Senin, 11 Februari 2013

Si Kembar Tujuh Minggu

***
Lanjutan dari posting saya dua minggu lalu.

Iya, memang janin dalam kandungan saya ini, kembar. Kembar tidak identik. Dua sel telur yang berhasil dibuahi oleh dua sperma. Tentu saja sperma dari lelaki yang sama (atuh lah). Begitu ya kalau kembar tidak identik teh? Cmiiw.

Tadi saya lihat lagi mereka, kedua janin itu, via USG di RS Al Islam. Dokter Delle dan seorang bidan tampak sumringah melihat layar monitor. Tampak di sana dua kantung berbentuk mangga. Masing masing di dalamnya ada bayangan sesosok gumpalan, yang katanya, sudah menunjukkan tanda-tanda kehidupan. SubhanaLlah.

"Sehat Dok dua duanya?", saya yang tidak mengerti angka-angka ukuran yang disebutkan dokter Delle kepada bidan, dan disalin oleh bidan di kartu rekam medik, hanya ingin tahu satu saja, sehatkah keduanya?
Dokter bilang ya, dengan ekspresi "everything will be all right". Begitu pula ekspresi bidan yang tampak senang. Itu cukup bisa menepis segala kekhawatiran saya.

Ah.. dokter kandungan, perawat, bidan, adalah para "working mom" yang saya dukung penuh bila mereka bekerja di luar rumah seperti di rumah sakit ini. Apa jadinya jika dokter, bidan, ataupun perawat ini laki-laki semua? Barangkali saya tidak pernah mau membuka perut untuk USG bahkan tidak mau untuk ngangkang melahirkan. Hiiiy....
Hadoh, pikiran ngaco pisan ya. Tapi emang tadi kepikiran.

Dokternya cerita, ternyata beliaupun punya anak kembar. Ke 4-5 katanya.
"Waktu itu usia dokter berapa?", tanya saya penasaran.
"Tiga puluh sembilan", jawabnya sambil tersenyum.
Fiuuuuh ... dan diriku pun merasa muda. Setidaknya saya 'baru' 35. Hahaha.

"Ibu subur ya", kata dr. Delle, masih tetap dengan senyumnya.
Subur? Saya?
Saya cuma diam.
Seratus persen menjawab tidak dalam hati.
Sungguh saat itu saya hanya ingin menunjuk ke atas langit.
Hanya Dia Yang Ada di Atas Langit itulah, Allah, yang menghendaki semua ini terjadi.
Delapan tahun Dia tidak menghendaki ada adiknya Sofi. Dan sekaranglah bila Allah telah berkata "jadi", maka terjadilah si kembar ini.
SubhanaLlah.

Ya sekarang tinggal berjuangnya.
Melawan mual, lelah, dan malas yang luar biasa.
Bahkan saya cenderung anti jejaring sosial.
Lihat facebook gak minat sama sekali, apalagi pasang status.
Ngetwit masih ada lah.
Tapi rasanya tanpa jejaring sosial, tubuh ini pun sudah ramai sendiri.

Saya, Arif, dan Sofi, menamainya Dede Janin satu dan Dede Janin dua.
Sementara bapaknya sudah memberi nama.
Namanya: Anto dan Sartika.

Apaaaahhhh... Anto?! Sartika?!
Hahhhh gubrag ah.. terserah deh...
Yang jelas saya mual sekali hari ini.

***

Tidak ada komentar: