Kamis, 28 Maret 2013

Arif udah pernah mimpi basah belom?

***
AAAARGH... itu pertanyaan yang -akhirnya- bisa keluar juga dari mulut saya.
Terimakasih pada penyusun serial WHY yang telah menerbitkan tema "PUBERTY" nya, membuat saya bisa punya start point untuk membicarakan tentang pubertas dengan anak lelakiku ini.

"Gak tau ah...", kata Arif malu-malu, mendengar pertanyaan saya itu. Dia baru saja menamatkan bab tentang mimpi basah, makanya langsung saya tanya.

"Nanti kerasa kok sama Arif. Nanti kan keluar cairan sperma itu dari penis Arif kayak si Komji (di buku itu). Nah, itu tandanya Arif udah dewasa. Perhitungan amal udah ditanggung Arif sendiri. Dosa dan pahalanya udah urusan Arif sama Allah. Bukan tanggung jawab ummi lagi. Nanti kalau kerasa, bilang sama umi dan papah. Nanti sama papah diajarin mandi wajib. Kalau udah mimpi basah, keluar sperma, gak boleh sholat dulu sebelum mandi wajib", papar saya yang disimak dengan serius oleh Arif.

"Jadi kalo bangun harus mandi dulu baru sholat shubuh?", tanya Arif.
Dari nadanya dia khawatir.. oh betapa ribetnya harus mandi subuh...
"Iya", jawab saya.

"Nah Rif, kalau cari informasi kayak yang di buku itu, jangan nyari sendiri browsing browsing internet ya, informasinya suka banyak yang gak bener. Mending tanya aja langsung ke umi dan papah. Ya? Nanti dikasih tau", saya memastikan. Toh di buku itu juga diceritakan saat si Komji mengklik sebuah link di email spam, dan dia nonton sambil terbengong-bengong, terus ketauan ayah ibunya, terus dikasih nasihat deh.

Arif ngangguk ngangguk. "Iya", katanya.

Hfffffff... setidaknya sebuah sekat sudah terbuka. Jaman sekarang orang tua mesti bisa dekat dan saling terbuka dengan anaknya. Itu yang saya mau. Belajar untuk mendengar dan saling berbicara walaupun hal itu terasa tabu bagi kebanyakan orang. Tapi harus bisa.

Saya gak berharap anak-anak saya selalu membicarakan apapun yang terjadi dalam hidupnya dengan saya atau bapaknya. Pasti mereka punya privasi, hal-hal yang hanya ingin mereka simpan sendiri. It's ok. Di sanalah nanti kita mengajari mereka untuk bisa menghormati privasi orang lain sekaligus melatih kemandirian untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Mereka mesti bisa membedakan mana yang bisa dibagikan kepada orang lain sekalipun orang dekat, mana yang tidak.

Di serial WHY itu ya paling ada satu kelemahannya di mata saya. Si Komji dan si Omji, pemeran utama dalam buku itu yang masih ABG, masing-masing punya 'pasangan'. Pacar, teman dekat lawan jenis, atau apalah istilahnya di sana. Yang jelas temannya itu spesial. Hmmm.. di sana sih permisif ya untuk punya 'pacar'. Dan dibilang kalo sama pacarnya itu, Komji dan Omji palingan main sepatu roda bareng, atau nonton konser bareng, belajar bareng. Cuma dibilang di sana ..gak boleh berduaan, harus di tempat ramai, juga sepengetahuan orang tua.

Yaaa saya dan suami sih hijab gak gimana-gimana banget sama lawan jenis. Cuma kalau untuk jadi "spesial" dan ada semacam "komitmen" dengan satu orang sih, pengennya gak usah dulu lah ya kalau masih jauh buat nikah mah. Khawatir nanti salah fokus aja. Geuleuh banget kalo lihat sinetron remaja sekarang urusannya cuma rebutan pacar. Status ABG di jejaring sosial cuma urusan rindu dan patah hati. Padahal banyak hal yang seorang remaja belasan tahun itu bisa dilakukan dan bisa dipikirkan. Tapi koq kayaknya semua sirna hanya karena urusan lawan jenis.

Dulu saya gimana? Nyaaa.. ngeceng-ngeceng wae mah mulai jaman SMP wajar meureun ya. Normal gitu sebagai cewe yang ngap ngap lihat cowo ganteng. Tapi ya gak fokus ke situ karena gak lanjut jadi komitmen. Cewe lain ikut ngeceng nya heug, biar seru. Pernah resmi punya cowo waktu kelas 3 SMP, ada yang bilang suka sama saya terus saya juga bilang suka, tapi kita gak pernah ngapa-ngapain. Hahaha. Aslina. Dulu mah da malu atuh mau jalan berdua juga, meski temen-temen tau kita udah jadian, tapi tetep aja malu, dan seingat saya tak pernah secuil pun kami bersentuhan. Paling salaman pas ultah. Sekali itu juga, da 'pacaran'nya gak sampe setahun. 'Putus'nya juga karena pisah SMA aja. Hahaha.

Jaman SMA dan kuliah malunya lebih-lebih lagi, karena saya udah terkenal sebagai aktivis rohis, masa iya pacaran. Dan 'sial'nya saya sukanya sama tipikal ikhwan aktivis yang tegas sama perempuan, so.. mana mungkin jadian. Hihi. Dan karena aktivitas yang seabreg itu juga, di berbagai organisasi, yang membuat saya gak terlalu fokus mikirin lawan jenis. Cuma jadi 'hiburan' sajalah. Toh jodoh akhirnya mah dateng sendiri, alhamduliLlah.

Kalau jaman sekarang buat anak-anak dan remaja kayaknya mesti rada dibangun lagi gimana rasa malu itu timbul. Setidaknya membuat hubungan si anak dengan lawan jenisnya gak lebay dan gak bikin mereka makan ati. Entah gimana caranya.
Dengan ngasi contoh dan bimbingan kali ya. Juga konsultasi gratis. Haghaghag. Naon sih. Ya yang penting menempatkan mereka di lingkungan yang baik dan kompetitif terhadap hal-hal yang positif.

Saya gak punya banyak ilmu tentang pendidikan anak. Saat ini lebih ke main feeling aja dan berkaca ke berbagai pengalaman diri maupun orang lain. Harus terus digali lagi dan nyari informasi, baiknya gimana. Share sama temen-temen. Mencoba dan berusaha.
Pada akhirnya biarlah Allah yang kemudian bekerja dengan tangan-Nya untuk mendidik mereka dan melindungi mereka, anak anak kita. Hanya usaha dan do'a terbaik yang kita bisa lakukan.

BismiLlahi tawakkaltu 'alaLlaah..
***

Senin, 25 Maret 2013

Posting ke-8 - harapan dan do'a

***
Yang meresahkan seorang ibu hamil sepertinya cuma satu, bagaimana bayinya kelak. Sehatkah? Sempurnakah fisik dan mentalnya? Akankah dia menyenangkan atau menyusahkan? Dan ribuan pertanyaan yang senada.

Itulah yang membuat seorang ibu hamil banyak batasannya. Tidak boleh ini tidak boleh itu. Makan ini jangan, makan itu boleh. Gak boleh liat yang jelek jelek, lihat yang bagus bagus aja. Mesti banyak berdo'a, bahkan ada yang menganjurkan bacaan bacaan ayat tertentu untuk dilantunkan. Mitos-mitos yang beredar pun pasti seputar hal-hal buruk yang harus dihindari sampai ke hal-hal baik- sekalipun kadang itu tidak jelas dalil dan alasannya- yang harus dilakukan.

Berbeda dengan cucu cucu sebelumnya, kali ini ibu mertua saya minta acara empat bulanan nanti, pada bulan April, benar-benar diselenggarakan dengan serius. Menasi kuning dan membaca ayat-ayat tertentu, dibarengi dengan taushiyah dari Mas Wis.
Keluarga inti aja, gak ngundang siapa-siapa.

Dan kali ini saya dan suami sepakat saja. Niat kami satu, nurut sama orang tua. Toh acaranya juga gak lebay ya. Hanya itu saja. Gak pake ritual mubazir dan tidak juga berbau klenik.

Hmmm sungguh saya dan janin kembar yang saya kandung ini butuh do'a dari orang-orang shalih shalihah yang do'anya insyaa Allah diijabah. Terutama dari ibu ibu kami.

Orang yang tak perlu lagi saya minta do'anya tapi pasti mendo'akan adalah mamah dan ibu. Orang yang di hamparan sajadahnya berdo'a untuk saya dan janin ini dalam setiap shalatnya, dengan ikhlas tanpa perlu bilang siapa siapa, saya yakin adalah mamah dan ibu.
Mukena dan sajadah mereka seperti memantulkan energi yang dahsyat dari-Nya.
Sungguh saya beruntung bila hari ini, mamah dan ibu masih kuat sujud dan berdiri dalam shalatnya, kemudian saya dan janin ini masih mendapatkan do'a dari mereka. Sungguh itu adalah sesuatu yang harus saya syukuri.

Semoga Allah selalu meridhoi dan melindungi hidup mereka sampai akhir hayatnya. Dan semoga setiap langkah kami bisa membahagian mereka di dunia dan di akhirat. Amiin.

***

Jumat, 22 Maret 2013

posting ke-7 - hamil kembar, salahkah?

***
Akhir-akhir ini jadi suka lagi memperhatikan layar facebook. Barangkali karena tingkat mual saya semakin berkurang, jadi lebih mudah menerima dengan baik hal-hal di luar diri ini sekalipun itu menyebalkan.

Ah ya, di layar facebook pula saya sempet takjub dengan komentar seseorang. Seorang dokter umum. Dia berkomentar di bawah status kebahagiaan seseorang karena temannya melahirkan anak kembar yang sehat.
Komentar dokter tersebut berada di antara komentar lain yang menyatakan kebahagiaan. Kurang lebih begini komennya: "Kehamilan kembar itu abnormal, meskipun semua orang senang melihat ada dua bayi yang lahir bersamaan. Karena pada kehamilan kembar itu, satu bayi pasti lebih kecil dari bayi lainnya" ...

.... euuuu.... excuse me dok, apa ada komen yang lebih halus daripada menyebutnya sebagai "abnormal" ? Dan adakah alasan yang lebih ilmiah dari sekedar "karena bayi satu lebih kecil dari bayi lainnya" ? .. hik..
Lantas gue hamil kembar kayak gini abnormal gitu? Mesti dilakukan tindakan medis biar jadinya satu aja? --- dzigh..
Ah sudahlah, lupakan.

Ada lagi komentar seseorang. Dokter pula, kali ini dokter gigi, di dunia nyata.
"Siap siap aja biayanya ya Bu, kalau punya anak kembar itu biayanya besar, segalanya jadi dobel. Saya punya tuh sodara yang anaknya kembar. Biayanyaaa....", kata dia sambil geleng-geleng kepala.

Saya cuma senyum. "Insyaa Allah Dok..", jawab saya singkat.
Dalam hati sih bilang "Emang ente yang bakal ngasih makan anak-anak gue dok? Bilang yang lebih positif ape susahnye sih?"

Syukurlah memang dalam hati terdalam insyaa Allah saya sudah yakin bahwa Allah-lah Maha Pemberi Rezeki. Saya hamil kembar begini pasti tidak luput dari perhitungan - Nya. Kalaupun penghasilan saya dan suami dianggap kurang saat ini, itu karena sebetulnya kami bisa hidup lebih sederhana dari sekarang, dan sebetulnya kami bisa mendapatkan lebih bila kami berusaha dengan sungguh sungguh. Itu saja.

Yahh biarlah orang-orang berkata negatif, yang penting kita tetap berpikir positif.

--- maaf ya ini mah tulisan curcol aja, da biasanya juga begitu.. hehe.

***

Kamis, 21 Maret 2013

Posting ke-6 - dua belas minggu - campur sari

***
Macam-macam yang terjadi di pekan ke dua belas ini. Tapi yang jelas saya pertama kali harus bersyukur dulu, alhamduliLlah, trimester pertama terlalui walau dengan jatuh bangun.
Mualnya memang banyak berkurang, tepat pada saat janin ini berusia 12 minggu menurut itungan kalender. Entah sugesti atau apa, tapi memang terasa berbeda.
Bisa jadi karena sabtu malam saya parah sekali mual muntahnya, kayak ngabisin penderitaan gitu lah.
Berawal dari makan pisang jam 9 malam sambil facebookan. Ehhh tiba-tiba ulu hati saya nyeri luar biasa, dan rasanya ada angin topan berputar putar di area usus. Saya tau ini bukan nyeri rahim, ini saya seperti kena maag mendadak plus masuk angin.
Suami juga bingung karena saya gak mau diapa-apain. Jam 11 baru bisa tidur, dan terbangun lagi 1 jam kemudian karena nyeri makin terasa.
Tengah malam itu saya minta suami cariin tolak angin. Kali aja bisa membablas angine. AlhamduliLlah ada warung buka tengah malam begitu.
Tapi saya keburu mual dan muntah abis. Tertidur lagi, tapi gak berapa lama kemudian bangun dan muntah lagi.
Apapun yang masuk mulut, ujung-ujungnya pasti keluar lagi.
Nyeriiii .. sampai mencengkeram suami kuat-kuat...

Enggak, saya gak nangis. Saya gak sedih kok, cuma sakit luar biasa.
Pagi-pagi saya putuskan untuk ke rumah sakit aja, UGD.
Sudah bersiap-siap, dan saya muntahkan lagi apa yang masih mengganjal di perut.
Namun ajaib, setelah muntah semua terasa lega.

Akhirnya ke mamah aja... Kalau lagi gini saya butuh pertolongan mamah. Plus kasian juga anak dan suami, gak ada yang ngurus makannya.
Sama mamah saya dikasi bubur. Eh, muntah lagi.
Konsul ke beberapa teman apoteker, akhirnya diputuskan untuk makan sebutir domperidon. Katanya aman buat bumil.
AlhamduliLlah, setelah itu saya oke, bisa makan, dan yang jelas saya minum banyakkkkkk banget. Dehidrasi kali yak.

Minggu pagi itulah kali terakhir saya muntah. Mual sih masih, tapi masih bisa ditahan.

AlhamduliLlah,
karena Selasa pagi saya mesti stay tune di apotek dalam kondisi prima.
Petugas dinkes kabupaten datang ke apotek untuk pemeriksaan kelayakan. Dalam rangka pengukuhan SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker) dan penerbitan SIA (Surat Izin Apotek) baru. Menjadi Apotek Komunitas Sehat Permata.
Semua berjalan lancar.

Jadi ingat tahun 2004, di apotek yang saya pegang pertama kali. Pemeriksaan kelayakan kayak gini dilakukan 26 jam setelah saya melahirkan Sofi. Huahhh.. perjuangan berat itu ke apotek diantar suami :))

Ya sekarang mual sih engga, cuma kadang agak pusing dan lemessss. Ujungnya jadi malas ngapa-ngapain. Plus perasaan yang campur aduk silih berganti datang. Senang sampai sedih, bahkan minder. Minder yang sangat.
Karena saya merasa bodoh sekali dibanding dengan teman-teman yang twitnya aja udah ngebahas ilmu pengetahuan, politik dan ekonomi global terkini... Sementara saya cuma berpikir satu. Gimana caranya biar saya mau makan. Gimana caranya biar janin saya sehat.

Peduli amat Jupe dipenjara, tentang istri keduanya Djoko Susilo, menguatnya nilai rupiah, ataupun Tangkuban Perahu yang statusnya awas meletus. Apalagi persoalan Ibas, Anas, dan partai Demokrat. Peduli amaaaaaaattt... :((

Cuma ya itu, jadi minder aja. Yang lain kok pada cerdas gitu yak mikirin banyak hal, kemudian melempar statement-statement ilmiah dalam twitnya?

Ah dan ketahuilah.... orang yang minder itu sama nyebelinnya dengan orang sombong.

***






Jumat, 15 Maret 2013

posting ke-5 - sebelas minggu - sudah terasa gerakannya :)

***
Ini dia foto Dede janin satu dan dede janin dua di usianya yang ke sebelas minggu :)



Difoto di RSIA Limijati, diambil oleh dr. Irnawati Sinuhaji.
Kebetulan waktu itu diantar sama suami. Sengaja. Karena saya tau, pemandangan USG jelang 3 bulan itu menakjubkan. Bisa kelihatan dari kepala sampai kakinya. Suamiku harus lihat!

Dan benar saja. Mereka berdua tampak sedang bergangnam style. Berenang-renang ke kiri ke kanan, dan tuhhh keliatan tangannya melambai. Itu yang jelas yang di kanan, karena stik USGnya sengaja mengarah ke salah satu.

Kata dokternya sehat. AlhamduliLlah. Dan gejala mual yang saya rasakan itu karena ya saya hamil kembar. Pun nanti akan cepat lelah, dan kemungkinan sering kontraksi. Huhu. Laa haulaa wa laa quwwata illa billaah.. semoga dikuatkan.

Eh, jadi pengen juga lahiran di Limijati ya. Tempatnya enak. Dr. Irna juga ini baek...

Oya, di sana ketemu seorang ibu dengan anaknya. Anaknya seperti anak gadis. Cantik, langsing, kulitnya kuning langsat dan ternyata sedang hamil 4 bulan. Belum kelihatan hamilnya.
Si Ibu cerita ke saya kalau suami dari putrinya itu baru saja meninggal 7 hari yang lalu. Padahal anak yang dikandung ini sudah mereka tunggu selama 4 tahun.
"Biasanya suaminya yang antar.. Waktu itu memang terakhir ke sini ya suaminya itu terakhir ngantar.."

Saya bengong... gak ngerti.. siapa yang meninggal?
Sementara suamiku udah "Oh.." duluan.
Saya setengah calangap sambil mencerna kata-kata si ibu... dan akhirnya saya pun "Oh..'
Dan langsung diem.. Speechless...

Setelah itu kami nggak ngobrol lagi. Bingung. Saya malah nangis.

Syukurlah saya segera dipanggil masuk ruang periksa.

Usia .. usia.. siapa yang tau...

***