Kamis, 09 Juli 2009

Ummi.. Gambatte Kudasai !!!

***
"Waah.. Umi semangat sekali yaa...mandiin Sofi.. gemes-gemes Sofi.. waaah wah wah", kata Sofi sambil geleng-geleng kepala.

Haaa...Tentu saja saya terperangah dengar Sofi bilang kayak gitu, apalagi melihat ekspresinya yang penuh kekaguman.
Hihi.. siapa sih yang gak seneng dipuji anak sendiri? Apalagi ini dinyatakannya dengan tulus, hanya di hadapan saya, tidak untuk membanggakan umminya di depan orang lain.

Hari itu saya memang sedang banyak kerjaan di rumah. Ya nyuci baju, nyapu, ngepel, cuci piring, mengejar waktu untuk bisa tepat waktu sampai di apotek jam satu siang. Otomatis hal itu membuat saya juga mengatur aktivitas anak-anak. Ayo mandi. Ayo makan. Sambil tanpa henti saya mengerjakan ini itu. Maklumlah mereka lagi liburan.
Barangkali selama saya 'berputar-putar' di rumah, Sofi memperhatikan semua yang saya lakukan. Dan muncul kekaguman dari dalam dirinya

Entahlah,...ternyata ungkapan Sofi itu menorehkan banyak hal di hati ini. Selain gaya bicaranya yang mirip orang tua memuji anaknya.. ada hal lain yang membuat saya banyak berpikir.


Memuji..

hmmm... memuji?
Ah.. bukankah itu sudah biasa dilakukan orang tua terhadap anaknya?
Orang tua jaman sekarang kebanyakan sudah bisa memahami mengenai bagaimana cara memotivasi anak, tentu tidak lupa untuk selalu memuji anaknya dengan cara yang baik dan proporsional.

Jadi inget film KING yang baru saya tonton di blitz hari minggu kemarin..
Ayah Guntur hanya bisa memarahi, sulit sekali untuk menyatakan pujian dan rasa sayangnya, hingga akhirnya Guntur menyadari kasih sayang ayahnya yang memang tidak bisa menyatakan cinta dengan cara verbal..

Tapi kita ternyata lupa ya untuk memuji orang tua kita sendiri langsung di hadapannya? Untuk saya sendiri, pasti kaku sekali. Sama sekali tidak biasa. Jangankan biasa, pernah pun tidak. Padahal begitu banyak hal mengagumkan yang telah mereka lakukan dalam hidupnya.

Saya sendiri sama sekali tidak berharap dipuji sama anak. Yang saya harapkan hanyalah segala yang baik dari diri saya bisa digugu dan ditiru oleh anak-anak saya. Sungguh hanya itu saja.
Namun ketika Sofi mengungkapkan pujian tulusnya, saya tak urung berbunga-bunga juga..
dan merasa lebih semangat lagi dan semangat lagi luar biasa.

Anak sekecil Sofi ternyata sudah bisa menilai ya.. apa saja hal positif yang sedang dilakukan Umminya. Sementara banyak hal negatif juga yang sering saya lakukan di hadapannya. Seperti bermalas-malasan dan membiarkan rumah berantakan.

Entah dia sadar atau tidak, tapi semakin besar usianya, pasti dia semakin menyadari bahwa kesalahan dan hal sia-sia yang dilakukan oleh seorang ibu, akan berdampak amat besar bagi keseharian keluarganya terutama anak-anaknya.

Saya bersyukur terlahir dari seorang ibu rumah tangga sejati yang sangat amanah, dan jadi menantu dari seorang ibu karir yang amat pandai membagi waktu antara pekerjaan dan keluarganya.
Seperti yang pernah saya ceritakan mengenai kedua ibu saya ini empat tahun lalu dan dirilis ulang di blog ini (heu.. masukin link kok gagal ya).

Terus.. bagaimana hubungan erat tak terpisahkan antara ibu dan facebook seperti yang telah lama 'disadari' oleh para fesbuker di dunia??
Hmmm... itu sih tergantung man behind the gun lah... Bagi saya sendiri facebook amat besar manfaatnya.. Banyak sekali. Tentu saja selama saya tidak lebay.
Kalo saya lebay, maka siap-siap saja laptop di depan saya ini yang paling keras mendorong saya masuk ke lubang neraka.
Na'udzubiLlahi min dzalik.

Dan Sofi... semoga anakku yang cantik nan baik hati ini menjadi seorang ibu dan istri yang shalihah bagi keluarganya kelak..
Amiiin...

***

1 komentar:

rena puspa mengatakan...

ibuuu....bener bgt tuh tulisannya....kenapa yaa....jarang memuji ortu kita di depan anak....buat ngajarin anak itu jg belajar memuji kita sbg ortunya....bukan krn kita gila hormat, tp dlm rangka mengajarkan bahwa ortunya itu hrs dihormati n disayang seperti yg Allah perintahkan...n klo sampe anak kita g hormat sama kita sbg ortunya....yg bikin sedih tentunya....anak kita jd dimurkai Allah....n itu sbnrnya yg bikin kita g akan pernah mau, bukan semata krn ego kita sbg ortu yg selalu ingin dihargai...bener teu sih??