***
Sedang ingin banyak mendengar.
Sedang ingin belajar dari kehidupan orang-orang di sekitar.
Hmm... senangnya..
karena aku tak pernah sendiri.
Selalu saja ada yang menemani.
Dalam hidupku aku tak pernah merasa bosan.
Aku selalu merasa nyaman dengan keadaan.
Ah, Allah.. aku tak pernah merasa bosan, tapi...
tidakkah aku membosankan di mata MU ??
Apakah Kau masih sayang padaku ??
Hmm... tahukah kawan...
Saat kalian melihat aku begitu indah bagai kupu-kupu..
saat itu aku justru sedang terpuruk..
Namun saat kalian melihat aku seperti seekor ulat yang menjijikkan..
saat itu justru aku sedang merasa tenang..
Ya, betul kawan.. tak usahlah kita menilai seseorang dari penampilannya.
Tapi memang sulit.
Sangaaaat sulit.
Sesulit kita mencapai apa yang namanya ikhlas.
Ikhlas itu bagiku adalah tak peduli.
Tak peduli apapun kecuali pada Nya.
Aku mencoba untuk selalu jujur.
Jujur pada diri sendiri, jujur pada orang lain, dan jujur pula pada Nya.
Ternyata, akhirnya hidupku tak pernah membosankan.
Ketidakpedulian itu justru membuat aku bahagia.
Tak bisa dipungkiri kalau aku memang merindukan cahaya itu kembali.
Bukan hal yang sulit karena semua masa lalu itu masih melintas-lintas di depan mataku.
Hingga aku membayangkan.. bila cahaya itu hadir saat ini atas izin Nya..
Wah.. pastilah pendarnya memantul-mantul ke segala penjuru...
Tak seperti dulu, kala cahaya itu hadir bak kembang api.
Sesaat menyala indah, sesaat kemudian padam dan terbuang.
Dia bersinar hanya untuk menyenangkan hati orang yang membelinya.
Betapa aku rindu cahaya itu. Cahaya yang tak padam oleh hujan badai sekalipun. Cahaya di atas cahaya, yang mestinya semua orang merindukannya.
***
Senin, 23 Maret 2009
Senin, 16 Maret 2009
ambivert
***
Menemukan serangkaian kalimat-kalimat yang tepat menggambarkan siapa diri ini, sungguh terasa menyenangkan. Seakan mengetahui bahwa saya masih punya teman, padahal saya merasa jadi orang paling aneh sedunia.
Ambivert
Katanya itu istilahnya. Jujur saya baru ngeh kalo selain introvert dan ekstrovert, ternyata ada yang namanya ambivert. Kok ya mirip-mirip nama obat pereda ambeien??
Tapi ternyata itulah saya.
Pas banget rasanya dibandingkan saat saya menggolongkan diri ini sebagai orang yang ekstrovert.
Menjadi pribadi ekstrovert rasanya memang menyenangkan. Gak pernah sekalipun saya memendam masalah sendirian. Never be lonely.
Tapi ternyata curhat yang terlalu sering juga membuat saya gak enak hati. Bila masih bisa saya pendam. Ya saya pendam saja. Sebagian, atau semuanya.
Pun rahasia teman-teman, insyaa Allah bisa saya jaga dengan baik hingga akhir hayat. Takjub juga saya mendapati diri ini penuh dengan rahasia dari teman-teman saya dan saya sama sekali tidak tergelitik untuk membocorkan rahasia kalian itu kepada siapapun.
Eh.. tapi suka bocor juga ding, dikiiiiiit...
Tentu saja kepada suami saya.
Fh.. suamiku gitu loh.
Orang yang paling saya percaya di dunia ini adalah suamiku!
Tipe laki-laki cool yang enggak banget sama yang namanya ikut campur urusan orang lain, apalagi ngomongin orang lain.
Ya saya cerita apa-apa juga seringkali ada maksudnya. Sering untuk minta pertimbangan bagaimana saya harus bersikap pada teman saya ini.
Lebih seringnya lagi untuk tidak pernah cerita apa-apa tentang rahasia-rahasia itu, karena
begitu banyak hal lain yang perlu/ tidak perlu, harus saya bicarakan dengannya.
Ekstrovert?
Saat saya ingin sendiri seperti sekarang ini, saya merasa tidak tergolong lagi sebagai pribadi itu.
Saat ini saya ingin melepas sejenak gaya lebai saya (hihi..masih pengen ketawa nyebut lebai ini) di dunia facebook. Dunia yang saya geluti sejakkk bulan November 2008 kemarin kalo gak salah.
Blog ini memang pas mewadahi gaya ambivert saya.
Ingin sendiri, tapi juga ingin berbagi. Berbagi pada orang-orang yang ingin mengenal saya lebih dekat, atau justru pada orang-orang tak dikenal yang gak sengaja menemukan blog saya. Lantas ketawa-ketawa.
Hehe.. lucu juga ada comment di blog ini dari seseorang yang gak saya kenal. Dia bilang dia saat itu lagi di perpustakaan di daerah magelang, dan ngakak tak terkendali membaca salah satu postingan saya.
Pemikiran jenaka entah kenapa memang sering melintas-lintas di pikiran saya begitu saja. Sehingga saya dikenal juga sebagai orang yang bodor sekaligus keterlaluan.
Ingat dulu di SMA 3, nama saya sejenak melejit di seantero sekolah gara-gara tempelan artikel kocak di mading. Senang bisa melihat anak-anak serius itu pada ketawa. Dan lebih senang lagi dong, ketika mereka mencari siapa penulisnya... :P
Dunia introvert seperti diary, tak pernah lama saya jalani. Merasa garing aja menulis hanya untuk diri sendiri. Disembunyi-sembunyiin biar gak ketauan, adalah hal aneh buat saya. Tapi juga mundur teratur saat ada teman yang mendorong saya untuk menerbitkan buku, berupa kumpulan tulisan-tulisan saya selama ini. Bahkan dia sudah mengkoleksi tulisan-tulisan saya dan berniat untuk disampaikan pada penerbit. Halah... gak juga ya? (pssst...yang bersangkutan gak boleh ribut!!)
Ketika saya ingin sendiri seperti sekarang..
Biasanya karena jenuh aja. Rasanya ingin pergi ke puncak gunung, ke pinggir pantai.. sendirian.
Lucunya, *maka dari inilah saya merasa tepat digolongkan sebagai ambivert*-
saat saya ingin 'menghilang' dari peredaran, betapa ingin saya memasang status di facebook bahwa 'saya ingin menghilang' :P
Dan tahukah Anda.. bahwa saat menulis ini pun barusan saya masih sempet-sempetnya ngomentarin statusnya Dik Yani, sepupu saya. Please dehh... :D
Nyadar saya. Betapa saya tidak bisa kuat sendirian. Dan mensyukuri kalau setiap hari ada saja teman yang bisa saya ajak bicara ataupun menyapa saya terlebih dahulu.
Dan saya juga...
adalah orang yang perasa. Kadang amat sangat peka.
Bahkan diamnya seseorang bagi saya sering mengganggu. Sering membuat saya ingin menyelidiki jangan-jangan dia diam karena marah pada saya.
Fuih.. paling sebel kalo udah bermasalah sama orang lain. Terutama jika saya yang berperan dalam hal menyakiti (padahal gak niat sama sekali buat nyakitin). Sama sekali gak bisa cuek sama orang.
Dan kalau sudah sayang sama orang, maka saya adalah orang yang rela berbuat apa saja untuknya, seperti nganter nangka siap makan setoples besar ke... (ooops..ada yang ngerasa?? Gak usah ribut juga ya..wkwkwkwk...)
Introvert saya sering juga karena rindu. Tiba-tiba saja rindu. Rindu pada seseorang atau kadang rindu pada suasana nyaman yang pernah dijalani. Rindu pada suatu tempat atau rindu melakukan sesuatu.
Dan Irma memang .. ambivert.
Ambivert itu adalah.. ini nih.. di postingan di bawah ini...
***
Menemukan serangkaian kalimat-kalimat yang tepat menggambarkan siapa diri ini, sungguh terasa menyenangkan. Seakan mengetahui bahwa saya masih punya teman, padahal saya merasa jadi orang paling aneh sedunia.
Ambivert
Katanya itu istilahnya. Jujur saya baru ngeh kalo selain introvert dan ekstrovert, ternyata ada yang namanya ambivert. Kok ya mirip-mirip nama obat pereda ambeien??
Tapi ternyata itulah saya.
Pas banget rasanya dibandingkan saat saya menggolongkan diri ini sebagai orang yang ekstrovert.
Menjadi pribadi ekstrovert rasanya memang menyenangkan. Gak pernah sekalipun saya memendam masalah sendirian. Never be lonely.
Tapi ternyata curhat yang terlalu sering juga membuat saya gak enak hati. Bila masih bisa saya pendam. Ya saya pendam saja. Sebagian, atau semuanya.
Pun rahasia teman-teman, insyaa Allah bisa saya jaga dengan baik hingga akhir hayat. Takjub juga saya mendapati diri ini penuh dengan rahasia dari teman-teman saya dan saya sama sekali tidak tergelitik untuk membocorkan rahasia kalian itu kepada siapapun.
Eh.. tapi suka bocor juga ding, dikiiiiiit...
Tentu saja kepada suami saya.
Fh.. suamiku gitu loh.
Orang yang paling saya percaya di dunia ini adalah suamiku!
Tipe laki-laki cool yang enggak banget sama yang namanya ikut campur urusan orang lain, apalagi ngomongin orang lain.
Ya saya cerita apa-apa juga seringkali ada maksudnya. Sering untuk minta pertimbangan bagaimana saya harus bersikap pada teman saya ini.
Lebih seringnya lagi untuk tidak pernah cerita apa-apa tentang rahasia-rahasia itu, karena
begitu banyak hal lain yang perlu/ tidak perlu, harus saya bicarakan dengannya.
Ekstrovert?
Saat saya ingin sendiri seperti sekarang ini, saya merasa tidak tergolong lagi sebagai pribadi itu.
Saat ini saya ingin melepas sejenak gaya lebai saya (hihi..masih pengen ketawa nyebut lebai ini) di dunia facebook. Dunia yang saya geluti sejakkk bulan November 2008 kemarin kalo gak salah.
Blog ini memang pas mewadahi gaya ambivert saya.
Ingin sendiri, tapi juga ingin berbagi. Berbagi pada orang-orang yang ingin mengenal saya lebih dekat, atau justru pada orang-orang tak dikenal yang gak sengaja menemukan blog saya. Lantas ketawa-ketawa.
Hehe.. lucu juga ada comment di blog ini dari seseorang yang gak saya kenal. Dia bilang dia saat itu lagi di perpustakaan di daerah magelang, dan ngakak tak terkendali membaca salah satu postingan saya.
Pemikiran jenaka entah kenapa memang sering melintas-lintas di pikiran saya begitu saja. Sehingga saya dikenal juga sebagai orang yang bodor sekaligus keterlaluan.
Ingat dulu di SMA 3, nama saya sejenak melejit di seantero sekolah gara-gara tempelan artikel kocak di mading. Senang bisa melihat anak-anak serius itu pada ketawa. Dan lebih senang lagi dong, ketika mereka mencari siapa penulisnya... :P
Dunia introvert seperti diary, tak pernah lama saya jalani. Merasa garing aja menulis hanya untuk diri sendiri. Disembunyi-sembunyiin biar gak ketauan, adalah hal aneh buat saya. Tapi juga mundur teratur saat ada teman yang mendorong saya untuk menerbitkan buku, berupa kumpulan tulisan-tulisan saya selama ini. Bahkan dia sudah mengkoleksi tulisan-tulisan saya dan berniat untuk disampaikan pada penerbit. Halah... gak juga ya? (pssst...yang bersangkutan gak boleh ribut!!)
Ketika saya ingin sendiri seperti sekarang..
Biasanya karena jenuh aja. Rasanya ingin pergi ke puncak gunung, ke pinggir pantai.. sendirian.
Lucunya, *maka dari inilah saya merasa tepat digolongkan sebagai ambivert*-
saat saya ingin 'menghilang' dari peredaran, betapa ingin saya memasang status di facebook bahwa 'saya ingin menghilang' :P
Dan tahukah Anda.. bahwa saat menulis ini pun barusan saya masih sempet-sempetnya ngomentarin statusnya Dik Yani, sepupu saya. Please dehh... :D
Nyadar saya. Betapa saya tidak bisa kuat sendirian. Dan mensyukuri kalau setiap hari ada saja teman yang bisa saya ajak bicara ataupun menyapa saya terlebih dahulu.
Dan saya juga...
adalah orang yang perasa. Kadang amat sangat peka.
Bahkan diamnya seseorang bagi saya sering mengganggu. Sering membuat saya ingin menyelidiki jangan-jangan dia diam karena marah pada saya.
Fuih.. paling sebel kalo udah bermasalah sama orang lain. Terutama jika saya yang berperan dalam hal menyakiti (padahal gak niat sama sekali buat nyakitin). Sama sekali gak bisa cuek sama orang.
Dan kalau sudah sayang sama orang, maka saya adalah orang yang rela berbuat apa saja untuknya, seperti nganter nangka siap makan setoples besar ke... (ooops..ada yang ngerasa?? Gak usah ribut juga ya..wkwkwkwk...)
Introvert saya sering juga karena rindu. Tiba-tiba saja rindu. Rindu pada seseorang atau kadang rindu pada suasana nyaman yang pernah dijalani. Rindu pada suatu tempat atau rindu melakukan sesuatu.
Dan Irma memang .. ambivert.
Ambivert itu adalah.. ini nih.. di postingan di bawah ini...
***
Am I ???
***
Dapet result quiz tes kepribadian dari fb:
***
Irma Vitriani Susanti = AMBIVERT
Tipe karakter yang memiliki keseimbangan psikologi antara introvert dan extrovert. tipe ambivert seperti karakter extrovert, suka bersosialisasi dan berkumpul dengan banyak orang dan membicarakan banyak hal, disisi lain mereka juga suka menyendiri dan menjauh dari lingkungan, seperti tipe introvert.
Tipe ini umumnya dapat bergaul akrab dengan lebih dari satu lingkup saja. Karena memiliki banyak lingkup akrab, golongan ambivert sering menjadi renggang perlahan dengan lingkup akrabnya yang memiliki kadar introvert.
Sifatnya yang perasa kadang membuatnya jadi moody. Namun sifat easy going membuatnya jadi pribadi yang menyenangkan.
***
Dapet result quiz tes kepribadian dari fb:
***
Irma Vitriani Susanti = AMBIVERT
Tipe karakter yang memiliki keseimbangan psikologi antara introvert dan extrovert. tipe ambivert seperti karakter extrovert, suka bersosialisasi dan berkumpul dengan banyak orang dan membicarakan banyak hal, disisi lain mereka juga suka menyendiri dan menjauh dari lingkungan, seperti tipe introvert.
Tipe ini umumnya dapat bergaul akrab dengan lebih dari satu lingkup saja. Karena memiliki banyak lingkup akrab, golongan ambivert sering menjadi renggang perlahan dengan lingkup akrabnya yang memiliki kadar introvert.
Sifatnya yang perasa kadang membuatnya jadi moody. Namun sifat easy going membuatnya jadi pribadi yang menyenangkan.
***
Minggu, 15 Maret 2009
opera tiga jaman
***
Sejak baca notenya Lita di fb tentang 'generasi instant', saya tiba-tiba jadi rindu.
Rindu masa lalu waktu saya masih kecil yang bahagiaaaaa rasanya.
Saking rindunya, tadi malem saya sampe netes-netesin air mata (hihi.. segitunya ya).
Kalo ngenang gimana cara mamah bapak ngasuh saya. Kok rasanya ya indah.
Serba alami dan penuh kehangatan. Saya yakin bukan karena saya anak perempuan yang mereka nanti-nantikan lebih dari 5 tahun setelah kelahiran kedua kakak saya. Tapi ya memang itu adalah sayang mereka pada semua anak-anaknya.
Hehe.. walau pernah ada satu kejadian yang saya gak akan pernah lupa, mamah marahin kedua kakak saya karena pas mamah keluar rumah sebentar, dan balik lagi, saya dalam keadaan menangis.
Padahal saya nangis bukan karena digangguin kakak-kakakku itu.. tapi karena ketiduran dan mimpi botol dot saya diambil sama raksasa.
Saat itu saya gak bisa bilang apa-apa sama mamah.
Tentu saja kedua kakakku kesal abis-abisan, karena mereka kena damprat. Hihi. I'm sorry brothers..
Gak akan lepas dari ingatan saya saat mamah membuatkan saya boneka kain setinggi 30 senti, yang wujudnya cukup 'mengerikan'. Rambut awut-awutan pakai benang wol hitam.
Mata hidung dan mulut disulam, baju dibuatkan seadanya.
Walhasil..diberilah dia nama 'si memble'. Rasanya nama itu sangat representatif mengingat keadaannya yang begitu mengenaskan.
Tapi saya suka sama si memble. Dia sering saya perankan sebagai orang yang baik dan setia.
Temen-temennya adalah 'si abu' dan 'si cenil'. Si Abu dibelikan paman, si cenil dibeli dari gramedia.
Dipikir-pikir saya hampir gak pernah beli mainan, kecuali boneka kertas. Ada yang seratus rupiah per lembar, ada juga yang lima puluh rupiah, tergantung besarnya.
Anak perempuan mana pada jaman itu yang gak suka boneka kertas?.
Cantik-cantik dan bisa berganti-ganti baju. Ada gaun malam, ada baju tidur, ada baju pesta, ada juga baju rumah.
Bukannya gak mau, tapi gak kepikiran aja buat beli mainan yang bagus-bagus. Saya selalu berpikir bahwa orang tua saya gak punya banyak uang untuk membeli mainan itu. Jadi saya gak pernah minta. Padahal kalau saya mau, biasanya orang tua saya gak pernah menolak.
Saya sudah cukup puas dengan 'si memble'. Atau seringkali saya dibuatkan boneka kain kecil-kecil yang mamah buat dengan rangka lidi seperti akan membuat layangan, tapi ukurannya kecil, hanya 5 cm tingginya, dan 3 cm untuk rangka lengan. Dibungkus dengan kain putih dengan terlebih dahulu menjejalkan kapas dan mengikat lehernya dengan benang agar terbentuk kepala. Dibuatkan sampe belasan buah, sehingga saya bisa memerankannya sebagai sebuah keluarga atau sebuah gank pertemanan.
Bajunya hanya kain bekas yang dipotong persegi panjang sekitar 3x4cm dan diberi lubang untuk bagian kepala.
Maklum dulu mamah rajin menerima jahitan untuk nambah-nambah penghasilan. Jadi kain bekasnya banyak, rupa-rupa motif dan warnanya.
Saya main gak pernah sendirian. Ditemani... mm.. Teh Dini, Yulia, Teh Nia, Oci, Mbak Wiwit, dan Mbak Titi. Mereka anak-anak tetangga yang usianya lebih tua dari saya, sehingga saya selalu dipanggil mereka "De' Ir". Sampai sekarang.
Selain main boneka, macem-macem permainan kami ini.
Kasti, voli, ucing dua lima, boy-boyan, galah jidar, hulahup, main karet (lompat karet yang dijalin itu lho), ular naga, dan ada juga permainan fisik lain yang saya lupa namanya. Itu.. main rebutan anak (kelanjutan dari main ular naga), dimana ibunya melingkarkan tangan tiang listrik sambil jongkok, anaknya melingkarkan tangan ke pinggang ibunya, anak kedua melingkarkan tangan ke anak pertama.. begitu sampe anak terakhir ditarik sama yang jadi penjahat. Lepas berarti anaknya terebut.
Kalo udah menghabiskan semua permainan itu rasanya capeeee banget. Capenya ya cape seluruh tubuh, juga cape ketawa. Saking serunya seringkali kami ketawa sampe sakit perut.
Permainan ketangkasan tentu saja dimodali sebuah bola bekel beserta kewuk-kewuknya, plus congklak. Jari-jemari ini pun terlatih untuk melempar menangkap dan 'ngarawu'. Paling sebel kalo bola yang pandai memantul ini melompat-lompat dan menggelinding entah ke mana.
Ada juga permainan kecerdasan, seperti gagarudaan, main kartu, kwartet, halma, ular tangga, monopoli, atau tebak tebakan lagu dengan memukul-mukul tiang listrik. Sering juga jalan-jalan ke sawah dan makan siang di saung tengah sawah (sawah itu sekarang sebagian besar udah jadi perumahan). Nangkep impun di selokan,sekaligus nangkep tutut di lumpur tak lupa pula saya lakoni.
Beternak ayam!!! Itupun sangat mengesankan. Ayam itu saya beri nama.. Yayam, Yoyom, dan si Jago. Ketiga ayam itu saya embat dari rumah nenek di Pangalengan. Nenekku punya ratusan ayam di sana dan tentu saja tak keberatan saya minta tiga ekor.
Sangat sedih menemukan kenyataan bahwa Yayam dan Yoyom hanya bisa bertelur, tapi telurnya tak kunjung menetas.
Betapa ingin saya memiliki anak ayam.
Yeah.. akhirnya anak ayam itu saya embat juga dari pangalengan. Dua anak ayam mungil yang lucu-lucu. Lupa saya.. namanya siapa.
Tahukah kalian tabiat anak ayam?
Bila dia kehilangan induknya.. maka siapapun yang memeliharanya akan dia anggap sebagai induk.
So... bolehlah kalian ngakak membayangkan saya ke mana-mana di rumah, diikuti kedua anak ayam itu.
Saya senang bukan kepalang. Ada makhluk yang tampak begitu bergantung pada saya.
Tetapi hari naas itu pun akhirnya tiba. Saat itu rasanya langit runtuh, dunia kiamat, dan saya begitu bersedih.
Ketika saya bangun pagi, mamah kasih tau saya bahwa kedua anak ayam itu mati dimakan tikus semalam.
Saya nangis meraung-raung, lama, dan menyayat hati.
Seingat saya dulu itu saya sudah SD. Mungkin kelas 3. Karena saya ingat kakakku sudah SMA.
Kakakku tampak begitu terenyuh melihat adik manisnya ini menangis.
Surprise!! Pulang sekolah dia membelikan saya 4 ekor anak ayam. Ayam kate' yang lucu-lucu.
Huhuhu.. I love you, brother! Seumur hidup saya akan mengenang pemberianmu itu.
Ah.. syukurlah.. dengan fesbuk saya ketemu tiap hari dengan kakakku itu. Masih gak berubah .. masih jadi tukang ngeledekin saya. Istilah sundanya: ngeleg.
Kembali ke ayam..semua ayam yang pernah saya miliki itu akhirnya saya kembalikan lagi ke kampung halaman. Pangalengan. Termasuk kate-kate itu. Biarlah mereka menghirup udara segar di sana, sementara saya mulai sibuk sekolah.
Kenapa gak disembelih n dimakan aja??
Duh.. gak tega atuh euy. Menyembelihnya sama saja bagi saya seperti menyembelih teman sendiri.
***
Bapak.
Bapak buat saya adalah seorang teman bicara yang baik. Mengobrol dengannya selalu menyenangkan. Sampai SD saya masih suka diajak jalan-jalan sama bapak. Berjalan-jalan sore beberapa ratus meter dari rumah, dan balik lagi.
Ya cuma buat ngobrol, membicarakan segala sesuatu yang kami temui di jalan. Tanaman, kupu-kupu, kodok, .. atau kadang tanpa bicara sama sekali. Heran saya.. kenapa semua itu membuat saya senang. Tanpa dibelikan apapun, tanpa ditawari mainan apapun, tapi saya bahagia.
Bapak adalah pendongeng ulung. Imajinasinya yang luar biasa bisa membawa saya terhanyut pada sebuah dunia lain sebelum tidur.
Serial "ANI", begitu saja terlontar dari mulut beliau tanpa lama-lama berpikir panjang. Ani adalah tokoh khayalan, seorang anak perempuan yang sebesar saya saat itu sudah menjadi seorang polwan. Teman-teman Ani adalah beberapa ekor binatang yang bisa diajak bicara dan berkomplot dengan Ani untuk melawan kejahatan.
Oh God.. betapa seru cerita itu, seringkali sampai mata saya tidak berkedip karena begitu menegangkan!
Ah, imajinasi saya tidak sekuat bapak. Kalau mendongeng untuk Arif dan Sofi, saya hanya mengandalkan buku cerita anak-anak yang saya bacakan. Berulang-ulang pula.
Sementara serial "ANI" karya bapakku itu seakan tak pernah tamat. Berubah cerita setiap harinya.
Sampai sekarang pun kalau bapak sudah cerita, cucu-cucunya sering dibuatnya terpana.
Tapi mungkin anak-anak sekarang sudah 'terkontaminasi' dengan cerita-cerita di TV, jadi ya menganggapnya biasa-biasa saja. Gak sampai ketagihan kayak saya dulu (atou emang gw aja yang bloon ya?)
***
Yang jelas semua begitu berbeda keadaannya dengan jaman sekarang. Sulit cari teman bermain di luar untuk Arif dan Sofi. Mungkin dah gak jamannya lagi main kejar-kejaran atau petak umpet. Fisik mereka hampir tidak terlatih. Ketangkasan mereka hanya main CD interaktif di komputer.
Hmm..anak-anak sekarang pun hampir semuanya udah pegang hp ya? Padahal dulu, yang namanya gamewatch saja tampak begitu lux di mata saya.
Pun entah apa kesan anak-anakku pada saya sebagai ibunya.
Mungkin mereka hanya ingat Ummi nu kabisana asik di depan laptop.. fesbukan :P
Hihi.. ayolah Ier.. jadilah ummahat yang kreatif !!!
Mohon bantuannya ya Om, Tante.. Kalo ada masukan, tolonglah dishare ke saya.
Kadangkala memang saya cuma butuh motivasi aja.
***
Sejak baca notenya Lita di fb tentang 'generasi instant', saya tiba-tiba jadi rindu.
Rindu masa lalu waktu saya masih kecil yang bahagiaaaaa rasanya.
Saking rindunya, tadi malem saya sampe netes-netesin air mata (hihi.. segitunya ya).
Kalo ngenang gimana cara mamah bapak ngasuh saya. Kok rasanya ya indah.
Serba alami dan penuh kehangatan. Saya yakin bukan karena saya anak perempuan yang mereka nanti-nantikan lebih dari 5 tahun setelah kelahiran kedua kakak saya. Tapi ya memang itu adalah sayang mereka pada semua anak-anaknya.
Hehe.. walau pernah ada satu kejadian yang saya gak akan pernah lupa, mamah marahin kedua kakak saya karena pas mamah keluar rumah sebentar, dan balik lagi, saya dalam keadaan menangis.
Padahal saya nangis bukan karena digangguin kakak-kakakku itu.. tapi karena ketiduran dan mimpi botol dot saya diambil sama raksasa.
Saat itu saya gak bisa bilang apa-apa sama mamah.
Tentu saja kedua kakakku kesal abis-abisan, karena mereka kena damprat. Hihi. I'm sorry brothers..
Gak akan lepas dari ingatan saya saat mamah membuatkan saya boneka kain setinggi 30 senti, yang wujudnya cukup 'mengerikan'. Rambut awut-awutan pakai benang wol hitam.
Mata hidung dan mulut disulam, baju dibuatkan seadanya.
Walhasil..diberilah dia nama 'si memble'. Rasanya nama itu sangat representatif mengingat keadaannya yang begitu mengenaskan.
Tapi saya suka sama si memble. Dia sering saya perankan sebagai orang yang baik dan setia.
Temen-temennya adalah 'si abu' dan 'si cenil'. Si Abu dibelikan paman, si cenil dibeli dari gramedia.
Dipikir-pikir saya hampir gak pernah beli mainan, kecuali boneka kertas. Ada yang seratus rupiah per lembar, ada juga yang lima puluh rupiah, tergantung besarnya.
Anak perempuan mana pada jaman itu yang gak suka boneka kertas?.
Cantik-cantik dan bisa berganti-ganti baju. Ada gaun malam, ada baju tidur, ada baju pesta, ada juga baju rumah.
Bukannya gak mau, tapi gak kepikiran aja buat beli mainan yang bagus-bagus. Saya selalu berpikir bahwa orang tua saya gak punya banyak uang untuk membeli mainan itu. Jadi saya gak pernah minta. Padahal kalau saya mau, biasanya orang tua saya gak pernah menolak.
Saya sudah cukup puas dengan 'si memble'. Atau seringkali saya dibuatkan boneka kain kecil-kecil yang mamah buat dengan rangka lidi seperti akan membuat layangan, tapi ukurannya kecil, hanya 5 cm tingginya, dan 3 cm untuk rangka lengan. Dibungkus dengan kain putih dengan terlebih dahulu menjejalkan kapas dan mengikat lehernya dengan benang agar terbentuk kepala. Dibuatkan sampe belasan buah, sehingga saya bisa memerankannya sebagai sebuah keluarga atau sebuah gank pertemanan.
Bajunya hanya kain bekas yang dipotong persegi panjang sekitar 3x4cm dan diberi lubang untuk bagian kepala.
Maklum dulu mamah rajin menerima jahitan untuk nambah-nambah penghasilan. Jadi kain bekasnya banyak, rupa-rupa motif dan warnanya.
Saya main gak pernah sendirian. Ditemani... mm.. Teh Dini, Yulia, Teh Nia, Oci, Mbak Wiwit, dan Mbak Titi. Mereka anak-anak tetangga yang usianya lebih tua dari saya, sehingga saya selalu dipanggil mereka "De' Ir". Sampai sekarang.
Selain main boneka, macem-macem permainan kami ini.
Kasti, voli, ucing dua lima, boy-boyan, galah jidar, hulahup, main karet (lompat karet yang dijalin itu lho), ular naga, dan ada juga permainan fisik lain yang saya lupa namanya. Itu.. main rebutan anak (kelanjutan dari main ular naga), dimana ibunya melingkarkan tangan tiang listrik sambil jongkok, anaknya melingkarkan tangan ke pinggang ibunya, anak kedua melingkarkan tangan ke anak pertama.. begitu sampe anak terakhir ditarik sama yang jadi penjahat. Lepas berarti anaknya terebut.
Kalo udah menghabiskan semua permainan itu rasanya capeeee banget. Capenya ya cape seluruh tubuh, juga cape ketawa. Saking serunya seringkali kami ketawa sampe sakit perut.
Permainan ketangkasan tentu saja dimodali sebuah bola bekel beserta kewuk-kewuknya, plus congklak. Jari-jemari ini pun terlatih untuk melempar menangkap dan 'ngarawu'. Paling sebel kalo bola yang pandai memantul ini melompat-lompat dan menggelinding entah ke mana.
Ada juga permainan kecerdasan, seperti gagarudaan, main kartu, kwartet, halma, ular tangga, monopoli, atau tebak tebakan lagu dengan memukul-mukul tiang listrik. Sering juga jalan-jalan ke sawah dan makan siang di saung tengah sawah (sawah itu sekarang sebagian besar udah jadi perumahan). Nangkep impun di selokan,sekaligus nangkep tutut di lumpur tak lupa pula saya lakoni.
Beternak ayam!!! Itupun sangat mengesankan. Ayam itu saya beri nama.. Yayam, Yoyom, dan si Jago. Ketiga ayam itu saya embat dari rumah nenek di Pangalengan. Nenekku punya ratusan ayam di sana dan tentu saja tak keberatan saya minta tiga ekor.
Sangat sedih menemukan kenyataan bahwa Yayam dan Yoyom hanya bisa bertelur, tapi telurnya tak kunjung menetas.
Betapa ingin saya memiliki anak ayam.
Yeah.. akhirnya anak ayam itu saya embat juga dari pangalengan. Dua anak ayam mungil yang lucu-lucu. Lupa saya.. namanya siapa.
Tahukah kalian tabiat anak ayam?
Bila dia kehilangan induknya.. maka siapapun yang memeliharanya akan dia anggap sebagai induk.
So... bolehlah kalian ngakak membayangkan saya ke mana-mana di rumah, diikuti kedua anak ayam itu.
Saya senang bukan kepalang. Ada makhluk yang tampak begitu bergantung pada saya.
Tetapi hari naas itu pun akhirnya tiba. Saat itu rasanya langit runtuh, dunia kiamat, dan saya begitu bersedih.
Ketika saya bangun pagi, mamah kasih tau saya bahwa kedua anak ayam itu mati dimakan tikus semalam.
Saya nangis meraung-raung, lama, dan menyayat hati.
Seingat saya dulu itu saya sudah SD. Mungkin kelas 3. Karena saya ingat kakakku sudah SMA.
Kakakku tampak begitu terenyuh melihat adik manisnya ini menangis.
Surprise!! Pulang sekolah dia membelikan saya 4 ekor anak ayam. Ayam kate' yang lucu-lucu.
Huhuhu.. I love you, brother! Seumur hidup saya akan mengenang pemberianmu itu.
Ah.. syukurlah.. dengan fesbuk saya ketemu tiap hari dengan kakakku itu. Masih gak berubah .. masih jadi tukang ngeledekin saya. Istilah sundanya: ngeleg.
Kembali ke ayam..semua ayam yang pernah saya miliki itu akhirnya saya kembalikan lagi ke kampung halaman. Pangalengan. Termasuk kate-kate itu. Biarlah mereka menghirup udara segar di sana, sementara saya mulai sibuk sekolah.
Kenapa gak disembelih n dimakan aja??
Duh.. gak tega atuh euy. Menyembelihnya sama saja bagi saya seperti menyembelih teman sendiri.
***
Bapak.
Bapak buat saya adalah seorang teman bicara yang baik. Mengobrol dengannya selalu menyenangkan. Sampai SD saya masih suka diajak jalan-jalan sama bapak. Berjalan-jalan sore beberapa ratus meter dari rumah, dan balik lagi.
Ya cuma buat ngobrol, membicarakan segala sesuatu yang kami temui di jalan. Tanaman, kupu-kupu, kodok, .. atau kadang tanpa bicara sama sekali. Heran saya.. kenapa semua itu membuat saya senang. Tanpa dibelikan apapun, tanpa ditawari mainan apapun, tapi saya bahagia.
Bapak adalah pendongeng ulung. Imajinasinya yang luar biasa bisa membawa saya terhanyut pada sebuah dunia lain sebelum tidur.
Serial "ANI", begitu saja terlontar dari mulut beliau tanpa lama-lama berpikir panjang. Ani adalah tokoh khayalan, seorang anak perempuan yang sebesar saya saat itu sudah menjadi seorang polwan. Teman-teman Ani adalah beberapa ekor binatang yang bisa diajak bicara dan berkomplot dengan Ani untuk melawan kejahatan.
Oh God.. betapa seru cerita itu, seringkali sampai mata saya tidak berkedip karena begitu menegangkan!
Ah, imajinasi saya tidak sekuat bapak. Kalau mendongeng untuk Arif dan Sofi, saya hanya mengandalkan buku cerita anak-anak yang saya bacakan. Berulang-ulang pula.
Sementara serial "ANI" karya bapakku itu seakan tak pernah tamat. Berubah cerita setiap harinya.
Sampai sekarang pun kalau bapak sudah cerita, cucu-cucunya sering dibuatnya terpana.
Tapi mungkin anak-anak sekarang sudah 'terkontaminasi' dengan cerita-cerita di TV, jadi ya menganggapnya biasa-biasa saja. Gak sampai ketagihan kayak saya dulu (atou emang gw aja yang bloon ya?)
***
Yang jelas semua begitu berbeda keadaannya dengan jaman sekarang. Sulit cari teman bermain di luar untuk Arif dan Sofi. Mungkin dah gak jamannya lagi main kejar-kejaran atau petak umpet. Fisik mereka hampir tidak terlatih. Ketangkasan mereka hanya main CD interaktif di komputer.
Hmm..anak-anak sekarang pun hampir semuanya udah pegang hp ya? Padahal dulu, yang namanya gamewatch saja tampak begitu lux di mata saya.
Pun entah apa kesan anak-anakku pada saya sebagai ibunya.
Mungkin mereka hanya ingat Ummi nu kabisana asik di depan laptop.. fesbukan :P
Hihi.. ayolah Ier.. jadilah ummahat yang kreatif !!!
Mohon bantuannya ya Om, Tante.. Kalo ada masukan, tolonglah dishare ke saya.
Kadangkala memang saya cuma butuh motivasi aja.
***
Sabtu, 14 Maret 2009
ada apa dengan sofi (7)
***
Sejak tulisan saya yang terakhir "Ada Apa Dengan Sofi (6)" diposting, sebetulnya Sofi masih mogok sekolah.
Enggak mogok sih, tapi selalu harus ditunggui dulu barang 30 menit, dan ditinggal kadang dalam kondisi menangis.
Segala macam reward yang sudah diberikan ternyata lewat begitu saja. Tidak mempengaruhi psikologis dia di pagi hari, ketika masuk gerbang sekolah.
Anehnya .. kalau di rumah dia cerah ceria, begitupun di sepanjang perjalanan. Tapi setibanya di gerbang sekolah.. langsung deh..
Jadi.. ada apa dengan gerbang sekolah Sofi? Mungkin itu judul semestinya..
Konsultasi ke psikolog sekolah saya batalkan berkali-kali karena waktu yang sulit match. Psikolog itu mestinya standby di sekolah ya.. biar gak usah susah-susah bikin janji
Apa kabar Kyakya? Hehe.. dia udah jadi teman tidurnya Sofi, di mana Sofi tidur, di sana ada Kyakya. Gak sia-sia kok Om.. dirimu membelikan Kyakya buat Sofi
Nah, sekarang sih udah baek beneran ni Sofi.
Mungkin udah sekitar dua bulan lebih, Sofi kembali bersekolah seperti biasa. Tanpa menangis dulu, tapi malah selalu tersenyum.
Senyumnya: "haaa..." gitu... tanpa suara. Hanya menampakkan gigi roges di bagian atas.
Kalo orang-orang tanya, apa penyebab Sofi mogok sekolah dulu itu..
Wallahu a'lam..mungkin Allah hanya ingin menguji kesabaran saya saja.
Selain memang Dia yang menggenggam hati cantik kecilku itu, dan dengan mudah saja Dia akan membuatnya masuk sekolah tanpa masalah.. ada beberapa hal yang coba saya lakukan:
Pertama, gak maksa..
Untuk anak seusia Sofi (4,5 tahun), memang sekarang bukan waktunya sekolah, tapi waktunya belajar sekolah.
Biarlah sekolah jadi kemauannya sendiri, bukan atas kemauan kita.
Kedua, tidak mencela...
dan juga tidak memuji.
Tidak mencela karena alasan di bagian pertama barusan, tidak memuji juga karena apa yang mau dipuji? Hehe..
Ketiga, ditantang..
Anak kadangkala suka tantangan.
Suka sebaliknya dari yang kita inginkan.
Saya seringkali bilang: "ahh.. paling sofi besok gak mau sekolah.."
Sofi langsung menjawab: "Mauuuu... Sofi mau sekolaaaah..."
Besoknya mau sih mau... tapi nangis di gerbang tea..
Terus aja saya bilangin gitu, tapi tentunya sambil bercanda.. sambil ngilikitikin perutnya.
"enggaaaa.. sofi besok gak akan nangiiiiis...", katanya sambil ketawa-ketawa geli.
Keempat, gak dibanding-bandingkan..
Kita aja gak suka dibanding-bandingin. Biarlah masnya sekolah, biarlah sepupunya sekolah.. Tapi saya gak pernah bilang "Tuh.. Mas Arif, Uzan, sama Teteh aja sekolah Fi?"
Saya biarkan saja dia menemukan sendiri apa yang dia mau. Gak usah didikte dan dibandingkan.
Tampak sederhana sih, apa yang saya lakukan pada Sofi.. tapi ternyata berat lho!
Betapa hati ini ingin Sofi sekolah seperti biasanya, sekolah dengan ceria dan bersemangat seperti anak-anak lain.
Ingin rasanya memaksa dia, membandingkannya dengan orang lain, mengiming-iminginya lagi dengan hadiah-hadiah yang mampu atau tidak mampu akan saya belikan.
Tapi akhirnya semua saya tahan saja.
Suamiku pun bersikap sama. Begitu pula mertua dan kedua orang tua saya, alhamduliLlah bisa diajak kompak untuk tidak memaksa Sofi.
Ya akhirnya Sofi mau dengan sendirinya.
Mau dengan SENDIRINYA.
Kemauan yang datang dari lubuk hatinya sendiri.
Itu akan jauh lebih bermakna ketimbang sesuatu yang kita paksakan agar ada pada diri anak-anak kita.
***
Sejak tulisan saya yang terakhir "Ada Apa Dengan Sofi (6)" diposting, sebetulnya Sofi masih mogok sekolah.
Enggak mogok sih, tapi selalu harus ditunggui dulu barang 30 menit, dan ditinggal kadang dalam kondisi menangis.
Segala macam reward yang sudah diberikan ternyata lewat begitu saja. Tidak mempengaruhi psikologis dia di pagi hari, ketika masuk gerbang sekolah.
Anehnya .. kalau di rumah dia cerah ceria, begitupun di sepanjang perjalanan. Tapi setibanya di gerbang sekolah.. langsung deh..
Jadi.. ada apa dengan gerbang sekolah Sofi? Mungkin itu judul semestinya..
Konsultasi ke psikolog sekolah saya batalkan berkali-kali karena waktu yang sulit match. Psikolog itu mestinya standby di sekolah ya.. biar gak usah susah-susah bikin janji
Apa kabar Kyakya? Hehe.. dia udah jadi teman tidurnya Sofi, di mana Sofi tidur, di sana ada Kyakya. Gak sia-sia kok Om.. dirimu membelikan Kyakya buat Sofi
Nah, sekarang sih udah baek beneran ni Sofi.
Mungkin udah sekitar dua bulan lebih, Sofi kembali bersekolah seperti biasa. Tanpa menangis dulu, tapi malah selalu tersenyum.
Senyumnya: "haaa..." gitu... tanpa suara. Hanya menampakkan gigi roges di bagian atas.
Kalo orang-orang tanya, apa penyebab Sofi mogok sekolah dulu itu..
Wallahu a'lam..mungkin Allah hanya ingin menguji kesabaran saya saja.
Selain memang Dia yang menggenggam hati cantik kecilku itu, dan dengan mudah saja Dia akan membuatnya masuk sekolah tanpa masalah.. ada beberapa hal yang coba saya lakukan:
Pertama, gak maksa..
Untuk anak seusia Sofi (4,5 tahun), memang sekarang bukan waktunya sekolah, tapi waktunya belajar sekolah.
Biarlah sekolah jadi kemauannya sendiri, bukan atas kemauan kita.
Kedua, tidak mencela...
dan juga tidak memuji.
Tidak mencela karena alasan di bagian pertama barusan, tidak memuji juga karena apa yang mau dipuji? Hehe..
Ketiga, ditantang..
Anak kadangkala suka tantangan.
Suka sebaliknya dari yang kita inginkan.
Saya seringkali bilang: "ahh.. paling sofi besok gak mau sekolah.."
Sofi langsung menjawab: "Mauuuu... Sofi mau sekolaaaah..."
Besoknya mau sih mau... tapi nangis di gerbang tea..
Terus aja saya bilangin gitu, tapi tentunya sambil bercanda.. sambil ngilikitikin perutnya.
"enggaaaa.. sofi besok gak akan nangiiiiis...", katanya sambil ketawa-ketawa geli.
Keempat, gak dibanding-bandingkan..
Kita aja gak suka dibanding-bandingin. Biarlah masnya sekolah, biarlah sepupunya sekolah.. Tapi saya gak pernah bilang "Tuh.. Mas Arif, Uzan, sama Teteh aja sekolah Fi?"
Saya biarkan saja dia menemukan sendiri apa yang dia mau. Gak usah didikte dan dibandingkan.
Tampak sederhana sih, apa yang saya lakukan pada Sofi.. tapi ternyata berat lho!
Betapa hati ini ingin Sofi sekolah seperti biasanya, sekolah dengan ceria dan bersemangat seperti anak-anak lain.
Ingin rasanya memaksa dia, membandingkannya dengan orang lain, mengiming-iminginya lagi dengan hadiah-hadiah yang mampu atau tidak mampu akan saya belikan.
Tapi akhirnya semua saya tahan saja.
Suamiku pun bersikap sama. Begitu pula mertua dan kedua orang tua saya, alhamduliLlah bisa diajak kompak untuk tidak memaksa Sofi.
Ya akhirnya Sofi mau dengan sendirinya.
Mau dengan SENDIRINYA.
Kemauan yang datang dari lubuk hatinya sendiri.
Itu akan jauh lebih bermakna ketimbang sesuatu yang kita paksakan agar ada pada diri anak-anak kita.
***
Rabu, 11 Maret 2009
Sabtu, 07 Maret 2009
-ingin mengganti tema hidup-
-bisakah?-
hmm.. berkali-kali juga saya edit postingan ini.
Berharap bisa mengubah sesuatu. Mengubah sebuah tema.
.. hiks..hiks...
nyari-nyari soundtrack bagus...
tetep aja ini yang pas...
There's a hero if you look inside your heart
You don't have to be afraid of what you are
There's an answer if you reach into your soul
And the sorrow that you know will melt away
And then a hero comes along
with the strength to carry on
And you cast your fears aside
And you know you can survive
So when you feel like hope is gone
Look inside you and be strong
And you'll finally see the truth
That a hero lies in you
It's a long road when you face the world alone
No one reaches out a hand for you to hold
You can find love if you search within yourself
And the emptiness you felt will disappear
Lord knows dreams are hard to follow
But don't let anyone tear them away
Hold on
There will be tomorrow
In time you'll find the way
***
Hero-Mariah Carey-
hmm.. berkali-kali juga saya edit postingan ini.
Berharap bisa mengubah sesuatu. Mengubah sebuah tema.
.. hiks..hiks...
nyari-nyari soundtrack bagus...
tetep aja ini yang pas...
There's a hero if you look inside your heart
You don't have to be afraid of what you are
There's an answer if you reach into your soul
And the sorrow that you know will melt away
And then a hero comes along
with the strength to carry on
And you cast your fears aside
And you know you can survive
So when you feel like hope is gone
Look inside you and be strong
And you'll finally see the truth
That a hero lies in you
It's a long road when you face the world alone
No one reaches out a hand for you to hold
You can find love if you search within yourself
And the emptiness you felt will disappear
Lord knows dreams are hard to follow
But don't let anyone tear them away
Hold on
There will be tomorrow
In time you'll find the way
***
Hero-Mariah Carey-
Jumat, 06 Maret 2009
saya sayang padanya
Kutipan notenya Asma Nadia di facebook ini...
.......
Dari sedikit usia yang telah saya lalui, saya belajar, bahwa kebahagiaan itu tidak jauh, dia ada di hati kita yang dipenuhi syukur.
Kita sulit bahagia kalau setiap hari hanya melihat keluarga-keluarga lain yang bahagia dan melimpah secara materi lalu membandingkannya dengan diri, dan mulai menghitung kekurangan dalam diri,ketidakberpunyaan dalam keluarga. Membuat list apa yang tidak kita miliki setiap hari.
Bagaimana bisa bahagia, bagaimana bisa semangat untuk berbuat dan kreatif, juga membangun hari-hari yang produktif bisa lahir jika kita tidak mulai fokus pada apa yang kita miliki dan mensyukurinya.
Sebagian kita
merasa bahkan masalah kita luar biasa besar, antara lain karena kita kurang memperhatian masalah-masalah orang lain.
Melihat permasalahan orang lain, dan mulai menghitung setiap nikmatNya yang kita miliki hari ini, adalah cara untuk menjadi pribadi bersyukur. Rasa syukur ini akan mengantarkan kita pada kebahagiaan,yang membantu kita melihat apa yang kita miliki dan bagaimana menyalurkannya menjadi sesuatu yang kreatif dan produktif, dan
bermanfaat.
Ada begitu banyak anugerah, yang terselip di hari-hari kita, setiap hari, setiap menitnya, setiap detiknya.
Suami yang setia, mungkin tidak romantis dan mengucapkan "I love you" berkali-kali, atau membawakan kita bunga atau cokelat dalam wadah berbentuk hati, namun telah sungguh-sungguh menafkahi dan mengisi hari-hari bersama anak-anak.
Anak-anak, sumber kebahagiaan kita yang mungkin nakal dan menguras kesabaran, tetapi alhamdulillah dalam kondisi sehat dan lincah.
Keberadaan orang tua yang masih menemani hari-hari kita...
Rumah tempat berteduh, mungkin kecil, ventilasinya tidak nyaman,banyak nyamuk, tetapi alhamdulillah telah menjadi saksi kebersamaan keluarga.
Makanan yang masuk ke tubuh kita setiap hari
Air... udara...
Akal yang membantu kita berpikir untuk mengatasi masalah demi masalah setiap hari.
Dan nikmat islam dan iman. Yang membuat kita tahu betapa sulit pun keadaan yang dihadapi, betapa pun besar ujian yang menimpa, kita tahu kita tidak pernah sendiri, sebab Allah ada, dan Dia dekat.
Saya telah menulis banyak catatan hati seorang istri, seorang ibu,
... dan tidak ada maksud saya untuk mengajak para perempuan di tanah air untuk tersungkur menyesali nasib buruk mereka,
suami yang mungkin pernah selip dan tidak setia, ujian-ujian lain yang
seakan sulit untuk ditanggung, tetapi justru dari berbagai kisah itu saya ingin mengajak sesama perempuan, untuk tetap dalam syukur, sambil kita lipatgandakan kesabaran dan keikhlasan.
Sebab hidup tidak berhenti di sini. Ada akhirat di mana segala
ketidaksempurnaan dan kekurangan yang kita lalui selama hidup di
dunia, insya allah berbalaskan surgaNya.
(Asma Nadia)
.....
Allah.. betapa saya telah memiliki segala kebahagiaan ini..
.dan saya ingin dia pun bahagia...
.saya hanya ingin dia bahagia...
.saya ... sayang padanya...
***
.......
Dari sedikit usia yang telah saya lalui, saya belajar, bahwa kebahagiaan itu tidak jauh, dia ada di hati kita yang dipenuhi syukur.
Kita sulit bahagia kalau setiap hari hanya melihat keluarga-keluarga lain yang bahagia dan melimpah secara materi lalu membandingkannya dengan diri, dan mulai menghitung kekurangan dalam diri,ketidakberpunyaan dalam keluarga. Membuat list apa yang tidak kita miliki setiap hari.
Bagaimana bisa bahagia, bagaimana bisa semangat untuk berbuat dan kreatif, juga membangun hari-hari yang produktif bisa lahir jika kita tidak mulai fokus pada apa yang kita miliki dan mensyukurinya.
Sebagian kita
merasa bahkan masalah kita luar biasa besar, antara lain karena kita kurang memperhatian masalah-masalah orang lain.
Melihat permasalahan orang lain, dan mulai menghitung setiap nikmatNya yang kita miliki hari ini, adalah cara untuk menjadi pribadi bersyukur. Rasa syukur ini akan mengantarkan kita pada kebahagiaan,yang membantu kita melihat apa yang kita miliki dan bagaimana menyalurkannya menjadi sesuatu yang kreatif dan produktif, dan
bermanfaat.
Ada begitu banyak anugerah, yang terselip di hari-hari kita, setiap hari, setiap menitnya, setiap detiknya.
Suami yang setia, mungkin tidak romantis dan mengucapkan "I love you" berkali-kali, atau membawakan kita bunga atau cokelat dalam wadah berbentuk hati, namun telah sungguh-sungguh menafkahi dan mengisi hari-hari bersama anak-anak.
Anak-anak, sumber kebahagiaan kita yang mungkin nakal dan menguras kesabaran, tetapi alhamdulillah dalam kondisi sehat dan lincah.
Keberadaan orang tua yang masih menemani hari-hari kita...
Rumah tempat berteduh, mungkin kecil, ventilasinya tidak nyaman,banyak nyamuk, tetapi alhamdulillah telah menjadi saksi kebersamaan keluarga.
Makanan yang masuk ke tubuh kita setiap hari
Air... udara...
Akal yang membantu kita berpikir untuk mengatasi masalah demi masalah setiap hari.
Dan nikmat islam dan iman. Yang membuat kita tahu betapa sulit pun keadaan yang dihadapi, betapa pun besar ujian yang menimpa, kita tahu kita tidak pernah sendiri, sebab Allah ada, dan Dia dekat.
Saya telah menulis banyak catatan hati seorang istri, seorang ibu,
... dan tidak ada maksud saya untuk mengajak para perempuan di tanah air untuk tersungkur menyesali nasib buruk mereka,
suami yang mungkin pernah selip dan tidak setia, ujian-ujian lain yang
seakan sulit untuk ditanggung, tetapi justru dari berbagai kisah itu saya ingin mengajak sesama perempuan, untuk tetap dalam syukur, sambil kita lipatgandakan kesabaran dan keikhlasan.
Sebab hidup tidak berhenti di sini. Ada akhirat di mana segala
ketidaksempurnaan dan kekurangan yang kita lalui selama hidup di
dunia, insya allah berbalaskan surgaNya.
(Asma Nadia)
.....
Allah.. betapa saya telah memiliki segala kebahagiaan ini..
.dan saya ingin dia pun bahagia...
.saya hanya ingin dia bahagia...
.saya ... sayang padanya...
***
Langganan:
Postingan (Atom)