Selasa, 08 Februari 2011

nyetrika online

***
Itu cuma istilah saya untuk sebuah pekerjaan menyetrika sambil buka laptop, menyalakan facebook, twitter, sekaligus YM. Sambungan kabel dibutuhkan dalam pekerjaan ini, dan tertutup kemungkinan bagi selesainya nyetrika online bila listrik padam.

Nyetrika online adalah salah satu cara agar nyetrika anda lebih menyenangkan.
Maaf. Maksud saya: agar saya lebih senang menyetrika.
Saya menyetrika dalam keadaan senang. Maksud saya begitu.

Bila kita bekerja dengan hati senang, maka pekerjaan apapun akan terasa lebih cepat selesai dan hasilnya memuaskan.

Mengapa saya angkat tema ini dalam note saya, berhubung saya paling malas menyetrika. Saya tidak bermaksud mewakili ibu-ibu sekalian yang bernasib sama seperti saya. Maksud nasib dalam hal ini adalah:
1. Status berkeluarga (entah itu keluarga sendiri atau keluarga orang tua), sehingga pakaian yang harus disetrika tak hanya punya sendiri, tapi juga suami dan anak-anak, mamah bapa, adik atau kaka.
2. Tidak punya khadimat/asisten/pembantu/si bibi/ si mba untuk menyetrika
3. Merasa sayang duit kalau harus titip setrika ke usaha laundry. Mending duitna jang balanja.

Ya saya tidak mewakili para perempuan yang bernasib sama seperti saya itu. Karena bisa jadi mereka mah senang menyetrika. Contohnya saja mamah saya. Bukan bohong bukan sulap, tapi beliau sempat mengakui di hadapan saya kalau nyetrika adalah hobi beliau, disamping hobi-hobinya yang lain yaitu mencuci, menyapu, mengepel, ngored, dan ngelap kaca (mamah.. mamah.. jangan salahkan putrimu jika kini jadi pamalesan, mamah.....)

Kenapa nyetrika jadi tidak menyenangkan? Adalah pertama karena panas, kedua karena harus satu-satu, ketiga karena harus berada dalam posisi yang sama bermenit-menit bahkan berjam-jam, keempat karena biasanya numpuk, kelima karena gak ada yang muji (Gak seperti masak atau menyulam dan menjahit yang ada bahan buat pipujieun).
Sok bayangkan.. ada engga suami yang bilang “Mamah.. rapi sekali baju ini.. mamah pinter deh nyetrikanya..”. Kalau ada.. kasihan sekali si mamah tersebut karena mendapatkan suami yang lebay.

Oleh karena itulah pekerjaan menyetrika ini pasti jadi pekerjaan utama dari sang asisten rumah tangga. Ada loh yang sampai sengaja mendatangkan tenaga dari luar untuk nyetrika thok, saking menyetrika adalah pekerjaan yang dianggap teramat berat dalam sebuah rumah tangga.

Namun ternyata nyetrika bisa dibuat lebih menyenangkan. Apalagi jaman sekarang. TV ada, radio ada, MP3 ada, internet ada... ada pelicin, pelembut, pewangi... setrikanya pun ringan sampe bisa dilepas jalan sendiri (di iklan pelicin)
Bayangkanlah... jaman dahulu kala... saat panasnya nyetrika harus pake bakar areng. “Arang” bahasa indonesianya mah. Arengnya dimasukin ke setrikaan yang segede kucing, dan seberat kucing juga.
Atau kalo engga.... pake botol sirop (kosong) yang dipanasin. Bakar botolnya hingga cukup panas.. lalu botolnya digorolong-gorolong di atas baju..... ayayayayyy... betapa hebatnya ibu-ibu jaman dulu ya?

Eh, jadi inget dulu juga jaman saya belom sekolah, saat setrikaan udah pake listrik, tapi bobot setrikanya masih berat juga.
Kalau mamah nyetrika teh ya.. maka saya berganti pakaian, mengenakan baju long dress umpak-umpak ala cinderella, pakai kaus kaki berenda, terus pakai sepatu. Kemudian saya menyanyi belasan lagu anak-anak di belakang mamah yang meja setrikanya menghadap dinding di dekat dapur. Saya naik ke atas panggung berupa sebuah jojodog (kursi kecil) hijau plastik, dan kemudian menyanyilah saya.
Lagunya pasti sudah tak asing lagi, dari mulai cicak-cicak di dinding, lihat kebunku, sampe beberapa lagu wajib nasional. Tak lupa saya menerima request dari mamah.
Apakah mamah merasa terhibur atau tidak, itu bukan urusan saya.

Sungguh disayangkan, bakat menyanyi setrika itu ternyata tak menurun pada Sofi, anak perempuan saya. Sofi lebih suka menyanyi pada saat saya menjemur pakaian di belakang rumah. Tapi itupun tak berlangsung lama. Setelah dia masuk TK, bakat menyanyi itu pun dia pendam saja.

Terpaksa saya sekarang harus mencari hiburan lain, apalagi pas anak-anak sekolah. Akhirnya pilihan saya jatuh pada facebook, twitter, dan YM.
Chatting dan facebookan dari sebagian besar sisi menurut saya adalah lebih baik daripada nonton sinetron ataupun infotainment, terutama untuk saya yang tak bisa hidup hanya untuk memikirkan diri sendiri (jiahhh..). Di fb maupun twitter toh segala ada. Saat ini seringkali saya nerima berita pertama kali justru dari status orang. Kebetulan saya punya temen-temen yang pada apdet gitulah. Plus twitter yang menyajikan headline berita terbaru.

Itu .. gimana ngaturnya antara laptop dan setrika?
Ya biasa aja kali... setrika di tangan kanan, laptop asal bisa dilihat dan dibaca huruf-hurufnya.
Bila perlu mengetik, saya mengetik sepuluh jari dengan kecepatan 52 huruf per menit, kemudian segera kembali ke setrika yang tadi saya simpan di sebelah kanan.
Koordinasi tangan, mata, dan pikiran amat diperlukan dalam hal ini agar pakaian tidak jadi hangus.

Banyak hal yang menguntungkan sebenernya dari menyetrika, bila kita menghayatinya:
1. Setiap kita menyetrika sebuah baju, bayangkanlah .. misal Sofi yang memakai kerudung cantik ini.. atau betapa gantengnya suami yang mengenakan baju ini saat dia di kantor..(hedeeh..)
2. Kita bisa nemuin duit, biasanya di kantong celana panjang suami.. hihi.. Tapi jangan ditilep, Bu! Berikanlah pada yang bersangkutan saat pulang kerja, untuk menunjukkan bahwa kita adalah gadis jujur (what?)
3. Bisa tau bagian-bagian yang masih kotor, atau ada yang sobek, di baju orang-orang yang kita sayangi itu, kemudian cucilah kembali atau jahitlah (mun aya kahayang)
4. Pakaian menjadi rapi dan bersih karena kuman-kumannya mati (sumber: buku PKK SD)

Oya, dengan nyetrika online ini kita bisa juga pasang status di facebook. Biar dunia tau bahwa kita sedang nyetrika. Maklumlah ibu-ibu rumah tangga ini memang adalah makhluk yang tersimpan rapi di dalam rumah tanpa ada orang yang tau betapa mereka banyak melakukan kebajikan.
Hati-hati dengan niatmu jika akan pasang status 'nyetrika' ini, karena bisa jadi mun tujuannya hayang kapuji, maka tak kan ada pahala untuk kebajikanmu itu.

Ah kalau saya lagi nulis tentang anak dan rumah tangga seperti ini, saya suka inget sama ibu-ibu jaman nenek saya yang anaknya berbelas-belas itu. Gimana nyetrika bajunya? Hihi. Mangkaning dulu mah belom ada jetpump ataupun mesin cuci. Lantas gimana nyucinya?
Tapi ya kok anak-anak mereka rata-rata pada bageur dan 'jadi orang' semua? Rumah tangganya tampak damai tentram begitu... hmmm...
Kata ustadzah barusan sih, di kajian parenting yang saya ikuti, ibu-ibu jaman dulu sama sekarang itu bedanya adalah, ibu-ibu jaman dulu itu TULUS, BAHAGIA, dan BANGGA menjadi ibu rumah tangga.

Huff.. jadi "ibu rumah tangga biasa" memang sekarang seperti sudah "tidak zamannya" lagi ya? Sepertinya tidak banyak ibu-ibu yang betah dan konsen dengan urusan rumah tangganya, dengan suami dan anak-anaknya. Banyak gawang yang ditinggalkan kipernya. Cenah gitu.
Tapi jangan salah juga... kata ustadzah lagi..
ibu-ibu bekerja di luar rumah itu jauh jauh jauh lebih mending daripada ibu yang ngakunya ibu rumah tangga tapi pikiran dan hatinya tidak di rumahnya sendiri. Ibu bekerja mah jelas-jelas tiap bulannya ngehasilin duit... Lha ini ibu-ibu rumah tangga yang kerjaannya gak jelas?... duit euweuh... barudak teu kaurus... imah pabalatak... halaaaah... bade ka maaaana atuh Ibuuuu???
* ceuk si Irma bari ngaca *

Hohoho.. ya sudahlah..
Ibu-ibu ... sudah siang nih..panas terik pula.. pasti jemuran udah pada kering (mun tadi pagi nyeuseuh)
Sok nyetrika sok... da di rumah saya kebetulan lagi pareum listrik .. Ini juga nyalain laptop di detik-detik terakhir saja sebelum baterenya habis..
Hidup PLN !!

***

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Permisiiiii...
Numpang lewat, Buuuu... :D

Unknown mengatakan...

Oh ya, Bu, blog saya ada dua, yang di Blogspot sama yang di WP. Yang sering diisi yang di WP, hehe...