Selasa, 04 Januari 2011

Ahad.. Ahad..

***
Beberapa hari yang lalu disuguhi lagi film Ar-Risalah...atau, apa tu' ya? The Massanger? Lupa. Yang itulah.. sejarah Rasulullah SAW. Tak disangka bisa lihat film itu lagi karena terakhir nonton ya waktu SMA.
Cuma sekilas, cuma pada saat Bilal rela ketauan keimanannya saat menolak mencambuk 'Amr bin Yasir yang lebih dulu ketauan.
Lantas Bilal didera dengan cambukan dan ditindih dengan batu besar, sementara mulutnya selalu berucap Ahad.. Ahad..

Huaaa...

Kemudian saat Sumayyah ditombak .. menembus dari bawah hingga kepalanya, karena tidak mau menyebut nama sebuah berhala. Hubbal.

Huaaa.. lagi..

Sejak dulu saya tidak pernah tidak menangis kalau melihat film itu, dan bagian-bagian tadi.
Ada apakah dengan Ahad? Ada apa pula dengan Hubbal?
Kenapa mereka rela mati demi menyebut Ahad dan tidak menyebut Hubbal?

Ya ampuuun.. kalau dibanding Bilal si budak hitam legam yang boro-boro ganteng itu, saya merasa ciuuuuutttt...
Saya yang masih mempermasalahkan hal-hal duniawi yang sepele, sedih gembira karena hal-hal yang kecil..., sementara Bilal sudah berpikir sejauh itu.

Saya merasa telah mengkhianati perjuangan Bilal dan Sumayyah.
Lebay? Seharusnya enggak. Emang seharusnya sadar begitu.

***

Ini mah ngacaprak we nyak... Jujur saya paduli teuing pada kasus perceraian AAgym dan Teh Ninih. Keun we da itu mah bukan urusan saya.
Saya tau ko', setiap rumah tangga itu ada ujiannya masing-masing. Memangnya saya yang adem ayem sama suami ini gak pernah ditimpa masalah?? Ya pernah lah.

Cuma mungkin saya yang patut bersyukur didampingi suami yang amat mengerti bahwa hidup tak sekedar mengisi perut dan menyenangkan hati sendiri. Tak cukup hanya mensejahterakan diri dan keluarga.
Sehingga apapun yang terjadi, saya Insyaa Allah percayaaaaa pada suamiku.
Bisa jadi Teh Rini dan Teh Ninih punya kepercayaan yang sama terhadap suami mereka kan? Itu yang penting.
Percaya pada keimanan suami. Percaya karena kita saling cinta karena-Nya.

Kalau sudah berpikir hal-hal besar.. masalah sepele bukannya tak terpikir. Tapi tak lagi mengganggu hati.

***

Siapa bilang Bilal tidak bahagia?
Saya ingin merasakan bahagia seperti bahagianya Bilal saat dicambuk, dan bahagia seperti bahagianya Sumayyah saat ditombak.

Semoga bukan semangat sesaat.
Memang ada hal-hal baru yang saya pahami tentang bahagia.
Mungkin bahagia yang tidak kasat mata.
Tidak terungkapkan di status, blog, atau note.
Tidak pula dengan kata-kata lisan.
Tapi saya tau bahagia itu bila saya bersabar. Bersabar dalam arti luas.
Bersabar satu hari,saya dapat bahagia beberapa hari.
Bersabar satu tahun, saya dapat bahagia bertahun-tahun.
Bila saya bersabar selama di dunia, maka saya dapat bahagia selamanya.

Insyaa Allah.

***

2 komentar:

Akhsayanty mengatakan...

halah,gak pengen ngomentarin, disebut juga nama beliau beliau...ckc kc ck

btw teh, ini postingan tumben, saya jadi merasa mentoring lagi ^^ nuhun nya

ier mengatakan...

beliau-beliau? Bilal dan Sumayyah? hehehehe...*pura-pura lupa*