beli produk anti aging lho ya.. hehe --- Mari senangkan hati dengan segala yang halal. Hidup jangan dibikin rumit dengan ulah sendiri, karena Allah telah memberi kemudahan dengan segala petunjukNya.
Jadi,... boleh deh kalo mau beli produk anti-aging, di apotek tempat saya kerja sini yak, biar saya bisa senyum-senyum lihat omzet. Makin banyak senyum, kan ntar bikin saya makin awet mudaaa. Amiin :D
***
Selasa, 08 Januari 2013
gue
***
Orang bilang blog itu bukan diary. Jadi mestinya blog itu ilmiah kali ya. Berisi sekumpulan analisis yang kemudian disimpulkan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah makna. Lebih keren lagi kalo udah campur-campur bahasa Inggris. Atau mungkin dalam bahasa Inggris. Tampak keren sekali itu blog.
Kebayanglah itu seorang penulisnya adalah orang yang cerdas, gaul, pintar, dan berwawasan luas.
Ya tapi da itu bukan saya juga kali. Karena makin hari saya makin mengenal diri. Usia 35 bukan lagi saatnya pencarian jati diri. Mun masih nyari, ka mana wae atuh kamari? Hahaha.
Dan ya alhamduliLlah saya senang dan bersyukur dengan segala apa yang saya punya. Sirik sirik dikit masih ada lah sama orang yang jauh lebih maju. Bisa jadi usia saya masih bisa kok untuk bergerak mengejar ketinggalan, walau tidak secepat masa keemasan waktu muda dulu.
Apa yang jadi cita cita saya sekaligus apa yang jadi penyesalan saya kini lebih saya curahkan pada anak. Saya gak bisa berenang (bisa deng tapi palingan 20 meteran), maka sekarang saya kursuskan anak anak biar bisa berenang. Mumpung ada, mumpung bisa. Saya ajak anak-anak untuk bisa lebih membuka matanya melihat banyak hal yang mereka bisa lakukan dan pelajari. Kalau mau, ayo kita belajar. Begitulah.
Saya senang waktu pembagian rapor kemarin, gurunya Arif dan Sofi bisa melihat sisi lain kemampuan anak-anakku itu.
Sofi pintar menulis, Sofi pandai berbahasa. Dan kalau disuruh bicara di depan, suaranya keras, intonasinya baik, pengucapannya pun jelas. Kata gurunya begitu.
Cita cita dia memang jadi pemberita katanya sejak dulu. Alias jadi presenter acara TV, pembawa berita, reporter ..
Saya lihat tulisan dia memang baik dari tata bahasa dan penulisannya. Enak dibaca dan cukup detail dalam menceritakan sesuatu.
Sementara ini senangya memang baca novel anak. Buku paling tebal yang dia baca adalah Toto-Chan. Tamat. Dan dia biasanya bisa menceritakan kembali kalau ditanya.
Arif, kata gurunya berbakat jadi pengajar.
Iya banget.
Terutama matematika, dia bisa menjelaskan dengan cukup mantap.
Perkalian dengan menggunakan jarimatika, saya tau dari dia. Terus semacam pohon faktor gaya baru gitu, dia bisa menjelaskan juga ke saya.
Gilirannya disuruh baca buku sejarah, dia mudah tertidur. Disuruh belajar, belajarnya bentar, bilangnya gampang. Dan ternyata nilai rapor dia bagus. Dia jadi cowo paling pintar di kelasnya. Rengking 1 Vyona, rengking 2 Putri, dan Arif rengking 3.
Saya 'ngadu' sama gurunya. Arif malas belajar kalau di rumah.
Gurunya bilang, Arif memperhatikan dan mendengarkan guru kalau di kelas. Tampaknya itu cukup buat dia.
Hmm. bisa jadi. Karena kalau dia udah tertarik pada sesuatu, bisa sampe gak denger apa apa lagi selain sesuatu itu. Khusyuk.
Cita citanya tetep jadi pemain bola. Barangkali karena tiap hari denger lensor ANTV yang bilang kalo gaji pemain bola itu bisa milyaran rupiah perbulannya, mana dapet pendamping perempuan-perempuan cantik pula. Heueheu.
Iya kalo ada yang bayar Rif. Pemain bola di Indonesia mah sampai ada yang meninggal baru dibayar :(
Pengennya saya sih, main bola gak jadi profesi. Cukup buat senang-senang aja. Hehe. Semoga suatu saat Arif sepakat sama saya :P
--
Ya begitulah saya yang kemarin hingga saat ini riweuh selalu. Yang menulis ini pun sambil nyuci baju. Belom mandi belom sarapan, dan nanti sore harus telat ke apotek karena arisan ibu-ibu dulu.
Dan Bandung pun gerimis pagi ini.
Selamat hari menulis sedunia.
***
Orang bilang blog itu bukan diary. Jadi mestinya blog itu ilmiah kali ya. Berisi sekumpulan analisis yang kemudian disimpulkan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah makna. Lebih keren lagi kalo udah campur-campur bahasa Inggris. Atau mungkin dalam bahasa Inggris. Tampak keren sekali itu blog.
Kebayanglah itu seorang penulisnya adalah orang yang cerdas, gaul, pintar, dan berwawasan luas.
Ya tapi da itu bukan saya juga kali. Karena makin hari saya makin mengenal diri. Usia 35 bukan lagi saatnya pencarian jati diri. Mun masih nyari, ka mana wae atuh kamari? Hahaha.
Dan ya alhamduliLlah saya senang dan bersyukur dengan segala apa yang saya punya. Sirik sirik dikit masih ada lah sama orang yang jauh lebih maju. Bisa jadi usia saya masih bisa kok untuk bergerak mengejar ketinggalan, walau tidak secepat masa keemasan waktu muda dulu.
Apa yang jadi cita cita saya sekaligus apa yang jadi penyesalan saya kini lebih saya curahkan pada anak. Saya gak bisa berenang (bisa deng tapi palingan 20 meteran), maka sekarang saya kursuskan anak anak biar bisa berenang. Mumpung ada, mumpung bisa. Saya ajak anak-anak untuk bisa lebih membuka matanya melihat banyak hal yang mereka bisa lakukan dan pelajari. Kalau mau, ayo kita belajar. Begitulah.
Saya senang waktu pembagian rapor kemarin, gurunya Arif dan Sofi bisa melihat sisi lain kemampuan anak-anakku itu.
Sofi pintar menulis, Sofi pandai berbahasa. Dan kalau disuruh bicara di depan, suaranya keras, intonasinya baik, pengucapannya pun jelas. Kata gurunya begitu.
Cita cita dia memang jadi pemberita katanya sejak dulu. Alias jadi presenter acara TV, pembawa berita, reporter ..
Saya lihat tulisan dia memang baik dari tata bahasa dan penulisannya. Enak dibaca dan cukup detail dalam menceritakan sesuatu.
Sementara ini senangya memang baca novel anak. Buku paling tebal yang dia baca adalah Toto-Chan. Tamat. Dan dia biasanya bisa menceritakan kembali kalau ditanya.
Arif, kata gurunya berbakat jadi pengajar.
Iya banget.
Terutama matematika, dia bisa menjelaskan dengan cukup mantap.
Perkalian dengan menggunakan jarimatika, saya tau dari dia. Terus semacam pohon faktor gaya baru gitu, dia bisa menjelaskan juga ke saya.
Gilirannya disuruh baca buku sejarah, dia mudah tertidur. Disuruh belajar, belajarnya bentar, bilangnya gampang. Dan ternyata nilai rapor dia bagus. Dia jadi cowo paling pintar di kelasnya. Rengking 1 Vyona, rengking 2 Putri, dan Arif rengking 3.
Saya 'ngadu' sama gurunya. Arif malas belajar kalau di rumah.
Gurunya bilang, Arif memperhatikan dan mendengarkan guru kalau di kelas. Tampaknya itu cukup buat dia.
Hmm. bisa jadi. Karena kalau dia udah tertarik pada sesuatu, bisa sampe gak denger apa apa lagi selain sesuatu itu. Khusyuk.
Cita citanya tetep jadi pemain bola. Barangkali karena tiap hari denger lensor ANTV yang bilang kalo gaji pemain bola itu bisa milyaran rupiah perbulannya, mana dapet pendamping perempuan-perempuan cantik pula. Heueheu.
Iya kalo ada yang bayar Rif. Pemain bola di Indonesia mah sampai ada yang meninggal baru dibayar :(
Pengennya saya sih, main bola gak jadi profesi. Cukup buat senang-senang aja. Hehe. Semoga suatu saat Arif sepakat sama saya :P
--
Ya begitulah saya yang kemarin hingga saat ini riweuh selalu. Yang menulis ini pun sambil nyuci baju. Belom mandi belom sarapan, dan nanti sore harus telat ke apotek karena arisan ibu-ibu dulu.
Dan Bandung pun gerimis pagi ini.
Selamat hari menulis sedunia.
***
Langganan:
Postingan (Atom)