Kamis, 29 Oktober 2009

hati-hati loperamid !!

***

Hari Ahad kemarin, teman saya dengan paniknya menelpon.. mengabarkan keponakannya (2 tahun) masuk ICU setelah minum setengah tablet imodium. Perut membengkak, diikuti sesak nafas, dan serangan pada jantung.

InnaliLlahiii... anak dikasih imodium???

"Itu dibeli atas resep dokter Ir !!"

Glek.. saya semakin merinding mendengarnya... sedikit ketakutan karena tablet putih kecil mungil itu tersedia di apotek saya dalam jumlah banyak, dan entah kenapa di bulan september kemarin tablet itu laku keras.

Dan Selasa kemarin, teman saya itu mengabarkan via sms bahwa keponakannya telah meninggal dunia. Dan penyebabnya jelas, karena reaksi dari penggunaan imodium. InnaliLlahii wa inna ilaihi raaji'uun...

Mohon maaf karena saya menggunakan merek dalam tulisan ini dengan jelas.. biar para pembaca lebih ngeh aja..
Memang rata-rata orang lebih mengenal merek kan, daripada nama generiknya??


Masyarakat sudah mengenal imodium atau Lodia yang berisi loperamid 2mg ini sebagai obat yang tokcer untuk pengobatan diare. Sayangnya memang mereka seringkali kenal tokcernya saja daripada mengenal seberapa keraskah obat tersebut mempengaruhi tubuh.

Saya sebagai apoteker saja taunya sedikit-sedikit seiring jam terbang di apotek. Ada kasus.. baru nyari literaturnya. Learning by doing tea.
Belum sampai tamat juga sih.. saya mengkaji seberapa kerasnya imodium yang berisi loperamid ini. Tapi saya tau, obat ini amatlah berbahaya. Mewanti-wanti setiap pembelinya agar menggunakan obat tersebut sesuai dosis. Jelas penggunaannya untuk siapa (harus untuk di atas 14 tahun), pun penyebabnya apa. Bila dalam dua hari tidak sembuh, hentikan! Pembelian pun saya batasi hanya sampai empat tablet saja. Mending orangnya bolak-balik aja ke apotek daripada nyetok obat macam ini di rumah.

Penggunanya harus sudah pernah menggunakan obat diare lain yang ringan, yang dijual bebas. Bila sudah mencoba dan tidak sembuh, okelah saya kasih imodium.
Lebih bagus lagi kalau mereka memintanya atas resep dokter.

Tapi parahnya, di kasus teman saya ini, Imodium memang diminum atas resep dokter.
Ah.. saya bisa nyalahin dokternya, ya bisa juga nyalahin apotekernya, atau siapapun yang nerima resep. Lha kok nurut-nurut aja apa kata dokter !! Pake dong ilmu obatnya coy!

Syukurlah asisten saya cukup berhati-hati. Baru saja selasa pekan lalu dia nelepon saya dari apotek
"Bu, boleh gak anak dikasih imodium??" dan tentu saja jawaban saya tidak.
Huhuhuuu.. kalo inget kejadian itu saya merinding lagiiii....

Sampai saat ini masih juga tersisa sedikit ketakutan, karena masyarakat kadang suka kreatif sendiri.
Apa yang dia minum tokcer.. dikasih juga buat anak dalam dosis setengah atau seperempatnya. Ya gak bisa gitu lah.

Pernah kejadian tuh, kebetulan ini di wilayah apotek teman saya. Bapak-bapak beli imodium karena diare. Dan ketika anaknya diare juga.. ehh.. dia kreatif saja memotong imodium seperempatnya dan diberikan pada anaknya (4 tahun). Walhasil, setahun terakhir ini anaknya itu bermasalah ketika BAB. Amat susah keluarnya kecuali diberi pencahar.

Sooo.. teman-teman, tentu saja kasus ini tak berhenti pada loperamid saja. Banyak obat-obatan lain yang kita harus berhati-hati dalam menggunakannya, terutama untuk anak, lansia, ibu hamil dan menyusui.

Untuk teman-teman dokter, saya sebagai apoteker cukup rajin lho menyarankan para pelanggan untuk pergi ke dokter terlebih dahulu sebelum memutuskan obat apa yang dipakai. Apalagi jika sakitnya membutuhkan diagnosa yang lebih jelas.
Tapi biasalah, .. orang-orang.. digituin malah protes..
...

Oya punten juga di sini gak saya share lebih jelasnya mengenai farmakologi dari loperamid.. heuheu..
Barangkali teman-teman saya di 'serambi sehat' bisa lebih ilmiah dalam membahasnya.

Mohon do'anya ya temans, agar saya bisa lebih amanah lagi dalam mengemban profesi sebagai apoteker di apotek..

***

Sabtu, 24 Oktober 2009

mengetik sepuluh jari

***
Satu-satunya barangkali, ilmu yang benar-benar bisa saya aplikasikan seumur hidup saya dari pelajaran kelas 1 SMA adalah ilmu mengetik sepuluh jari.
Dulu dinamai pelajaran ketrampilan. Semester dua kalau tidak salah, kami memperoleh pelajaran tersebut dari seorang ibu guru bernama Ibu Yoyoh Rokayah (semoga Allah melimpahkan kasih sayang Nya pada ibu guru kami ini).

Dan bisa jadi bila saya tidak memiliki ketrampilan mengetik , saya bakal males banget mengupdate blog ini. Secara kini bagi saya mengetik di atas tuts keyboard komputer itu sepeti layaknya bicara saja... tak hafal bagaimana cara mengeluarkan huruf L atau H (dari tenggorokan atau lidah?).. ya pokonya keluar aja.

Bagi pengetik sejati seperti saya.. , udah gak hafal lagi di manakah letak huruf K atau F di keyboard. Bila ditanya, atau lebih tepatnya bertanya pada diri sendiri (karena siapa juga yang mo nanya) di manakah letak huruf K? Maka saya akan membengkokkan jari-jari saya dan mengetik sesuatu di udara, yang ada huruf K nya.. misal K O D O K
nah.. barulah saya bisa jawab.

Barangkali juga, semua siswa di Indonesia mendapatkan pelajaran ketrampilan ini, dan bisa jadi Anda adalah salah satunya.

Ha.. pasti ingat ya.. gimana dulu waktu sekolah kita mesti bawa-bawa mesin tik.
Yang di sekolah biasanya mesin tik gede kayak di kelurahan. Saya sendiri memilih untuk bawa sendiri dari rumah. Mesin tik merah bermerek 'brother'.
Berat, apalagi saya musti ngangkot atau ngebis. Khawatir juga mesin tik saya ketinggalan di dalam kendaraan umum itu.

Pernah ketinggalan sih.. tapi di dalam kelas. Saat itu saya merasa jadi orang penting ketika seseorang bilang kalau akang X (kelas 2) nyariin saya. Hoho.. siapa yang tak kenal akang X?? Ganteng, sholeh, dan pintar.
Ada apakah gerangan dia mencari saya?
Akhirnya dari kejauhan saya lihat si akang itu berjalan agak miring ke kiri, secara di tangan kanannya beliau menenteng.. .. apa tu.. hihi.. 'brother'ku !!

"Ini ketinggalan di kelas..", katanya sambil senyum. Beliau memang gantian kelasnya dengan saya. Dia giliran masuk siang saat itu. Kebetulan pula di tutup mesin tik tertempel label nama saya. Dan saya? siapa sih yang gak kenal?

"Waduh.. makasih banyak Kang ...", jawab saya sambil menerima si 'brother', tentu dengan senyum yang mudah-mudahan manis, seraya berkata dalam hati "semoga hubungan kita berlanjut tak hanya sampai di sini.."


Si Akang ganteng itu mengangguk, masih dengan senyumnya.. heu.. geer aja gw, padahal kali di hatinya mah dia berkata, "Sial lo!! Nyusahin gw aja !!"

.. gak segitunya kali ya..


Saya tidak tau pasti bagaimana anak-anak sekolah sekarang diajari ketrampilan mengetik. Masihkah dengan mesin tik biasa? atau pindah ke komputerkah? Kalo digoogling, saat ini banyak fasilitas software yang dapat mengajari kita mengetik sepuluh jari ya...
Tapi saya justru merasa bahwa belajar mengetik sepuluh jari dengan mesin tik biasa bisa lebih cepat. Kenapa?

Masih ingat saya, bagaimana kelingking kiri saya 'jontor' gara-gara dipaksa berlatih mengetik huruf A A A A... ratusan kali...belom lagi beberapa jari seringkali terjepit di antara tuts. Begitu menderita, tapi dengan begitu setiap hurufnya begitu berkesan hingga meninggalkan sakit yang mendalam di setiap jari saya, kecuali jempol. Jempol kanan masih mending ngetik spasi. Lha yang kiri.. dilihat-lihat kok dia gak ada fungsinya ya? hehe.. tuh kan .. ngacung aja palingan..
Makin sakit di jari, makin hafal saya hurufnya...
si A itulah memang yang paling berkesan (yang namanya dari A gak usah ngacung).
Udah mah ngetoknya pake kelingking, kiri pula.. halaaaaah...

Selesai pelajaran di akhir semester genap itu, saya lupa dapat nilai berapa.. tapi okelah saya sudah bisa mengetik dengan seluruh hurufnya ditutup selotip hitam.

Beberapa kali mengetik di luar pelajaran, saya masih intip-intip huruf dan menempatkan jari tidak pada tempatnya, alias sekenanya. Pun mata saya masih juga terpaku pada keyboard, tidak pada kertas tik atau layar komputer.

Untungnya saya nyadar aja waktu itu, kalo saya gak konsisten mempraktekkan ketrampilan mengetik yang udah saya dapet, maka sia-sia saja selama satu semester saya diberi ilmu ini, bawa-bawa mesin tik sampe pegel, dan menjontorkan jari-jari ini tanpa rasa kasihan. Sayang.

Akhirnya dalam keadaan apapun.. biar lambat mengetiknya, saya coba memasang empat jari kiri di ASDF, lima jari kanan di spasiJKL;, memaku pandangan di layar komputer atau kertas mesin tik, dan.. menulis.

AlhamduliLlah, alah bisa karena biasa. Kini sesedikit apapun saya mengetik, kebiasaan itu tetap berlanjut, dan kalau dites di sini, hasilnya adalah:

52 words

Speed test



Cobain deh.. tes kecepatan mengetik Anda..

***

Kamis, 22 Oktober 2009

demi waktu dhuha

***
Memang ilmu dan hikmah itu datangnya tak selalu dari seorang kyai.
Cuma berawal dari YMan iseng dengan seorang brondong.. halah..
Waktu itu memang kami sedang mendiskusikan sesuatu yang kaitannya dengan bisnis dan keuangan.. cie...
Barangkali ngobrol sama dia mah kebanyakan becandanya daripada seriusnya, tapi di salah satu kalimatnya dia bilang gini...

"Kenapa enggak disholat-dhuhakan aja Teh?"


Rasanya kok kata-kata itu begitu dalam buat saya. Dari seseorang yang barangkali tidak sehebat Ustadz Yusuf Mansyur dalam hal menyarankan sholat Dhuha. Tapi begitu mengena saat itu.

Bukannya gak tahu, bukannya tak pernah mengerjakan.
Tapi saya seringkali sesempatnya saja untuk sholat dhuha. Asal-asalan pula tanpa menghafalkan do'anya..

Heu.. barangkali niat saya memang masih matre sih.. ingin limpahan rezeki yang banyak.. Tapi ya saya pikir tak adalah salahnya jika memang saya meminta pada Nya, Sang Penguasa Dunia dan Seisinya, biar Dia melimpahkan rezekiNya untuk saya.

Setelah chattingan itu saya jadi nyoba ngusahain banget buat sholat Dhuha (hohoho.. saya belom berterimakasih padanya untuk ini - semoga Allah melimpahkan barokah baginya, aamiin..).
Biasanya saya sempatkan setelah nganter anak2 sekolah..
Di rumah, atau di mesjid sekolahnya Sofi.

Kalau diniatkan ternyata bisa yaaa... dan kerasanya bisa asik gitu kerja seharian, yakin kalo rezeki mah emang Allah yang ngatur.

Hee.. tau kan do'a ba'da sholat Dhuha.. yang saya pikir sih ni do'a matre pisan
AstaghfiruLlah.. mohon ampun bila saya salah ucap, tapi dengan do'a ini memang kita punya kalimat yang bagus untuk meminta rezeki pada Nya:



Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, ... Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah. Dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuasaan-Mu, kudrat-Mu, (Wahai Tuhanku) datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.


Nah.. bagus kan?

Yuk ah jadi orang kaya dengan sholat Dhuha...

***

Sabtu, 17 Oktober 2009

go offline..

***
Akhir-akhir ini rada takut mau visible di fb.
Soalnya serem..
pernah disapa sama orang gak saya kenal.
Dia mengadd saya duluan (tentu saja) dan saya confirm hanya karena mutual friendnya lebih dari 30 orang. Teman SMA rupanya. Cowok, berinisial.. katakanlah XY.

XY ini memang sering tampak online dan barangkali saat itu orangnya lagi iseng.

Siapa yang gak kaget coba.. disapa cowok yang gak dikenal gitu dengan pertanyaan

"Halo Irma, udah mandi belum?"


Jangankan sama cowok yang gak kenal, sama yang kenal aja mungkin saya udah misuh-misuh ditanya kayak gitu. Tataran sepupu masih oke lah...
iniiiii???? apa urusan elo gw udah mandi apa belom??

Sambil terkaget-kaget saya jawab:
"udah"

Setelah itu dia bilang:
"oh.. kirain belom.. soalnya di sini bau asem"

Ya ampuuuuun.. udah mah SKSD, ni cowok garing bangeeeet!!

Saya cuma jawab:
"hehe"

Kacrutnya gw, .. mestinya gak usah dijawab aja ya waktu itu.. atau off sekalian.
Tapi saya malah sibuk membuka wallnya...lihat foto-fotonya.
Sumpe dehh.. gak kenaaal!!
Kok bisa ya.. biasanya temen satu sekolah seenggak kenalnya juga masih terlintas gitu di ingatan. Ini mah enggak.
Saya mau bilang kalo saya gak kenal juga masa iya.. dia udah 'akrab' gitu..

Lihat mutual friendnya.. hmmm.. kebanyakan anak2 fis2 dan fis4.. mm.. berarti dulunya kelas lantai atas. Sama dengan kelasku.
Sayangnya nama XY ini sepertinya nama samaran. Infonya enggak lengkap juga.

Dia nanya lagi:
"lagi ngapain Ir?"

Saya jawab:
"lagi nyuapin anak-anak"

hanya untuk memastikan kalo dia nyadar kalo gw dah kawin.

Dan setelah itu saya lupa dia nanya apa lagi. Yang jelas bersyukurlah dia gak berlanjut dengan pertanyaan yang gombal seperti tadi.

Saya cari siapa temen SMAku yang lagi ol fb. Ada satu.. tapi dia bukan mutual friend. Gapapalah.. Temen sekelas saya, cowok.. BA namanya. Kalo sama yang ini kebetulan memang biasa YMan.

Irma: "B.. di fb gak ngefriend sama XY ya?"

BA: "enggak.. kenapa gitu?"

Irma: bla..bla.. saya ceritain kasusnya

BA: "coba kasih ke saya fotonya sekarang biar saya lihat"

Irma: "gak usah deng.. gak penting lah.. biarin aja"

BA: "Gak apa-apa, biar saya lihat profil dan ciri-cirinya"

Irma: -baru nyadar kalo BA ini ajun komisaris polisi-
"hehe.. kesannya gw lapor polisi gini ya?? hahaha..."

BA: "tenang.. ini baru pendataan.. belum masuk registrasi.. haha"

Karena buru-buru mau nganter anak-anak sekolah, saya pun pamit pada BA, dan tidak pamit pada XY... offline.

Ah, sekarang mikir-mikir dulu deh kalo mau visible di fb..
terlalu banyak yang ngefans..

Itu baru satu cerita.. ada dua cerita lainnya sih, tapi memang yang ini yang paling bikin kapok...

***

Kamis, 15 Oktober 2009

Ci(N)Ta -2-

***
mencoba mengerti apa artiku bagi dirinya
mungkin bukan apa-apa
ada tidak adanya diriku akan sama saja baginya

kalau bukan karena cinta , aku tak kan peduli
tapi aku peduli..

dan aku tidak akan pernah meninggalkannya
walau berjuta kali dia menyakitiku..

***

... lebayyyy !!!

***

Selasa, 13 Oktober 2009

nyawalan

***
Ihhh..kayaknya enggak banget ni nyawalan di akhir syawal... heuheu...
Tapi apa daya 'gara-gara' sebuah note yang mampir di wall saya, menyatakan dalil-dalil bahwa bayar dulu, baru nyawal, dan saya gak punya alasan lain..sooo.. enam ditambah enam sama dengan dua belas pun jadi.

Enam hari bayar plus satu hari nyawal alhamduliLlah sudah saya lewati.
Bersyukurlah saya karena ditemani dua orang yang saat ini selalu ada di sekitar saya, my friend Eva dan Inay yang shaum juga.
Jadinya sempat buka bersama di apotek bareng Inay .. (mudah2an nanti sore juga), dan nanti abis nyawalan mau lebaran lagi sama Eva.
Makan-makaaaaaaaaaaaaaan...

Tapi memang dinikmati juga sich.. kayak sekarang, sahur sambil fesbukan.
Saur jam dua gini, bukan apa-apa..
Penyakit saya nih, kalo tidur malem kebangun, bawaannya susah tidur lagi.
Jadi we makan.

Nyam... susu murni, dua mini cornetto, nasi+sate+telor, real good coklat... hmm...
sekarang.. baru ngantuks.. yuuu....

***

Minggu, 11 Oktober 2009

konsisten.. bisakah?

***
Seringkali saya berputus asa terhadap masalah konsistensi. Tapi seringkali juga saya bangkit dan menyusun kembali rencana.
Urusan konsistensi memang suamiku ahlinya. Kalo bukan karena topan badai tsunami, apapun dia terjang untuk melakukan apa yang jadi itikadnya.

Tak lepas dari ingatan saya saat suamiku mesti merelakan PDAnya pecah gara-gara suamiku jatuh kejeblos selokan saat hujan, saat dia mesti hadir di sebuah kursus bahasa arab. Banjir, selokan gak keliatan, dan dia mesti kejeblos ke dalam lubang selokan setinggi satu meter.
Hiks..hiks.. kalo saya, hujan sebesar itu barangkali hanya akan membuat saya diam saja di rumah. Materi kursus bahasa kan bisa nyusul... daripada kehujanan...

Ah, masalahku lebih besar daripada sebuah kursus bahasa, tapi kerasnya hati ini barangkali yang membuatku terjegal di tengah jalan.
Penghalang pastinya banyak, tapi tekad dan niat saya yang ternyata tidak mampu menerobosnya.

Besok senin, dan saya harus kembali pada segala agenda saya.
Lagi-lagi .. bismiLlah.. kapan lagi kalo bukan mulai besok?
(Eh.. sekarang..ya? hihi...)
Ayo!! Mulai dari SEKARANG !!

***

Naon sih?
Teuing lah .. da labelna oge NGACAPRAK ieu mah...

Sabtu, 03 Oktober 2009

bobogohan tapi riweuh

***
Lagi di rumah niy.. cuma berdua sama suami. Arif dan Sofi dijemput eyangnya kemaren sore, dan akan saya jemput paling besok siang.
Suamiku lagi tidur sekarang. Hmmm... malah jadi bingung mo ngapain.

Nulis aja..

Nulis kejadian yang rada heboh waktu bulan puasa kemarin, tapi belum sempet saya abadikan di blog ini.

Di malam ramadhan itu..seperti sekarang ini, Arif dan Sofi bermalam di rumah eyangnya.
Suamiku yang baru dapet THR saat itu ngajak saya buka puasa di luar. Ke sebuah restoran yang bagi saya.. cukup mewah.
Cukuplah beberapa tahun lalu saya dan teman-teman farmasi 96 buka bersama di sana, dan ternyata saya harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Hiks..

Tapi yo masa' saya nolak diajak makan sama suami sendiri? Lagian tempatnya memang romantis. Huhuy lah pokonya.
Apa boleh buat, .. hayu lah... kapan lagi coba..

Dengan sedikit memanfaatkan kesempatan, saya nyoba merayu suamiku buat sekalian beliin sepatu lebaran. Cewe matre..cewe matre..
Suamiku yang baik hati itu pun mengangguk. YESS...!!!

Selera saya dalam hal pakaian dan aksesoris kan memang murahan. So.. beli sepatu pun ke carrefour aja ah.
Carrefour Kiaracondong yang jadi tujuan kami.

BismiLlah.. kami pergi dari rumah pukul 16.00.

Keriweuhan pertama dimulai saat kami terjebak macet menjelang perempatan kircon.
Tidak tanggung-tanggung.. empat puluh lima menit harus kami habiskan di jalan, hanya dari cibiru sampai kircon, yang biasa ditempuh 15 menit saja melalui bypass.
Penyebabnya selain karena lampu merah yang lama merahnya, kendaraan padat berisi manusia-manusia lapar, juga ada mobil mogok di jalur kanan. Soooo... whew...
Sampai ke Carrefour, kami berjalan cepat ke arah swalayan. Di dekat pintu masuk sudah berjejer obralan sepatu. Kebetulan mereknya cukup terkenal dan sedang obral. Pilihan saya langsung jatuh pada sepatu di deretan pertama. Mudah saja.
Kebetulan pula sudah sepasang, sehingga ketika saya coba salah satunya di kaki kanan dan pas, saya pun langsung membawanya ke kasir, bersama dengan sepatu kirinya.

Menjelang kasir, saya iseng lihat nomornya. Lho.. koq beda.. kanan 37, kiri 38.
Saya langsung konfirmasi pada pelayannya.
"Mbak.. ini tolong carikan yang 37, soalnya pasangannya kok 38 ya?"

Kami menunggu beberapa lama... dan ternyata lama...
Si pelayan akhirnya muncul juga...
"Mbak..maaf.. 37 ini gak ada pasangannya"

Fuuuh... padahal saya udah cocok banget dengan modelnya...

Ya udah deh..

Lihat kanan, ada counter sepatu bata.
"Ke bata aja ..", kata saya sambil narik tangan suamiku.

Tidak lama saya milih, langsung ada yang cocok dan pas juga.
Nomor 4.
Di rak cuma ada yang kiri.

"Mas, tolong carikan pasangan yang ini", pinta saya pada pelayan yang kebetulan lewat.

Lama lagi saya menunggu.
10 menitan menjelang adzan, si mas tadi menghampiri saya..

"Maaf Bu.. yang ini gak ada pasangannya..."
"Wah? Masa sih?",
"Iya Bu.. gak ketemu ketemu..."
Pelayan itu nampak capek. Maklumlah menjelang lebaran, toko itu memang penuh sesak.

Sambil nahan ketawa saya hampiri suami yang lagi lihat-lihat barang di counter lain.
"Hahahaha... MasKa!! gak ada pasanganannya lagi!!!"
.. dasarrrrr....

Sebagai usaha terakhir, suamiku ngajak ke sebuah counter sepatu lain yang tampak sedikit lengang.
Tengok sana pegang sini, dan baru juga lihat harganya, saya sudah menggeleng.
MAHAL!
Masa' barang buat diinjek-injek gitu aja harganya 300 rebu.
Gak usah deh... bisa-bisa saya tenteng tu' sepatu ke mana-mana. Sayang kalo dipake di kaki.

"Ya udah, cari buat ngebatalin aja yuk di atas", suamiku ikutan nyerah, dan ngajak ke swalayannya carrefour. Di sana kami cuma nyari minuman ringan..

Adzan pun berkumandang, dan alhamduliLlah.. minuman sudah di tangan.

Tapi.. maaaasya Allaaaah..itu antrean kasirrr!!!
Mending kalo masing-masing pembeli belanjaannya dikit. Ini mah masing2 setroli besar penuh pulaa!
Yeahhhhh...
ya sudahlah.. kami akhirnya meminum minuman itu sebelum bayar, sembari mengantre di kasir.

Beli minuman doang.. sampe 15 menit ngantre di kasirnya..

Lepas dari carrefour, tentunya kami laper abis.
La..la...la.. sik asik asik.. tinggal makan neeeeh... saya mencoba menghibur diri untuk melupakan kekesalan demi kekesalan yang tadi kami lalui.

Syukurlah saya dan suami sama-sama easy going.. pantang mengeluh kalo udah ketiban 'sialnya' macet ataupun menunggu... ngeluh itu kan merusak suasana.

Duuu..duuu...duuu...

Tapi tiba-tiba .... apa yang terjadi sodara-sodara...?!?!!?

Ibu mertuaku nelpon
"Ir, ada di mana nih? Ini Sofi nangis mau ke Umminya katanya.. ke sini aja deh.. Irma sama Mas Wiska nginep aja sini.."

Tet toooooooooooooooot....

Laper saya langsung menciut jadi sedikit mual. Inget Sofi yang lagi nangis pengen ke saya....
Doooooooh.....

"Gimana?", kata suamiku yang kayaknya bingung juga.

"Mmmmm... "

-bingung.. bingung.. bingung...-

Suamiku sampe melambatkan kecepatan mobil.. karena kalo ke arah rumah mertuaku mobil mesti belok kanan, tapi kalo mau ke restoran yang dituju, mobil harus mengarah ke kiri di tikungan depan.

-tinimbang.. tinimbang..tinimbang...-

"Makan aja dulu!!", kataku mantap. Lebih tepatnya dimantap-mantapkan.
Saya tau, Sofi cuma lagi inget aja, dan biasanya gak bener-bener membutuhkan saya.
Saya tetep yakin adanya 'terus rasa' antara ibu dan anak. Kalo sayanya lapang, anak pun biasanya dilapangkan hatinya.

Mobil pun parkir di halaman restoran.

Dan AlhamduliLlah.. akhirnya kami pun bisa duduk berdua di restoran itu.
Walau.. hiks.. mesti duduk kursi tepat dekat pintu masuk... secara... restorannya penuuuuuuh banget sama yang buka bersama.

Tak apalah.. yang penting kami bisa pacaran...walau hampir setiap menitnya ada orang hilir mudik di dekat meja kami... grrrrh....

Suamiku pun manggil pelayan,
"Mas.. tolong fotoin dong" hihi.. ganjen amat ni penganten baru sembilan taon.



Pulang dari restoran mau gak mau kami 'terpaksa' menuju rumah mertua dan menginap di sana. Padahal kan asiknya berduaan di rumah sendiri sampe pagi..ehm...

*

Tapi ternyata memang kebahagiaan kami adalah saat kami disambut Arif Sofi, dan mereka berebutan tidur di dekat kami... berdesakan satu ranjang berempat..

Hihi.... maaf ya suamiku..
semoga masih ada malam untuk kita bisa berdua saja...

Dan AlhamduliLLah.. kenyataannya masih ada kemarin malam dan malam ini...
Ha ...

****

kemarin, di hari batik

***
Papa ke kantor pake batik.
Arif ke sekolah sama Ummi dipakein batik.
Ummi ke apotek pun pake batik.
Sofi? Rok batiknya ketinggalan di rumah eyang.
Sofi mikir, aku juga punya batik.
Kan ada batik sekolah? begitu pikirnya.
Setengah memaksa, Sofi mengganti bajunya.
Jadilah Sofi berbatik juga.
Walau masih libur, Sofi berkostum seragam Jum'at.
Batik cetak hijau belel bertuliskan 'pendidikan RA AtTaqwa'.
Peduli semua orang memandangnya dengan tersenyum.
Whateverlah, yang penting kan batik.

**