Jumat, 26 Juni 2009

arif belajar jualan...

==
Apa kata Bu Triya tentang Arif saat pembagian rapor?

"Wah Ummi,... Arif sekarang sudah bisa menolak permintaan Bu Guru,...Arif udah bisa ngisengin temennya,... mau juga main sama teman perempuannya" ...ooops...

Lagian Bu Triya bilang gitu sambil tersenyum bahagia, diamini dengan anggukan Bu Umi di sebelahnya, sambil tertawa lebar pula

Tampak menjadi sebuah dialog yang aneh kalau orang gak ngerti latar belakang masalahnya.
Yups kawan... Arif yang pada semester satu sering menangis di pagi hari, Arif yang pada semester satu mainnya hanya dengan Bu Guru.. sekarang katanya sudah bisa menakut-nakuti anak perempuan dengan berperan sebagai buaya yang siap memangsa

Intinya ya barangkali bukan itu. Tapi di semester dua ini Arif menunjukkan perkembangan yang baik dalam sosialisasi dengan teman-temannya, dan bisa tampil percaya diri. AlhamduliLlaah...

Pelajarannya pun tak kalah baik.. nilai terkecil 7,5 pada pelajaran kesenian.
Yah maklumlah kalo itu mah.. tidak ada darah seni mengalir di tubuhnya

Sofi?
Apa kata Bu Sari tentang Sofi?
Gak ada masalah sama sekali, kecuali masih kurang PD. Gayanya masih pemalu.
Pemalu... Mirip umminya ya.. beda dikit lah. Pemalu sama malu-maluin kan beda dikit.

Owiya, gimana dengan jualannya Arif?
Beberapa waktu lalu saya memang sempat menawari Arif untuk jualan mentos roll. Sejak saya pegang apotek dan melihat bisnis teman-teman yang lain, saya menyadari betapa pentingnya mengasah kemampuan anak dalam bidang marketing. Selain mengajari anak untuk mengerti artinya uang, hikmah immaterilnya pun banyak. Antara lain gimana belajar untuk bersyukur, bersabar, berempati, dan konsistensi.



Awalnya karena Arif punya uang cukup banyak di dompetnya, dikasih sama Eyang katanya.
Saya tawari Arif untuk mengeluarkan uangnya, tiga ribu rupiah saja untuk jadi modal jualan permen.

"Arif beli ke umi tiga ratusan, nanti Arif jual ke temen lima ratusan,"

Arif mengerutkan dahi.

"Nah karena Arif beli tiga ribueun, umi kasih sepuluh mentos," lanjut saya.

Arif menerima mentosnya, tampak masih bingung

"Arif jual ke temen lima ratusan, kalau semua kejual, jadi berapa Arif dapet uang?"

Arif memandang langit-langit.. mencoba menghitung tapi gagal.

Setelah saya pandu, dengan lima dikali sepuluh ditambah nolnya dua.. barulah Arif bisa menjawab: lima ribu.

"Nah, padahal kan awalnya Arif cuma ngeluarin uang tiga ribu ke umi, tapi nanti Arif jadi dapat lima ribu. Berarti Arif dapat untung dua ribu,"

Arif bengong lagi.

... CuapPPeee DueeeehHH...

"Ya udah Rif.. pokonya jual aja lima ratusan satu.. nanti Insyaa Allah Arif ngerti deh"

Btw, saya membiasakan kata Insyaa Allah ini pada anak-anak. Biar mereka terbiasa juga, dan perlahan bisa memahami bahwa dalam setiap gerak langkah kita, semuanya bisa terjadi hanya atas izin Allah SWT. Tak ada yang pasti kecuali dengan kepastian dari-Nya.

Hari selasa itu, pulang sekolah,
"Kejual berapa Rif??" tanya saya.
Kejual segini.. kata Arif menunjukkan lima jari tangan kanannya.
"AlhamduliLlaaaah... Lihat, mana kotaknya?"
Saya buka tutup kotak kardus kecil tempat sepuluh mentos rollnya Arif tadi pagi.
Isinya lima mentos, beberapa permen kopiko, dan uang tiga ribu rupiah dalam pecahan seribuan dan lima ratusan.

"Rif, kalo kejual lima, mestinya uangnya dua ribu lima ratus dong, kok ini tiga ribu?", tanya saya heran.
"Kan Arif jual kopiko juga..", jawab Arif ringan.
"Ha? Terus kopikonya Arif jual berapa?"
"Ya lima ratusan juga lah.."
"Lima ratus satu???"
"Iya.."
"Siapa yang beli?", tanya saya sambil tertawa..
Arif menyebutkan nama seorang anak perempuan.

.. kasian amat ya anak perempuan itu, kena rayuan mautnya Arif sampe mau beli kopiko lima ratusan satu..
Arif memang dapet kopiko itu dari Eyangnya. Mungkin dia pikir daripada nyungsep di tas, mending dijual.
"Besok Arif kasih dua permen lagi ke temennya tadi yang beli kopiko ya, bilang kalo kemaren salah harga..", saran saya.
Arif ngangguk, dan besoknya dikabarkan kalau dia sudah kasih permen tambahan ke anak perempuan tadi.

Mentos roll kloter pertamanya Arif laku keras. Tentu saja dengan bantuan Aki, Sofi, sepupunya Fauzan, dan Om Ipin, yang ikutan beli..hihi..
Saya bantu dia menghitung keuntungan, dan akhirnya dia faham.

Untuk kloter kedua, saya belikan lagi mentos roll sepuluh biji lagi. Kali ini agak lambat penjualannya. Tapi yang menarik, Arif tetap mencoba menawarkannya walau hanya ke satu orang. Saya tau karena saya tanya.
"Udah nawarin tapi gak ada yang beli", kata Arif ringan.
"Ya gapapa.. kan yang penting usaha", jawabku dengan do'a dalam hati.. semoga dia kelak menjadi orang yang tawakkal.

Seminggu sebelum pembagian rapor, ternyata mentos roll Arif habis.
Saya tawari lagi..
"Gak ah.. Arif gak mau jualan lagi..", katanya
"Kenapa??", tanya saya sedikit kecewa.
"Enggak aja..", jawabnya cuek.

Ya sudahlah, tak baik juga dipaksakan.
Saya evaluasi, ternyata bisa jadi Arif gak begitu ngeh apa arti jualan.
Maklumlah.. eyangnya rajin sekali kasih Arif uang..
jadinya ya keuntungan yang dia dapat dari jualannya, gak begitu terasa.

Saya harus ambil strategi lain...
(bersambung? )

***

2 komentar:

yun mengatakan...

hebat ier. ntar coba lagi kalo arif udah agak gedean :)

ier mengatakan...

iya tante Yun, insyaa Allah.. do'akan saja..