Minggu, 03 Oktober 2010

catering umi

***
Berdasarkan pengumuman sebelum lebaran, harga catering makan siang Arif dan Sofi di sekolah masing-masing naik seribu rupiah,jadi 8000 dan 7000 rupiah sehari. Belum lagi snack masing-masing 2000 rupiah.
Wew...Sehari keluar 19ribu untuk sekali snack dan makan siang kedua anakku itu, bukan lumayan lagi, tapi gede juga buat pengeluaran bulanan.

Akhirnya saya niatkan untuk berhenti sajalah. Biar bekel dari rumah, umi yang masak. Walau dengan konsekuensi cukup berat buat saya yang pemalas dan tak pandai memasak. Tiap hari pasnya mesti bangun jam 3.30. Siapkan makanan dan pakaian buat anak sekolah dan suami bekerja, setelah sebelumnya menyempatkan sholat malam walau 'sekejap'

***
Sebulan terlewati sudah. Arif dan Sofi bekel pake rantang alumunium kecil bersusun tiga. Temen Sofi bilang, Sofi kayak Atuk Dalang (kakeknya Upin Ipin, yang suka bawa rantang ke kebun). Dan temen Arif bilang, Arif kayak mau piknik.
Tapi syukurlah, anak-anakku kadang memang suka super cuek dengan apa kata orang, yang penting gak salah. Seperti halnya suamiku yang tiap hari bawa payung panjang ke kantor. Hihi.. khasnya dia dari dulu. Ke kantor jalan kaki plus ngangkot bawa payung panjang. Gak ada duanya. Untung gak ikutan bawa rantang. Profesor Kalkulus orang bilang. Atau Thomson & Thompson? Peduli amat. Yang penting apa salahnya bawa payung? Iya juga. Lha kalo bawa bedil ntar ditangkep. Moto beliau kan berjanggut tapi bukan teroris, kepala botak tapi sexy. Yealaaah... boleh boleh.

Snack yang Arif Sofi bawa kadang camilan yang ada di rumah, kadang saya buatin puding, kadang mengandalkan pemberian orang seperti dijajanin kakek neneknya, atau dapet dari bingkisan.
Hitung punya hitung harga sih, sebenernya gak akan jauh dari angka rupiah yang harus saya keluarkan bila Arif Sofi ikut catering, karena saya berusaha membekali anak makanan yang enak-enak (ada daging/ikannya). Tapi keuntungannya, makanan di rumah jadi lebih terpikirkan, plus hampir gak ada yang mubazir. Keuntungan lainnya, saya bisa atur-atur porsi dan makanan kesenangannya anak-anak. Saya jadi lebih 'berusaha' buat masak. Menu bisa diatur sesuai budget. Dan mudah-mudahan anak-anak bisa inget umminya kalo lagi makan, sehingga ikatan batinnya lebih terpelihara. Hahay

Budget rata-rata lima puluh ribu sehari tampaknya budget yang pas buat ukuran keluarga saya (dua dewasa dua anak SD). Lima puluh ribu dibagi empat orang: Rp.12.500 sehari makan per orang, dan berarti Rp.4.200 sekali makan per orang. Termasuk di dalamnya snack, buah, bumbu, beras, air dan gas.
Saya mikir gimana ntar kalo anak udah gede ya? Beuh...berarti sehari butuh lebih banyak lagi???

Kalo ngurusin keluarga memang bakal rieut untuk ngatur keuangan. Apalagi kalo punya standar tinggi dalam urusan makan. Misalkan saja menargetkan adanya daging, buah, susu, dan snack setiap hari. Jatohnya bakal lumayan tuh. Kalo standar kemudian dinaikkan, bakal makin rieut. Katakanlah si ibu punya target creambath dan facial setiap bulan. Sang Ayah bertarget...(apa ya kalo Ayah? Hehe). Anak bertarget dibelikan buku setiap bulan... Wadoooh...doh doh...

***

Oleh karena itu, wahai para ibu yang pendapatan keluarganya pas-pasan, tetaplah berbahagia dengan cara menyesuaikan standar hidup dengan budget yang ada. Buatlah pasak agar sesuai dengan tiang. Sesedikit apapun harta yang kita dapat, jangan lupa berinfaq. Yakinkan bila suami mencari rezeki dari jalan yang halal. Pisahkan harta kita dan harta orang lain bila kita dipercaya untuk menyimpan harta orang lain atau kekayaan organisasi/perusahaan.
Bila kita benar dan jujur dalam mengatur harta, insyaa Allah, barokah-Nya lah yang akan menolong kita. Bila berkah Allah telah sampai, maka tak ada istilah tak cukup. Saat kita butuh, saat itu juga ada rezeki.
Sepuluh tahun hidup berumah tangga, saya telah cukup punya bukti, baik itu bukti 'kesialan' ataupun bukti 'keberuntungan', ya ternyata karena ulah kita juga, yang kadang ingat kadang lupa pada Yang Memberi Rezeki.

Amat sangat terasa oleh kami, bahwa rezeki itu datang dari Allah walau syariatnya dari suami. Dan semua bisa tiba-tiba diambil oleh-Nya dengan cara yang seringkali tidak kita duga. Misalnya sakit lah, nyenggol kendaraan orang lah, hilang lah, atau apalah...

Wokkeyy... jadi hati-hatilah dengan harta, sodara sodara...
Selamat bekerja, selamat belanja, selamat berinfaq, dan selamat menabung, bang bing bung... yuuu....

***

2 komentar:

Akhsayanty mengatakan...

saya yakin, tulisan ini dibuat dalam kondisi waras tingkat tinggi :D

dinamika keuangan rumahtangga teh kitu nya....betwe teh, apa sih resepnya supaya anak-anak bisa 'cuek' gitu?

ier mengatakan...

resep anak-anak biar bisa cuek? .. mm... apa yah... duh... beneran saya mah ibu yang tak punya resep euy.. hiks hiks.. ngurus budak dibantuan ku angin we ieu teh.. huhu...