Di tengah obrolan itu, aku hanya bisa termangu. Membayangkan betapa masih panjang perjalananku menjadi seorang Ibu. Insyaa Allah, bila aku dan anak-anakku masih diberiNya usia.
"Masuk SMP biasa... anak saya kok jadi susah sholatnya"
"Kalo anak saya alhamduliLlah, gak pernah ketinggalan sholat. Malah dia protes karena baju SMP nya pake celana pendek"
Begitu sepenggal obrolan teteh-teteh yang baru memasukkan anak-anaknya ke SMP, dari sebuah SD Islam di Bandung.
"Terus anakku teh jarang banget keluar rumah... senengnya baca, di kamar terus!"
"Eh, hati-hati loh... sekali-kali kudu ditoong, dia lagi ngapain"
"Heu euh nya? Bisi masturbasi..."
"Udah mimpi belom?"
"Udah cenah"
Hii... geli ah, aku jadi bergidik denger2 kata yang agak-agak gimana itu.
Tapi ya gimana lagi, itu jadi masalah mereka dalam menghadapi anak-anaknya yang beranjak dewasa.
"Eta bapana nu kudu ngadeukeutan... kalo suami saya antara magrib dan isya suka ngebahas satu ayat alQur'an sama anak-anak. Satu aja, terus ditulis di papan tulis dan dibahas. Hasilna nya lumayan lah mudah-mudahan aya tilasna"
Ya.. ya.. - aku cuma bisa nimbrung dalam hati- intinya memang adalah kedekatan kita dengan anak-anak. Bagaimana agar mereka bisa menganggap kita sahabat tanpa meninggalkan rasa hormat. Bagaimana agar aku dan suamiku sebagai orang tua bisa percaya pada anak-anak kami, dan anak-anak pun bisa percaya pada kami.
Percaya bahwa kami tak kan mencela, tapi memberi masukan.
Percaya bahwa kami tak kan mengekang tapi memberi pilihan.
Percaya bahwa kami tak kan pernah mengelabui mereka.
Maka saat ini adalah saat di mana kami harus membangun semua itu.
Membangun kedekatan, membangun kepercayaan, menanamkan aqidah.
Agar kami bisa saling percaya atas dasar bahwa kami adalah makhluk yang selalu dilihatNYA.
Agar kami bisa berkumpul kembali, kelak - di jannah NYA.
-Sedikit nyeleneh... gw pikir kalo anak-anak dah masuk SMP.. gw bisa nyantei...
Eh, ni kayaknya masalah anak mah gak akan ada abisnya ya...-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar