Tulisan sebelumnya: Renovasi Rumah satu(1), dua(2), dan tiga(3)
***
Yang namanya pindahan rumah, ternyata luarr biasa. Saya jadi tau barang apa saja yang tersimpan di rumah saya selama 8 tahun belakangan ini (sejak 2003). Wuihhh.. SubhanaLloh, ternyata banyaaak sekali harta saya. Baju, tas, sepatu, mainan, dan barang-barang kecil lainnya, yang barangkali selama ini hanya 40% saja yang terpakai.
Biasalah kalo punya barang maunya disimpenin. Dipake engga, dibuang sayang.
Beberapa barang akhirnya saya relakan untuk dibuang. Lebih tepatnya diberikan pada yang perlu. Siapa yang perlu? Mestinya ada. Karena apa saja yang saya taruh di depan rumah, hanya bertahan beberapa jam, setelah itu menghilang. Pasti diambil sama pemulung yang lewat. Ya seperti toples-toples plastik, atau wadah bekal makan/minum anak-anak yang sudah kotor berdebu, juga beberapa piring/gelas melamin yang sudah rusak. Pakaian-pakaian yang sudah bertahun-tahun terbukti tidak pernah dipakai dan terdapat semacam noda 'usang' gitu, saya pisahkan dan saya serahkan ke mamah. Mamah punya banyak kenalan orang kelas ekonomi tingkat bawah. Masih layak kok dipakai. Mudah -mudahan bermanfaat.
Setelah disortir.. masih banyak jugaa barang saya yang saya masih membingungkan. Buang jangan buang jangan.
Akhirnya hampir semua barang diangkut ke rumah mamah, bikin rumah mamah padat oleh harta kekayaan yang saya punya, kecuali lemari, kursi dan tempat tidur.
Dan buku.. berkilo-kilo buku punya suami saya itu saya simpan di kamarnya, di rumah orang tuanya. Hehe. Kalau milik suami, saya gak berani buang/ sumbangkan.
Dan hari ini, adalah hari ke 4 saya tinggal di sini, di rumah orang tua saya, dengan penuh kepadatan barang. Maklumlah rumah orang tua saya tidak terlalu luas. Takapa. Yang penting masih ada tempat bagi kami untuk tidur dengan nyaman.
Renovasi rumah sudah dimulai karena rancangan dari Bu Arsitek sudah jadi. Uang pinjaman sudah cair, dan para pekerja sudah siap.
Oya itu yang namanya pinjam uang dari bank, prosedurnya luarrr biasa. Saya dan suami merasa 'akad nikah' lagi di depan penghulu, namun kali ini akad pinjaman di depan notaris dan petugas bank.
Begitu banyak yang harus kami tandatangan, karena pinjaman suami untuk renovasi ini harus diketahui oleh istri. Dua puluh kali tandatangan ada lah, dan entah berapa kali juga kami harus mengeluarkan KTP selama proses ini.
Dan yang lucu, waktu suami ngeluarin buku nikah, si petugas banknya sampe harus mengamati kami satu-satu, meyakinkan bahwa foto yang tertera pada buku nikah itu adalah wajah-wajah asli Tn. Wiska dan Ny. Irma. Hahaha.. Bae ah yang penting wajah-wajah innocent kami ini bisa mencairkan sekian juta rupiah =)
BismiLlah.. 10 tahun ke depan, kami akan berkutat dengan pembayaran utang setiap bulannya. Mohon do'a semoga kami bisa melunasinya sebelum akhir hayat. Insyaa Allah. Amiin.
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar