***
30 Juli 2009, berarti sembilan tahun sudah kulalui hari bersamanya.
Cepat.
Terasa cepat waktu berlalu karena bersamanya kulalui hidup ini dengan mudah.
Senang susah pun rasanya mudah saja. Tak pernah ada konflik yang berlarut. Tak pernah ada bentakan. Tak pernah saling memendam rasa.
Atas izin Allah, aku dinikahi seorang laki-laki shalih. Tak semua wanita mendambakan laki-laki seperti suamiku. Tapi aku bersyukur bisa bersanding dengannya.
Ah.. suamiku memang tampak aneh di mata banyak orang. Penampilan botak tapi berjanggut. Terkesan cool dan sama sekali tidak romantis. Alergi debu dan dingin.
Seringkali pula bersin bersin kalau mandi pakai air dingin...
Whateverlah...
Yang jelas saya akui sampai saat ini dia adalah seorang laki-laki yang amat layak disebut sebagai ayah dan suami yang amat baik.
Tidak banyak bicara, tapi cintanya terpancar dari tanggung jawab dan kecerdasannya sebagai seorang laki-laki.
Tak pernah sekalipun dia mendahulukan kepentingannya daripada kami sebagai istri dan anak-anaknya. Tak pernah sekalipun dia marah karena kami mengganggu kepentingannya.
Marahnya hanya untuk mendidik kami karena kami adalah tanggungjawabnya.
Saya sampai lupa kapan terakhir suamiku bicara keras pada saya. Yang saya ingat, bila suamiku mulai mengingatkan kesalahan saya.. yang ada adalah takut. Ketakutan yang luar biasa. Jangankan dengan ungkapan kata. Tatapan ketidaksukaannya saja membuat saya ingin bersimpuh di kakinya dan memohon maaf.
Keikhlasan segala kata dan tindakan, barangkali yang membuat kharisma suamiku menjadi begitu bercahaya.
Komitmennya pada segala hal yang sudah menjadi pijakannya, adalah satu dari sekian banyak yang saya kagumi dari suamiku. Teguh pendirian dan istiqamah dalam keyakinan.
Itulah yang membuat bahtera rumah tangga kami tak terombang-ambing oleh angin sekencang apapun.
Membuat saya selalu percaya padanya. Ke manapun dia pergi, apapun yang dia lakukan, saya percaya bila semua itu adalah untuk ibadahnya sebagai seorang muslim.
Saya sama sekali merasa tak perlu mengecek wall facebooknya, tak perlu membuka hpnya.. karena saya, percaya padanya.
Hanya itu sepenggal tulisan saya, untuk suamiku.
Suamiku yang selama sembilan tahun ini mengenalkanku pada Mu.
Allah.. Allah...
berkahi kami dan sisa usia kami..
Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyatinaa qurrata a'yun
Waja'alnaa lil muttaqiina imaamaa...
-tulisan singkat saya di tengah merawat Sofi yang sedang demam hari ini-
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar