Sabtu, 10 Desember 2011

UAS

***
Iseng menulis di tengah kejenuhan menemani anak-anak belajar untuk UAS. Baru kali ini rasanya saya agak-agak eungap gitu ngadepinnya. Sofi masih mending banget. Kelas 2 masih cetek lah. Sepertinya tanpa belajar pun dia sudah bisa mendapat nilai bagus karena dia tampak menyimak apa yang diajarkan guru di kelasnya. Melihat LKS-LKSnya Sofi, nilainya 90-100. Sama seperti Arif dulu. Asal masuk sekolah dan menyimak, bereslah.

Kelas 4 rupanya lain ya? Lain banget dibanding kelas 3 dan sebelumnya.

Bagi yang ngikutin status FB saya semester ini barangkali pernah melihat saya cukup megap megap melihat kurikulum kelas 4 SD yang sama dengan pelajaran saya waktu SMP.

Bukan masalah bisa atau tidaknya, karena dulu saya SMP, ya lumayanlah gitu, masih ada di itungan juara kelas...... Jadi ya saya bisa mah .. ya bisa.

Sekali lagi ini bukan masalah bisa atau tidaknya, tapi bagaimana agar Arif enjoy belajarnya. Bisa mengerti tidak hanya menghafal. Tahan dengan kejenuhan, dan pantang stress.

Saya pikir ini dulu saya belajar yang kayak gini dengan jiwa daya tahan seorang remaja 13 tahun dengan lingkungan sebuah sekolah menengah. Dan sekarang pelajaran ini dihadapkan pada jiwa seorang anak 9 tahun dengan lingkungan sekolah dasar yang masih jadi lingkungan bermain.

Bagaimana saya bisa berempati dan menyesuaikan cara mengajar?



Saya bilang cara mengajar karena saya kasihan banget kalo kita serahkan semua pada guru di sekolah. Kurikulumnya seabreg gitu.

Tentunya kita sebagai orang tua harus bantu juga ya mengajar anak. Dengan bahasa kita yang mungkin lebih dipahami anak.

Mungkin loh.

Mungkin lebih dipahami kalau kita mengajarnya dengan emosi yang stabil. Da kadang ngajarin anak di rumah teh keselnya luar biasa. Lah kita sendiri harus ngerjain ini itu, anak tergoda ini itu, susah juga untuk bisa mengumpulkan serpihan konsentrasi baik dari ibunya maupun anaknya.



Makanya tadi pagi saya bilang di status FB bahwa beban pelajaran anak sekarang sudah luar biasa beratnya, jangan ditambahi bebannya dengan melihat orang tua mereka galau apalagi bertengkar di hadapan anak.

Saya sudah takut sebenernya ada yang mengartikan saya pasang status begitu seperti menunjukkan bahwa saya dan suami diam-diam ada masalah.

Eh.. taunya bener aja ada yang komen jail. Dodol pisan.Gitu tuh kalo pasang status. Maknanya bisa diartikan lain oleh yang beda kepala dan beda sudut pandang.



Sebenernya dengan status itu saya cuma mengingatkan pada diri sendiri dan teman-teman bahwa hal yang paling menyedihkan bagi anak adalah ketika melihat orang tua mereka galau. Dan yang paling jadi beban berat di hati anak adalah ketika menyaksikan kedua orang tua mereka bertengkar.

Kalau mereka sedih, dan orang tua sedih, lantas pelajaran apa yang bisa diajarkan orang tua dan diserap oleh anak selain kegalauan demi kegalauan??





Sudahlah, saya tidak akan membahas masalah orang tua dalam notes ini. Sing ngarti we wahai para orang tua. Dewasalah. Inget umur, inget anak.



Emm..di sini saya cuma ingin menyalurkan kebingungan bagaimana agar Arif bisa belajar mandiri.



Dalam benak saya, belajar secara mandiri adalah belajar sendiri tanpa harus selalu saya temani. Bisa tau bagian-bagian mana saja yang harus dia pelajari, dan menanyakan hal-hal tertentu saja kepada saya atau ayahnya. Jadi saya bisa bebas mengerjakan hal lain tanpa harus berdiam dengan jarak kurang dari dua meter dengannya saat belajar.

Apa benar pengertian saya tentang belajar mandiri itu? Dan apakah kemampuan belajar mandiri seperti itu sudah waktunya dimiliki oleh seorang anak 4 SD? Dengan beban pelajaran SMP kita dulu? Saya kok pesimis ya?



Karena kalau saya tinggal, Arif pasti bawaannya main. Entah itu menggambar, main bola, main boneka power rangernya, dll. Berdiam lebih dari 10 menit untuk membaca pelajaran adalah luar biasa. Selebihnya pasti dia sudah ke mana.



Senin 12 Desember adalah UAS terakhir dia, pelajaran IPS.

Ya Alloooh ..betapa sulitnya membuat dia konsentrasi. Untuk mengkaji kembali apa itu koperasi, macam-macam koperasi, pengertiannya, arti lambang koperasi, terus kebudayaan daerah, peninggalan prasejarah, .. tentang kepahlawanan, patriotisme... nama pahlawan, tari daerah, rumah adat, ...glugh glugh...



Sementara saya tau persis kemampuan dia bukan pada pelajaran seperti ini. Dia hanya suka matematika, matematika, dan matematika. Terbukti memang UAS matematika dia selasa lalu mendapat nilai sempurna. Seratus koma nol nol. AlhamduliLlah.



Akhirnya ini untuk IPS saya buat kuis-kuisan aja, dan dia lumayan jadi semangat. Saya buat pertanyaan di kertas-kertas kecil yang dinomori. Dia pilih nomornya, dan saya bacakan pertanyaannya, kemudian dibahas.

Beberapa nomor saya tulisi di kertasnya: Main UNO.

Berarti kalau kebetulan dia pilih kertas itu, dia boleh main kartu UNO sama saya dan Sofi.



Hasilnya, saya hari ini gak sempet ngapa-ngapain selain belajar.



Asli suntuknyaaaaaaaaaaaa... ..hoahhhmmm.....

Kebetulan saya ini masih numpang di rumah mamah karena rumah cipadung belum kelar direnovasi. Jadi ya masak sama mamah, nyetrika cuma dikit sisanya sama mamah, lain-lain sama mamah. Doooh.....



Syukurlah suami saya ke luar kota seharian ini, jadi tak ada beban pelayanan.. Hahah.



Dan dalam hati kubertanya.... Kapan ya Arif bisa belajar untuk UASnya tanpa saya temani?





-________-



Cisaranten, 10 Desember 2011

Jelang Malam



Membosankan sekali.

1 komentar:

Amisha mengatakan...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut