Selasa, 27 September 2011

ujian (2)

***
Saya gak dekat-dekat amat sebenernya sama teteh yang satu ini. Satu dua kali ketemu, dan gak kenal banyak. Hanya demi mendengar beliau ditinggal wafat oleh suami, kemudian keesokan harinya dia melahirkan, dan bayinya meninggal pula, siapa yang tidak tergerak untuk melayatnya...

Kabar itu memang datang bertubi-tubi. Pertama ada yang tanya saya hari minggu sore, beli tabung oksigen di mana.

Buat siapa? Ini buat Akang X yang sedang ngedrop kondisinya di rumah, butuh oksigen segera. Dan saya pun menjawab setau saya. Bla.. bla...
Kang X ini mengidap kanker paru-paru katanya. Sudah ngedrop pisan, dan diputuskan untuk tidak dibawa lagi ke RS.

Keesokan paginya, senin, tanpa sengaja saya tau dari seorang teman chatting, bila Kang X sudah wafat minggu malam itu.

InnaliLlahii....

Dan sms pun datang, mengabari bila Teteh X (istri akang X) akan melahirkan anak ke-5 nya di RS. Mohon do'a, karena tekanan darahnya tinggi.

Ya Allah.. saya baru ingat juga bila Teh X sedang hamil tua. Terakhir ketemu waktu kandungannya masih 3-4 bulanan.

Mau nengokin senin siang, telpon sana-sini, taunya dikabarkan Teteh X dibawa dulu ke rumah saudaranya, bukaannya belum besar. Ya sudahlah. Do'akan saja dari jauh... nengokinnya ntar aja.

Kemudian dapet sms lagi bila jenazah Akang X akan dimakamkan di Tasik.

Hmm.. membayangkan perasaan si Teteh X yang sedang mulas akan melahirkan, sementara suami dalam perjalanan menuju pemakaman... :((

Senin malam, dapet kabar lagi... bayinya Teteh X meninggal... mohon do'a....

Ya Allaah.. berapa kali dalam sehari itu saya sebutkan innaliLlahii wa inna ilaihi raaji'uun.... sambil geleng-geleng kepala. Adaaaa ya.. yang dapet ujian seberat itu di dekat saya saat ini.

Barusan akhirnya saya tengok Teteh X di RS.

Dan.. hmmm... di luar bayangan saya, beliau tampak tenang sekali.

Kebayangnya sama saya, beliau terbaring, dan sekali-sekali mengusap air matanya, tapi ini ya biasa aja.

Matanya memang sembab, tapi senyumnya bener-bener dari lubuk hati, dia duduk di pinggir tempat tidur menghadap saya.

Emmm.. kenapa ini malah saya yang terhibur mendengar beliau cerita ya? Dan dia selalu menceritakan hal-hal mudah dan yang menyenangkan di antara cerita-ceritanya. Tentang betapa mudahnya bayi yang sudah tak bergerak itu .. keluar dari rahimnya. Menceritakan betapa senangnya dia ditunggui anaknya yang pertama, yang masih kelas 3 SMP itu selama melahirkan. Dan tak lupa dia pun menceritakan keceriaan-keceriaan kecil yang dilontarkan suaminya sebelum sakaratul mautnya....

Ihhh.. kok bisaaa...
Saya malah sering berucap hamdalah menyelingi ceritanya.

Dan keluar dari rumah sakit, saya speechless..

Menyadari sepertinya ada yang salah dengan... saya sendiri..

***

Tidak ada komentar: