Kamis, 06 Mei 2010

pada akhirnya...

Share From Pasar Siesta
Monday, April 26, 2010 at 11:24am
(Cerita dari sahabat Kami Dedi Martoni)

Anak-anak tak selamanya kecil.
kalau Allah memberinya umur panjang
Sebelum habis kekuatan kita untuk berjalan dengan tegak
dan berbicara dengan suara lantang
anak-anak kita kemarin merengek meminta perhatian kita
sekarang mungkin mereka sudah sibuk memenuhi jadwal kegiatannya
yang padat...
Anak-anak yang kemarin menahan tangisnya karena kita tak kunjung mau
mendampingi mereka untuk menuturkan cerita,
hari ini mungkin kita harus belajar menahan diri
karena sangat ingin mendengar cerita mereka
dari lisan mereka sendiri...

Saat usianya memasuki remaja
posisi kita semakin lemah
mereka lebih mendengar temannya daripada orang tuanya sendiri
Kata-kata orangtua tak lagi berharga kecuali
jika kita sudah MENABUNG kedekatan dan penghormatan sejak
mereka masih balita
Jika anak-anak itu tidak memiliki penghormatan yang tinggi kepada orangtuanya
maka gurauan teman jauh lebih mereka dengar
daripada sapaan paling tulus dari orangtua
Jika anak-anak itu tidak memiliki kepercayaan yang penuh kepada orangtua
maka temannya lebih layak untuk diikuti daripada nasihat
paling serius dari orangtua.
Secara alamiah anak-anak yang telah memasuki usia remaja memiliki kebutuhan
eksistensi
Mereka ingin didengar, diakui, dihargai dan dipercaya
Mereka ingin menunjukkan bahwa dirinya memiliki kemampuan dan hak menentukan.
Mereka akan berontak dari orangtuanya kecuali jika kita selaku orangtua telah
MENABUNG kredibilitas, kepercayaan terhadap itikad baik
dan ketulusan di mata anak-anak kita...

Tak lama lagi mereka akan menikah
Sesudah berlalu masa remaja datanglah masa dewasa
Inilah masa ketika anak-anak yang dulu merindukan bapaknya itu sudah
benar-benar mandiri
Mereka tak lagi memerlukan orangtua kecuali
jika iman menancap kuat di hati mereka
Inilah yang menjadi kekuatan dalam diri mereka untuk
berkhidmat kepada orangtua...
Jadi, sebenarnya mereka berkhidmat bukan karena
sangat besarnya kerinduan dan penghormatan pada orangtua
tetapi
karena dorongan untuk meraih ridha Allah 'Azza wa Jalla....

Ya zaman berganti, masa bertukar
Yang dulu muda, sekrang tua
Yang dulu kanak-kanak sekarang dewasa
yang dulu terlihat gagah, sekarang renta tak berdaya
sebagian lagi mungkin sudah lama dikuburkan jenazahnya...
Tak ada lagi kekuatannya untuk berbuat,
Tak ada lagi kemampuannya untuk melakukan perubahan

Akan tetapi...
Mereka yang telah menyemai keyakinan, kebaikan dan kemuliaan
sesungguhnya telah hidup kebaikannya
Melalui anak-anak yang KUAT KARAKTERNYA,
TINGGI HARGA DIRINYA, BESAR CITA-CITANYA dan JIWANYA
senantiasa rindu untuk melakukan amal yang terbaik (ahsanu 'amala)
para orangtua itu sesungguhnya tetap menabung kebaikan meski
badan telah berselimut kafan
Sesungguhnya tidak akan ada yang bisa diharapkan dari
anak-anak sesudah kita mati kecuali KESHALIHAN
Anak-anak shalih yang mendoakan (waladun shalihun yad'unalahu)
merupakan harta yang tak dapat digantikan oleh do'a seribu manusia...

Ya....Shalih dulu baru do'a....

Bagaimana menjadi orangtua dan sekaligus sahabat bagi anak-anak kita?
Mampukan kita menjadi orangtua yang disayang dan dicintai anak-anak kita
walau kita sudah tiada? Anak seperti apa hasil didikan dan kasih sayang kita

***

1 komentar:

rena puspa mengatakan...

heeemmmm......daleeeeeemmm....fiufff